Bab 15 – Dimana Queen? (2/2)
Saya berbaring menangis di tempat tidur ketika saya mendengar suara ketukan di jendela. Saya mendongak dengan kaget dan yang mengejutkan, saya melihat si burung tampan itu melayang-layang diluar. Saya ragu sebelum membuka jendela dan burung itu melompat ke tempat tidur saya. Menutup sayap nya dan menatap saya.
“Kamu datang dengan cepat kali ini.” Saya menyeka air mata dan burung itu mengintip ke arah saya dengan matanya yang besar. Sepertinya dia melihat saya menangis tadi. Dia adalah burung yang pintar.
“Apakah tuan mu ada di dekat sini?”
Burung itu mengangguk seolah mengerti kata-kata saya. Saya mengangkat burung itu dan meletakkannya di pangkuan, sejenak burung itu terlihat membeku. Saya mengelus kepalanya lalu menarik catatan dari kakinya.
-Burung itu akan di namai ‘Queen’ tetapi perlu di ingat bahwa dia adalah jantan.-
Itu adalah kalimat pendek namun sangat jelas. Beban dalam pikiran saya mendadak menghilang dan saya tersenyum pada kata-kata orang asing ini. Bahkan saya tidak mengetahui wajah ataupun namanya.
“Kamu jantan?” Burung itu segera mengepakkan sayapnya seolah-olah jengkel karena ketidak tahuan saya, tetapi dalam pembelaan saya, saya tidak tahu apa perbedaan antara jantan dan betina dari spesies ini. Saya menepuk kepalanya lalu bergegas ke meja. Burung itu mengikuti. Saya mengambil selembar kertas dan menuliskan balasan,
-Saya tidak tahu kalau dia jantan. Kejutan yang tak terduga.-
Saya segera menggulung kertas itu dan mengikatnya ke kaki burung tampan. Lalu melirik kalender. Perayaan Tahun Baru sudah hampir dekat. Beberapa tamu akan segera tiba lebih awal besok di istana.
Pemilik burung ini juga sudah berada di dekat istana, apakah mereka akan tiba besok?
***
Keesokan harinya, tuan dan nyonya dari wilayah Lux tiba, serta tamu-tamu terhormat lainnya dari negara tetangga. Penerima tamu dibagi menjadi 3. Untuk saya, Sovieshu, dan menteri luar negri. Sebagian besar dari mereka akan di sambut oleh Sovieshu.
“Yang Mulia, ada kadatangan dari Kerajaan Barat!”
Permaisuri : “Benarkah itu dari Kerajaan Barat?”
“Ya, saya yakin itu adalah rombongan Pangeran Heinley.”
Pangeran adalah salah satu dari sedikit tamu yang harus saya sapa secara pribadi. Saya mengangguk dan segera berdiri. Lalu para pejabat yang mengawasi daftar tamu mengikutinya. Saya memberi isyarat kepada mereka untuk tetap duduk, lalu berjalan menuju cermin besar dan mengatur kembali pakaian saya. Dan pergi ke ruang resepsi.
Pangeran Heinley adalah adik lelaki dari raja barat, dan dia putra kedua ayah mereka. Namun Heinley adalah pewaris tahta karena sang raja tidak memiliki anak meskipun sudah memiliki seorang ratu dan 3 selir resmi. Desas-desus merebak bahwa karena ketidak suburan raja dan kondisi fisiknya yang buruk akhir-akhir ini, Pangeran Heinley kemungkinan besar akan mewarisi tahta. Meskipun begitu, Kerajaan Barat sudah memiliki ukuran dan kekuatan yang serupa dengan Kerajaan Timur. Tentu saja, saya akan menyambut tamu istimewa itu sendiri.
Saya memasuki ruangan White Rose dan ketika saya melihat delegasi Kerajaan Barat, saya berhenti bernapas melihat ada seorang pria tampan di antara mereka. Saya sudah sering mendengar desas-desus tentang penampilan cantik pria ini. Begitu seseorang masuk ke masyarakat yang berderajat tinggi, orang-orang tidak akan bisa lepas dari pembicaraan tentang Pangeran Heinley. Kabarnya dia adalah seorang playboy, dia memiliki kepribadian yang keras, dan wajahnya sangat tampan. Dia akan membunuh atau menikam orang lain dengan senyuman di wajahnya. Saya tidak dapat menguraikan dari semua desas-desus apakah seorang Pangeran Heinley adalah playboy ataukah orang yang kejam.
Tapi satu hal yang pasti, penampilannya. Dia.... Benar-benar cantik. Rambut pirangnya yang jatuh dan bergelombang lembut terlihat sedikit acak-acakan di wajahnya, dan bibirnya yang melengkung menjadi busur halus. Dia memiliki leher yang kuat dan pundak yang lebar, tetapi yang paling mencolok tentangnya adalah mata ungu misteriusnya. Bahkan jika dia hanya berdiri di sudut dengan mulut tertutup sekalipun, dia tetap akan menebarkan semua jenis rumor.
