"Ready?" Aku bisa melihat Jayden sedang bersandar di kusen pintu kamarku yang terbuka dari pantulan cermin nakas. Aku menoleh dari balik bahu untuk memandangnya dengan lebih jelas. Ia mengenakan tuxedo berwarna charcoal, kedua tangannya bersembunyi di balik saku celana. Aku selalu mengira Jayden dengan rambut panjang dan sedikit berantakan adalah hal paling manis darinya. Tapi ketika melihat rambut hitam itu tersisir rapi ke belakang, aku hampir lupa cara bernapas. "Damn," Aku mencoba menahan senyum, "Kau terlalu tampan untuk jadi asisten pribadiku, Jayden." Ia tertawa kecil. Pandangannya jatuh ke lantai. Ketika wajahnya kembali mendongak, ada semburan merah di pipinya. "Kapan aku pernah tidak tampan, D?" Tanyanya, lebih kepada penyataan. Ia mengambil beberapa langkah hingga berada