SEBUAH HARAPAN

1244 Kata
                Hari sudah siang. Jarum jam sudah menunjuk angka dua dan Sarah bergegas menuju kantornya. Ia agak terlambat karena perjalanan dari kampus menuju kantor terbilang macet. Nathan sudah menunggu dan mulai menggerutu. Ia menelepon Sarah sebanyak 15 kali. Sarah hanya terkikik saat melihat layar ponselnya menyala.                 “Maaf Nat,” ujarnya sambil terkikik.                 Tiga puluh menit kemudian Sarah sampai di parkiran kantornya. Kantor dan juga butiknya ada di satu gedung di area yang strategis. Nathan yang sibuk mencarikan lokasi kantor waktu itu. Harga sewanya juga tidak terlalu mahal. Menurut Nathan, ia memilih lokasi tersebut karena dekat dengan warung nasi padang langganannya. Jadi saat makan siang, dia tidak perlu jauh-jauh unuk memesan makanan.                 Sarah memasuki kantor. Terlihat Nathan sedang memberikan pengarahan pada staf yang berjumlah lima orang. Disana juga terpajang beberapa manekin dengan busana yang sudah melekat. Namun masih ada satu manekin yang belum memakai baju. Tema pertunjukan Sarah kali ini adalah musim semi. Ia menggunakan kain brokat dengan warna yang cerah.                 “Sar, jadi kita ada masalah. Kita kehabisan kain untuk model baju ini,” ujar Nathan sambil menunjuk manekin yang menggunakan gaun selutut berwarna peach dengan potongan A. Gaun itu sangat cantik dengan potongan bahu yang lurus, lengan panjang dan juga detail kancing di bagian d**a berwarna emas menambah keanggunannya.                 Sarah mengernyit, “Aku tidak punya warna lain yang cocok dengan gaun ini selain warna peach dan kain brokat ini!” ujar Sarah tegas. “Carikan, bila perlu cari ke India.”                 “Baiklah, aku akan bertanya ke om Andre dulu deh,” Nathan berbalik untuk mencari ponselnya.                 “Event organizer gimana Nat?” tanya Sarah sambil mengecek gaun-gaun rancangannya.                 “Beres.” jawab Nathan singkat sambil mencoba menghubungi om Andre.                 Sebenarnya kantor ini sudah enam bulan yang lalu dibuka. Hanya saja Sarah belum bisa masuk. Mereka sudah memproduksi lima baju untuk pertunjukan satu bulan lagi. Saat ini Sarah menambahkan sepuluh desain baru yang sudah dikerjakan setengah oleh timnya.                 Sarah cukup puas dengan kinerja rekan timnya. Setelah mengecek baju, ia masuk ke dalam ruangannya yang ada di lantai dua dan mulai membuat desain baru untuk pertunjukan yang selanjutnya, gaun pengantin. Sarah berharap pertunjukannya akan sukses dan tanpa kendala. Tapi mungkin harapannya tidak akan terwujud kali ini.                 Persiapan untuk pertunjukan sudah 90%. Sarah dan Nathan meninjau lokasi yang akan digunakan nanti, yaitu hall Mall Galaxy. Sarah sudah membayangkan akan semeriah apa acaranya nanti. Undangan sudah mulai dibagikan pada pegiat mode. Beberapa model yang ia undang sangat terkesan dengan baju yang ia rancang, terutama gaun brokat berwarna peach itu.                 “Oh iya Nat, apa kain sudah dapat?” tanya Sarah.                 “Oh iya, aku belum bilang. Kain sudah ada, sudah dikirim kemarin. Hanya saja kita dapat 20 meter saja. Kata om, kain itu sudah tidak diproduksi lagi.”                 “Sayang sekali. Kita pakai baju yang sudah jadi saja untuk pameran. Kalau bahannya susah didapat, aku juga sayang kalau harus menjualnya. Tapi baju itu bila dikerjakan dengan bahan lain, hasilnya akan berbeda.”                 Hari H telah tiba. Panggung sudah tertata begitu cantik dengan dekorasi warna-warni bunga yang indah. Panggung itu terlihat seperti di dalam dongeng. Para tamu undangan terlihat sedang mengantre untuk mengambil foto ditempat yang sudah disiapkan oleh penyusun acara. Setelah memnagmbil foto, mereka mengunggahnya ke sosial media. Hal itu membuat acara Sarah makin ramai dikunjungi.                 Dibelakang panggung, para model sudah bersiap. Mereka terlihat cantik dan anggun. Masing-masing membawa setangkai bunga yang berwarna kontras dengan baju yang mereka kenakan ditangan mereka. Sarah melakukan pengarahan sejenak pada para model.                 “Terima kasih teman-teman. Seperti yang kita ketahui, acara ini aka nada tiga sesi. Baju pertama yang akan ditampilkan adalah baju kasual yang telah kalian kenakan.  Kemudian akan ada band yang mengisi acara sembari kalian mempersiapkan diri untuk koleksi berikutnya yaitu baju muslim. Dan yang terakhir adalah koleksi gaun yang menjadi koleksi penutup. Sebelum dimulai, mari kita berdoa dulu.”                 