Episode 5

1379 Kata
Ayla berjalan mengendap-endap menuju kamar. Sudah pukul 11 malam ia baru pulang jalan dengan Alan. Semoga saja Erga tidak ada di rumah. Ayla membuka pintu kamar. Gelap. Itu berarti Erga memang belum pulang. Ayla menghela nafas lega,"Syukur deh kalo muka tembok itu belum pulang." Tapi kemudian Ayla tersentak kaget saat tiba-tiba lampu menyala. "Dari mana aja lo?" Ayla berbalik, dia melihat Erga sudah di depan pintu. Suara datar dan dingin itu membuat Ayla semakin gugup. "A..aku habis dari rumah te..temen." Erga masih menatapnya datar, dia menutup pintu sedikit kencang membuat Ayla kaget. Ayla menundukkan kepalanya saat Erga mendekatinya. "Pantes kalo istri pulang larut malem karena habis kencan sama pacarnya?" Ayla tercenung. Kenapa Erga bisa tau? Erga melihatnya? Dia tau kalo Alan pacarnya? Ayla langsung mendongak, menatap mata Erga. Walaupun Erga menatapnya datar tapi tetap saja membuat Ayla gugup sekaligus takut. "Maksud kamu apa Ga?" Erga menaikkan salah satu sudut bibirnya, dia tersenyum miring. Perempuan ini bodoh apa gimana? "Gue nggak perduli lo mau jalan sama siapapun. Tapi gue rasa, lo udah tau peraturan untuk tinggal di rumah gue." Setelah mengatakan itu, Erga mengambil kunci mobil di atas meja kemudian pergi meninggalkan Ayla yang masih diam saja. Ayla menatap Erga yang pergi begitu saja. "Sial. Kenapa gini sih!" Ayla membanting tas kuliahnya di ranjang. Dia langsung pergi untuk berganti pakaian. Setelah itu, Ayla merebahkan tubuhnya di ranjang. Dia masih memikirkan apa yang dikatakan Erga. Ayla bingung kenapa Erga bisa tau kalo dia habis jalan sama Alan. Erga tau kalo Alan kekasihnya? Tapi dari mana?. Apa jangan-jangan selama ini Erga selalu menguntitnya? Ah tidak mungkin. Erga tidak akan membuang-buang waktu untuk menguntitnya. Emang Ayla siapa? Istri yang tidak dianggap. Cih! Baru saja Ayla memejamkan mata, ponselnya tiba-tiba berdering. Ayla membuka layar di ponselnya. Alan mengirim sms untuknya. Ayla langsung membuka pesan tersebut. Alan Alvian : "Makasih buat waktunya Ay, aku seneng kita bisa habisin waktu seharian berdua." Ayla tersenyum membaca pesannya, dia mengetik sesuatu "Iya Al. Aku juga seneng." Alan Alvian is Calling "Halo. Kenapa telfon Al?" "Nggak papa Ay. Cuma mau ngucapin selamat malam." "Oh. Selamat malam juga." "I love you Ay." "I love you too." Sambungan terputus. Ayla menghembuskan nafas, dia meletakkan ponselnya di atas nakas. Dia bahagia. Ayla bahagia karena satu hari penuh dia bersama Alan. Ayla menatap kalung di lehernya. Dia tersenyum senang teringat tadi sore, Alan memberikannya kalung liontin. Alan itu memang laki-laki yang romantis. Dia selalu saja membuat Ayla merasa menjadi perempuan yang paling bahagia di dunia. Alan tau cara membuat Ayla tersenyum terus. Selalu punya kejutan yang manis untuknya. Ayla mengerucutkan bibirnya, andai saja Alan yang menikahinya bukan Erga si muka kulkas itu, pasti Ayla merasa sangat-sangaaat bahagia. Bukan seperti sekarang, menikah dengan Erga yang sama sekali tidak pernah membuat Ayla senang malah membuatnya merasa takut. Hari-harinya sebagai suami istri juga sangat flat. Tidak seperti suami istri di luar sana yang sedang harmonis-harmonisnya menjadi pengantin baru. Aish, kenapa juga Ayla memikirkan