Saya berdiri di hadapan Pangeran Heinley, menganguminya dalam diam. Dia hanya seorang pangeran, tetapi dia berasal dari Kerajaan Barat yang terhormat, jadi saya memperlakukannya dengan rasa penuh hormat sebagai putra mahkota. Saya berdiri di depannya, tetapi sebelum saya bisa mengatakan apa pun, Pangeran Heinley membungkukkan satu lutut dan mengulurkan tangan nya seperti seorang kesatria yang bersumpah dengan sumpah setia nya. Saya memberikan tangan saya, dimana dia memberikan kecupan lembut. Tapi perbedaan antara para kesatria itu jelas. Para kesatria menurunkan mata mereka atau menatap kedepan saat mereka memberikan kecupan kesetiaan. Sedangkan pria ini, bagaimana pun dia menatap lurus ke mata saya dan menahan tatapan saya.
“Suatu kehormatan bertemu dengan Anda, permaisuri.” Dia melepas tangan saya dan tersenyum. Saya bisa merasakan perut saya bergetar karena suatu alasan. Saya pikir desas-desus bahwa dia kejam adalah benar daripada rumor yang mengatakan bahwa dia adalah seorang playboy. Karena saya tidak melihat mata yang c.a.b.u.l dari sorotan matanya. Sebaliknya, dia terlihat seperti elang yang mengamati saya dari atas meskipun dia tengah berlutut di hadapan saya.
“Suatu kehormatan bertemu dengan Anda juga, Pangeran Heinley.” Saya tidak akan membiarkan diri saya dihancurkan olehnya. Tentu saja saya memasang ekspresi bermartabat yang telah saya latih selama bertahun-tahun. Dia tersenyum lembut dan bangkit dari berlutut.
Permaisuri : “Perjalanan Anda pasti sangat melelahkan dan saya harap Anda bisa beristirahat dan menikmati waktu Anda disini hingga Hari Tahun Baru.”
Heinley : “Aku selalu mendengar pujian untuk istana Kekaisaran Timur. Sangat indah.”
Permaisuri : “Saya harap Anda bisa merasakan kebahagiaan yang menyenangkan.”
Mata sang pangeran menyunggingkan senyum di salam upacara.
“Tentu saja, bahkan sekarang aku sudah merasa senang.”
***
Jumlah pekerjaan yang saya kerjakan mulai di kurangi setengahnya setelah kedatangan para tamu istimewa dan sebagian besar yang tersisa adalah untuk persiapan perayaan itu sendiri. Saya menyelesaikan pekerjaan saya lebih awal dari biasanya dan kembali ke istana barat. Laura, telah kembali ke posisinya sebagai nona dayang saya dan dengan cepat dia segera mendekati saya.
“Yang Mulia! Yang Mulia! Bagaimana kabar Anda? Bagaimana Pangeran Heinley? Apakah dia setampan yang dikatakan rumor?”
Wanita-wanita dayang lainnya ikut mendekat dengan minat, cangkir teh di tangan mereka langsung di letakkan di sembarang tempat. Seperti di bingkai jendela, di meja rias, di atas meja teh karena mereka melihat saya datang dan sesegera mungkin membantu saya berganti pakaian.
“Aku mendengar seorang aktris teater terkenal pergi berkencan dengannya satu kali lalu mengejarnya selama 3 tahun”
Meskipun wanita dayang akan melihat dia dalam beberapa hari, mereka tidak sabar untuk segera melihatnya secara langsung. Saya menjawab untuk memuaskan rasa keingintahuan mereka semua, mengingat bagaimana tatapan mantap Pangeran Heinley, mata ungu nya yang tajam dan penuh kharisma bahkan itu bisa dirasakan dari kejauhan.
Permaisuri : “Dia adalah pria paling tampan yang pernah saya lihat. Tanpa keraguan.”
Laura menjerit kecil,
“Aaah! Aku tidak sabar untuk melihatnya. Dan mendengar seperti apa suaranya?”
Permaisuri : “Itu suara terbaik yang pernah saya dengar.”
Tentu saja apa yang saya gambarkan tidaklah berlebihan. Para wanita dayang meletakkan tangan mereka di d.a.d.a sambil seolah-olah terkesima hingga pingsan.
“Aku sudah menantikan gosip apa yang akan dibawa oleh pangeran tampan.”
“Aku yakin banyak yang sudah memikirkannya.”
Sementara mereka ingin tahu tentang penampilan Pangeran Heinley, mereka juga menantikan drama apa yang akan terjadi padanya. Saya tersenyum ketika saya mendengar percakapan mereka, semua akan terasa heboh ketika mulai membicarakan tentang Pangeran Heinley. Tapi seketika kami semua terdiam saat mendengar ada suara ketukan di jendela. Itu adalah Queen, mengetuk gelas teh milik wanita dayang dengan paruhnya.
Permaisuri : “Kamu sudah berada disini.”
Saya membuka jendela dan dia mendarat di ambang jendela lalu berkedip ke arah saya. Sekarang saya baru terpikir bahwa Queen juga memiliki bulu emas dan mata ungu. Sulit membayangkan bahwa dia bisa bertahan hidup di alam liar dengan warna yang mencolok seperti ini. Tiba-tiba saya khawatir apakah boleh menggunakan burung ini sebagai pembawa pesan?
Queen mengulurkan kakinya seolah dia ingin agar saya segera membaca surat itu. Saya membuka catatan nya dan duduk di meja. Sementara para wanita dayang memberi makan Queen. Tulisannya kini lebih akrab di mata saya, isi pesannya juga menyenangkan.
-Saya telah tiba di Istana Kekaisaran. Apakah Anda tahu siapa saya?-