Setelah selesai berdoa, pembawa acara mengumunkan bahwa pertunjukan akan segera dimulai. Penyusun acara yang daritadi sudah sibuk untuk mengursi hal-hal teknis, mulai menata para model dalam satu barisan dan pertunjukan pun dimulai. Sarah sangat gugup saat itu.                 Suara tepuk tangan mulai terdengar saat model pertama memasuki panggung. Sarah tersenyum kecil saat mendengarnya. Tapi Sarah tidak boleh terlena karena masih banyak yang harus dia siapkan dan tak boleh ada yang terlewatkan agar acara mendapat kesuksesan. Pengunjung yang tidak mendapatkan undangan juga sangat antusias untuk menyaksikan baju koleksi Sarah. Tak sedikit dari mereka yang menanyakan siapa desainer yang merancang baju-baju indah tersebut.                 Koleksi pertama sudah selesai ditampilkan. Kini Sarah sibuk menyiapkan model untuk koleksi kedua. Asisten Sarah yang mulai kalang kabut tak sengaja menyenggol gantungan baju yang ada disebelahnya. Gantungan itu jatuh dan dia buru-buru merapikannya. Namun saat ia mencoba menegakkan gantungan baju itu, lengan gaun peach tersangkut  dan robek. Nathan menyaksikan kejadian itu dan langsung panik.                 “Ya ampun!” desahnya sambil menghampiri asisten.                 “Maaf Pak, saya tidak sengaja,” ujar asisten gemetar.                 “Kenapa Nat?” tanya Sarah penasaran karena ia tidak melihat kejadian tadi. Sarah menghampiri Nathan setelah merapikan baju yang dikenakan model.                 “Maaf Bu, saya tidak sengaja. Saya menyenggol gantungan baju dan jatuh. Saat saya mau menegakkannya bajunya tersangkut dan lengannya robek.” Ujar asisten sambil menunjukkan lengan atas gau yang telah robek dan tidak bisa digunakan.                 Sarah diam seribu bahasa. Wajahnya menahan amarah tapi bukan pada asistennya tapi pada dirinya sendiri yang tidak menyiapkan baju cadangan.                 “Gimana Sar? Kita tidak bisa menampilkan baju ini,” kata Nathan bingung.                 “Tidak bisa! Baju ini harus tetap tampil!”                 “Tapi bagaimana? Ini sudah robek Sar.”                 “Mas Nathan, sudah waktunya model naik panggung!” teriak pihak penyelenggara. Nathan pun bersiap di dekat pintu  dan memeriksa para model untuk terakhir kali.                 Sarah masih tertegun ditempatnya. Asistennya tidak berani pergi karena ia sadar telah melakukan kesalahan. “Ambilkan manekin,” kata Sarah kemudian yang diiyakan oleh si asisten.                 “Bagaimana ini Bu? Apa bisa kita memperbaikinya?” tanya si asisten sambil memasang baju ke badan manekin.                 “Potong kedua lengannya dan jahit ujungnya dengan tangan! Yang rapih!” perintah Sarah. Si asisten mengangguk dan segera melakukan perintah Sarah.                 “Nathan! Aku butuh blazer!” teriak Sarah.                 Nathan segera bergegas mencari blazer yang cocok dengan gaun itu di dalam koper yang berisi baju tambahan. Ia mendapatkan blazer warna emas dan blazer dengan bahan tweed berwarna merah cerah. Ia memakaikan blazer itu ke badan manekin dan melakukan koreksi.                 “Merah?” tanya Nathan pada Sarah.                 Sarah mengangguk meskipun ia tidak terlalu puas dengan hasilnya. Tapi gaun itu juga tidak terlalu buruk daripada tidak ada sama sekali.                 Koleksi kedua selesai dan koleksi ketiga sedang diperagakan. Para pengunjung sangat menyukai koleksi ketiga Sarah yang feminim, elegan dan cantik terutama gaun peach itu. Banyak diantara mereka yang menginginkan dan memesan gaun tersebut.                 Sarah pun naik ke atas panggung dengan senyum sumringah yang manis. Ia diiringi oleh model-model yang masih mengenakan gaun rancangannya. Dibaris depan terlihat seorang gadis yang tercengang saat melihat Sarah dan bergegas pergi dari tempat tersebut.                 Pertunjukan akhirnya selesai. Sarah sangat berterima kasih pada kru dan juga model yang telah berpartisipasi. Mereka telah melakukan yang terbaik dan membuat acara ini sukses. Ia juga meminta maaf atas ketidaksigapannya dalam melakukan persiapan karena tidak menyiapkan baju cadangan.                 “Tapi baju itu tetap saja bagus Kak,” ujar salah seorang model yang berkesempatan untuk memakai gaun itu. Ucapan sang model membuat Sarah semakin percaya diri dan bersemangat. Ia akan segera mewujudkan keinginanya untuk membuat koleksi baju pengantin. Ia akan mempersiapkannya lebih baik lagi. Sarah yakin bahwa ia akan mampu melakukannya.      
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN