Dua Wanita di Hidupku

1039 Kata

Kusandarkan belakang kepala pada sandaran kursi, sambil terus memijat pelipis yang terus berkedut. Sesekali aku terpejam, memikirkan ucapan Leta yang menyisakan rasa nyeri pada ulu ati. Tatapan terakhir yang ditunjukkannya jelas bukan berupa ancaman, namun semacam permohonan. Sangat tercetak jelas pada rautnya ketika kelopak matanya turun. Enggak. Aku enggak bisa terus-terusan seperti ini. Semua ini harus segera aku bicarakan dengan Aleta, apapun resiko yang akan aku tanggung. Aku beranjak dari kursi dan segera berjalan menuju ke meja Mira. Dia masih berkutat pada layar laptop di depannya, namun segera kuperintahkan, "Mir, undur semua jadwalku hari ini. Kita harus pergi ke sesuatu tempat." "Ada ap--" Segera kutarik pergelangan tangannya sebelum dia menyelesaikan kalimatnya. Teringat

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN