How it all started
"I need you to be pregnant with my baby."
Suara itu menyambar di telingaku seperti sebuah petir.
Leonardo Gavinsky, pria paling berpengaruh di kota, duduk di hadapanku, melayangkan pertanyaan paling tidak masuk akal yang pernah kudengar.
"Leo..." Cicitku pada akhirnya. Tenggorokanku seperti tercekik. "A-aku... aku bukan gadis terhormat..."
"Aku tahu," Mata hitamnya menatapku serius. "Aku tahu kau hanya seorang PSK."
Dia mendeskripsikanku dengan tepat, tidak lebih dan tidak kurang. Menjual tubuh untuk uang adalah pekerjaanku dan merupakan pekerjaan paling tidak terhormat di dunia, bahkan anak kecil pun tahu itu.
"Lalu apa yang membuatmu berpikir bahwa ibu yang tepat untuk anakmu adalah seorang PSK?"
"Aku tidak harus menjelaskan kenapa kau gadis yang kupilih," Leo mengeluarkan sebuah map berwarna hijau lumut dari balik laci meja kerjanya. "Aku hanya ingin tahu apakah kau tertarik atau tidak."
"Dan apa imbalannya untukku?"
Leo menajamkan tatapannya. Alisnya bertaut seolah mengatakan, seriuosly?
"Kau masih bertanya? Tentu saja aku akan memberimu kehidupan yang layak. Aku bisa mengangkatmu dari jalanan."
Kehidupan yang layak, katakanya.
Aku meringis, "Dan apa yang membuatmu berpikir jika kehidupanku sekarang tidak layak?" Aku berusaha keras untuk tidak membiarkan amarah menguasaiku.
"Kau seorang p*****r, for f**k shake. Dan menurutmu, kehidupanmu layak?"
Aku tersenyum, karena jika aku tidak tersenyum aku akan mulai kehilangan akal sehatku.
"Leo," Bisikku pelan, mencoba mengatur nada suaraku selembut mungkin. "Aku sadar pekerjaanku adalah pekerjaan paling memalukan yang bisa seseorang punya, bahkan sebelum aku memulai ini. Tapi apa kau tau apa yang lebih memalukan? Menawarkan seseorang yang kau anggap hidup dengan tidak layak untuk mengandung darah dagingmu. Apa kau tidak malu pada keluarga dan anakmu kelak?"
Mata hitam itu berkilat, penuh amarah.
"Kau adalah pria paling terhormat di kota ini, bahkan aku sangat menghormatimu." Aku menambahkan, sebelum Leo memotong, "Tolong jangan salah paham, aku menolak tawaranmu karena aku memberimu kesempatan untuk berpikir ulang. Kau bisa mendapatkan gadis mana pun yang kau mau di kota ini." Aku menarik napas panjang, "Gadis terhormat mana pun."
Aku mencoba tersenyum, dan bangkit dari kursiku. "Terima kasih atas tawaranmu, itu tawaran yang terlalu baik untuk gadis sepertiku. Aku sungguh-sungguh tersanjung."
Sebelum aku keluar melewati pintu ruang kerjanya, lelaki itu menghentikanku. Dengan satu tarikan pada lenganku, dia membalikkan tubuh kecilku yang tidak sebanding dengan tubuhnya.
Dia tidak mendorongku, tapi aku terlalu pusing dan hilang keseimbangan hingga punggungku menabrak kusen pintu di belakangku.
Dan saat itu lah, ia menyandarkan tangannya ke dinding di belakangku, mengunci jalan keluarku.
Wajahnya sangat dekat dengan wajahku. Aku bisa dengan jelas melihat betapa hitam manik matanya yang menatapku saat ini.
"Please..."