Gumpalan mendung yang sudah bergelayutan di hamparan langit sejak pagi, belum juga menjatuhkan hujan. Tak ada binar matahari, membuat suasana di halaman belakang rumah Pak Dewo Bumi terasa sendu. Angin lembab tiba-tiba berembus, sepoi-sepoi. Menimbulkan sensasi dingin yang membuat merinding pori-pori di sekujur tubuh. Bu Bulan Ryandhani mengamati ekspresi wajah Kinanti dengan seksama. Kebungkaman mulut putri semata wayangnya itu, juga mimik wajahnya yang menunjukkan kegamangan, membuat istri Pak Dewo Bumi tersebut diam-diam melabuhkan harapan, bahwa strategi yang dilancarkannya akan membuahkan hasil, yaitu Kinanti Kembang Langit akan bisa dilunakkan hatinya. “Tidak masalah bagi Ibu untuk bertekuk lutut di hadapanmu, Kinan, jika itu untuk menyelamatkan dirimu! Sungguh, tidak masalah!” B