rumah tangganya akan sebahagia dan seceria itu? Dia nikahnya aja sama kulkas hidup. Huhh!! ***** "Pagi Om, Tante." Sapa Ayla pada yang baru saja turun dari tangga. Ia melihat ibu mertuanya sedang menyiapkan sarapan. Ayla jadi merasa tidak enak karena seharusnya ia yang menyiapkan sarapan untuk mereka. Bukannya datang langsung makan saja. "Pagi sayang." Balas Amanda tersenyum, sedangkan Angga dia hanya mengangguk dan tersenyum saja. Ayla masih bersyukur karena ibu mertuanya baik dan mau menerima Ayla apa adanya. Kalo jahat, pasti dia akan di marahi habis-habisan. Di bilang istri dan menantu yang males. Dan lain-lain. Ayla duduk dia mengambil satu roti dan selai kacang. Kemudian memakan nya. "Erga mana? Belum bangun dia?" Uhuk uhuk !! Baru saja Ayla mau menelan rotinya, dia malah tersedak. Refleks Amanda mengambilkan minum untuknya. "Hati-hati sayang kalo makan, jadi keselek gini kan." Ayla mengelap bibirnya, "Maaf Tante." "Erga kenapa nggak turun Ay?" Ayla bengong. Dia harus menjawab apa? Apa Ayla harus ngomong kalo Erga pergi dari semalam? Tapi kira-kira mereka marah nggak ya? Tapi kalo bohong kan dosa. "Erga semalam pergi tapi sampai sekarang belum pulang Tante." "Di kemana Ayla?" Itu bukan suara Amanda, melainkan Angga. Angga yang tadinya sibuk sarapan, malah berhenti dan beralih pada Ayla yang mengatakan kalo Erga tidak pulang. "Ayla nggak tau Om. Erga nggak bilang apa-apa." Angga berdecak. Anak itu selalu saja membuat orang tuanya cemas. Pergi tanpa mengatakan apapun, ujung-ujungnya pasti sedang bergaul dengan teman-teman geng motornya. Angga sudah tidak tahan melihat Erga yang pembangkang. Dia sama-sekali tidak pernah menurut dengan perintah papanya. Amanda mengelus bahu suaminya, "Pa, papa jangan marahin Erga ya, mungkin Erga emang ada urusan." "Urusan apa si ma? Urusan sama teman berandalan nya itu? Erga emang udah keterlaluan. Dia itu udah punya istri. Tapi masih aja keluyuran malam-malam." "Ayla nggak papa kok Om. Ayla percaya sama Erga." Angga tersenyum, dia senang karena memiliki menantu seperti Ayla. Sabar dan pengertian. Kalo bukan Ayla yang menikah dengan Erga, Angga tidak tau apa jadinya. Karena Ayla masih bisa bersabar menghadapi sifat Erga yang semena-mena. "Ayla nggak marah sama Erga?" Tanya Amanda "Nggak kok Tante." "Kamu jangan panggil tante dong. Panggil mama, kan kamu udah jadi menantu di sini." Kata Amanda "Kamu juga jangan panggil Om. Panggil papa." Angga menimpali. "Iya ma, pa." "Gitu kan enak." Ayla mengangguk. "Papa mau berangkat, Ayla mau papa anter?" Ayla menggeleng, "Nggak usah pa. Ayla berangkat sendiri aja." "Loh kenapa? Berangkat sama papa lebih aman lho. Daripada nanti kamu naik angkot, banyak preman atau rampok gimana?" Amanda menyela. "Mama nggak usah khawatir, Ayla udah biasa kok." "Oke. Kalian hati-hati ya." Ayla mencium tangan Amanda dan Angga. Ayla bernafas lega karena untung saja mereka tidak memaksa Ayla untuk berangkat bersama Angga. Soalnya hari ini Ayla di jemput Alan. Alan sudah w******p kalo dia sudah menunggu di depan pintu gerbang rumah Erga. Ayla sengaja menunggu Angga pergi lebih dulu, karena bisa gawat kalo sampai mertuanya tau kalo dia di jemput laki-laki lain. Setelah Ayla melihat mobil Angga keluar dari gerbang, Ayla langsung lari