Aku tidak bisa berhenti memikirkan apa yang terjadi beberapa saat lalu di meja meeting ini. Aku bahkan tidak bisa menatap Leo. Setiap kali mata kami bertemu, satu-satunya yang ada di kepalaku adalah bayangan mata hitamnya yang sayu dan dipenuhi nafsu. Bagaimana ia menyudutkanku di meja meeting ini dengan cara paling seksual. Bagaimana ciumannya begitu menuntut dan lapar. Bagimana jarinya bergerak di dalamku- Damn it! Celana dalamku basah hanya karena memikirkannya. Aku melipat kedua kakiku, mencoba tidak terpengaruh dengan denyutan yang disebabkan oleh pangkal tubuhku. Di saat yang bersamaan, Leo melirikku dengan ujung matanya. Mata kami bertemu hanya beberapa detik, sebelum aku menunduk untuk menyembunyikan pipiku yang bersemu merah. Aku tidak munafik. Aku suka semua hal yang ia lak