dan menemui Alan. "Maaf Al lama, soalnya tadi nunggu Om Angga pergi dulu." Alan mengangguk. Ayla merasa kasihan karena di luar panas, Alan pasti kepanasan. Keringatnya juga bercucuran di wajahnya. "Panas banget ya?" Alan mengelap keringat di dahinya, "Nggak papa Ay. Yuk berangkat." "Tapi nggak bolos lagi kan? Aku takut kalo mama tau." Alan tersenyum, dia mencubit pipi Ayla, "Nggak sayang. Kita nggak bolos. Tapi mangkir dulu." Ayla langsung memukul pelan lengan Alan, "Ish, sama aja Al." Alan terbahak, dia mengusap pucuk kepala Ayla, "Bercanda. Yuk." Ayla mengangguk, dia menaiki motor Alan dan langsung memeluk erat pinggang Alan. Kemudian mereka pergi dari sana. Tanpa mereka ketahui sedari tadi seseorang tengah menatap keduanya. Dan mendengar semua percakapan mereka. Dia tersenyum miring, "Bitch." ***** Erga memasuki kamarnya, dia langsung membanting dirinya di ranjang. Dia meletakkan lengannya di atas dahi. Pikirannya melayang pada kejadian semalam. Kejadian dimana dia melihat mantan kekasihnya bersama selingkuhannya di sebuah club malam. Malam itu. Erga mendapat kabar dari temannya bahwa Karina sedang berada di club malam. Setelah mendapatkan kabar tersebut, Erga langsung ingin menemuinya. Setelah sampai di sana, Erga bertemu dengan teman-temannya. "Ga, cepet banget lo kesini." "Mana?" Galang langsung tau apa yang Erga cari. Dia menunjuk pada sofa merah di pojokan. Dan benar saja. Erga melihat Karina disana. Tapi bukan sendiri, melainkan bersama Steve, selingkuhannya. Erga mendekati mereka namun langsung di cegah Galang, "Lo mau kemana?" "Samperin mereka." "Gila lo? Lo mau bikin keributan disana?" "Nggak. Lo tenang aja." Erga bergegas menemui keduanya. Bukan karena Erga cemburu, dia bahkan tidak pernah cemburu dengan siapapun. Tapi Erga juga tidak suka jika ada seseorang yang bermain api di belakangnya. "Bagus. Jadi ini kelakuan lo selama ini hah!" Erga bertepuk tangan sumbang. Dia baru saja menge-gep mantan kekasihnya. Karin dan Steve pun terkejut. Tapi Karin yang paling terkejut karena dia akan ketahuan seperti ini. Dia tidak tau kalo Erga berada di sini. Karin berdiri, dia memegang tangan Erga, namun dengan cepat Erga menepisnya. Dia tidak sudi tangannya di sentuh wanita jalang seperti Karin. "Ga, ini bukan seperti apa yang kamu lihat. Ini salah faham." Erga tersenyum sinis, "Lo minta putus dari gue karena ini? Gila! Lo hebat rin. Good job. Erga langsung meninggalkan mereka. Dia menulikan pendengarannya saat Karin meneriaki namanya. Erga melewati beberapa teman-temannya. Dia juga pergi dari club tersebut. Semalaman Erga tidak pulang karena dia tidur di rumah temannya. Erga butuh teman untuk bisa membuat pikirannya jernih kembali. Perlu di ketahui, sebesar apapun, seberat apapun masalah yang Erga hadapi, dia tidak akan pernah meminum minuman keras ataupun merokok. Karena sejak dulu Erga tidak menyukai itu. Jika teman-temannya suka sekali menghilangkan stres dengan meminum alkohol, tapi sampai kapanpun Erga tidak akan pernah menyentuh barang seperti itu. Apalagi narkoba. Tapi kemudian Erga teringat dengan kejadian beberapa menit yang lalu saat dia melihat Ayla dan pacarnya sedang bermesraan. "Ternyata semua perempuan sama saja. b***h!" TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN