Chapter 6

1105 Kata
Bab 6 – Hadiah Permaisuri Untuk Selir (1/2) “Kaisar akan menjadikan wanita itu sebagai selirnya!” Itu adalah pagi yang terasa biasa saja. Tidak berawan dan tidak pula hujan, atau hawa yang lebih hangat maupun dingin. Hari-hari biasa seperti kemarin atau sebelumnya. Berita yang tidak biasa muncul entah dari mana pada hari yang biasa ini. “Jadi permaisuri sibuk dengan persiapan Tahun Baru sementara kaisar sibuk menerima selir.” “Itu terlalu berlebihan.” “Dia setidaknya harus menunggu sampai agenda Tahun Baru berakhir.” Para nona-nona dayang mengeluh diantara mereka sendiri. Sedangkan saya hanya terdiam menatap diri di cermin. Saya siap jika Sovieshu menjadikan wanita itu sebagai selirnya. Tapi saya tidak menyadari bahwa hal itu akan terjadi begitu cepat. Dilihat dari rentang waktunya, upacara pengesahan terjadi tepat sebelum Hari Tahun Baru datang. ‘Haaaaahh....’ sebuah desahan muncul dari dalam diri saya, dan tiba-tiba saya merasa mual memikirkan semua orang yang akan mendatangi saya di Hari Tahun Baru untuk membicarakan selir kaisar. Dan bahkan jika mereka tidak membicarakannya di depan saya, saya yakin akan mendengar mereka berbisik-bisik dibelakang. Namun, saya tidak bisa mengabaikan fakta bahwa kaisar tetap akan mengambil selir tak peduli betapa saya tidak menyukai itu. Permaisuri : “Kapan upacaranya?” Para nona-nona dayang saling melirik, dan akhirnya Countess Eliza yang menjawab, “Rumor mengatakan bahwa dia ingin itu diselenggarakan sesegera mungkin, Yang Mulia. Dia lebih menginginkan dilakukan sebelum Tahun Baru.” *** Sekitar tengah hari, sekretaris Sovieshu mendatangi saya lagi untuk menyampaikan pesan. Itu tentang selirnya dan para pejabat lain mengawasi kami dalam upaya menangkap beberapa gosip. “Kaisar ingin upacara itu sederhana karena akan ada acara besar lainnya yang akan di jadwalkan dalam waktu dekat. Waktunya sangat mepet.” Ujar sekretaris Sovieshu. “Sederhana?” Selir kaisar tidak di akui sebagai bagian dari keluarga kekaisaran. Dan anak-anaknya tidak di akui sebagai pangeran ataupun putri. Yang terbaik yang bisa dilakukan oleh kerajaan adalah memberikannya gelar Adipati tetapi tanpa klaim Suksesi. Meski demikian, ada kemungkinan bagi seorang selir untuk menggendong anak kaisar dan merupakan hal yang biasa untuk mengadakan perjamuan. Namun itu bukanlah upacara pernikahan. Selir akan menjadi pusat perhatian perjamuan, dan kemudian akan menandatangani kontrak yang di aktakan oleh kanselir. Permaisuri : “Apakah kaisar mengatakan untuk mengadakan jamuan sederhana atau tidak mengadakannya sama sekali?” Sekretaris : “Tidak mungkin mengundang sejumlah besar tamu dalam waktu sesingkat itu. Jadi kami akan melewatkan perjamuan makan.” Permasuri : “Apakah ada sesuatu yang harus saya tangani jika tidak ada perjamuan?” Sekretaris : “Tidak ada. Yang Mulia mengatakan bahwa Anda tidak perlu khawatir sama sekali.” Sejauh yang saya ketahui, menghilangkan perjamuan makan bukanlah hal yang aneh. Bagian dalam aula masih akan di dekorasi untuk menghormati selir pada hari itu. Tetapi sebaliknya akan lebih kecil untuk makan malam dengan kaisar. Mereka akan mengundang orang-orang terdekatnya dan menandatangani dokumen kontrak. Tapi saya tidak perlu khawatir tentang hal itu? Apakah ini karena kesombongan Sovieshu atau ada pertimbangan lainnya? Permaisuri : “Baiklah, katakan padanya saya telah menerima pesan darinya.” Tidak ada salahnya bagi saya. Sekretaris tersebut membungkuk lalu pergi. Pejabat lain menatap saya dan ketika saya melirik mereka, mereka buru-buru menundukkan kepala dan pura-pura kembali bekerja. ‘Jangan gemetar di depan mereka.’ Pikir saya. Tentunya mereka akan berbisik jika saya menunjukkan tanda-tanda kecewa dan terluka. Meskipun selir itu menghancurkan hidup saya, saya tidak ingin mereka berpikir bahwa semua telah berakhir hanya karena suami saya mencintai wanita lain. Saya memasang ekspresi acuh tak acuh, lalu meninjau kembali rencana itu dan menyarankan mereka untuk merevisi yang diperlukan. *** “Kaisar akan menandatangani kontraknya terlebih dahulu. Kemudian Anda menandatangani pada garis hitam tipis dibawah namanya.” Baron Lant, salah satu sekretaris kaisar ditugaskan untuk mendidik Rastha. Ketika baron selesai menjelaskan garis besar dokumen-dokumen tersebut, mata Rastha melebar dan dia meraung kecil. Itu biasanya bukan suara yang dibuat oleh para bangsawan. Baron Lant menatapnya sejenak, bingung. Sementara air mata mengalir dari mata Rastha. “Aku mengerti maksudmu, tapi... Rastha tidak memiliki tanda tangan.” “Anda bisa membuatnya.” Wajah Rastha memerah karena jawaban kasualnya. Baron Lant akhirnya menyadari mengapa Rastha berbuat demikian. Baron Lant : “Apakah Anda tidak tahu bagaimana caranya menulis?” Ketika Baron Lant ditugaskan untuk mengajari Rastha, kaisar hanya mengatakan kepadanya bahwa Rastha adalah orang biasa. Jadi dia berasumsi bahwa Rastha memiliki pendidikan dasar. Mungkin desas-desus yang dikatakan orang-orang selama ini benar bahwa mangsa cantik yang di sukai kaisar ini memang b.u.d.a.k yang melarikan diri. Tidak banyak pengetahuan dalam mengajari b.u.d.a.k untuk bagaimana caranya membaca dan menulis. “Yah, ku rasa Anda memang tidak tahu.” Ujar Baron Lant. Sebetulnya dia ingin bertanya secara langsung apakah dia adalah b.u.d.a.k atau bukan, tetapi yang keluar dari mulutnya akhirnya hanyalah senyuman. Dan berpura-pura tidak tahu, lalu Baron Lant meletakkan kertas kosong di depan Rastha. Tidak mudah untuk mengajarinya menulis dalam beberapa hari, tetapi dia dapat dengan cepat belajar cara menuliskan namanya sendiri. Baron Lant : “Jika Anda tidak tahu bagaimana mengeja nama Anda, aku akan menuliskan beberapa versi yang terdengar seperti nama ‘Rastha’ dan Anda dapat memilih salah satunya. Lalu menghafalnya.” Untungnya Rastha dengan cepat dapat menguasai ejaan. Seharusnya itu tugas yang membuatnya frustasi bagi seorang yang datang dari dunia per.b.u.d.a.k.kan. Baron Lant dibuatnya terheran. Rastha : “Seperti ini? Apakah aku melakukannya dengan baik?” Baron Lant : “Ya, Anda melakukannya dengan sangat baik.” Setelah memujinya dan menerima senyuman sebagai balasan, Baron Lant menjelaskan apa yang bisa dia harapkan dari upacara penandatanganan. “Akan ada perjamuan besar dan semua bangsawan akan berkumpul disana. Nona Rastha bisa mengundang teman sebanyak yang Anda inginkan.” “Woow..!” Rastha terperanjat. “Ketika kanselir mendatangi Anda nanti dan membuka dokumen pemerintah, Anda akan menandatangani nya.” “Dokumen-dokumen.....” Belum lagi Rastha melanjutkan kalimatnya, Baron Lant nampak mengerti apa yang akan dia tanyakan dan segera menjawabnya, “Kanselir akan menjaga dokumen-dokumen tersebut dengan aman.” Rastha menghentakkan kakinya dengan gembira dan menjerit kecil. Baron Lant mengawasinya sejenak sebelum menambahkan hal lain. “Ini bukan sebuah kewajiban, tapi....” Mata Rastha segera menatapnya dengan penuh heran. “Terkadang sang permaisuri akan mengirimkan hadiah kepada selir kaisar ketika dia menandatangani kontrak.” Sambungnya. Rastha : “Hadiah?” Baron Lant : “Permaisuri adalah pemilik istana. Dari sudut pandang pemilik, selir adalah seseorang yang akan tinggal bersama dengannya di masa depan. Ini berarti selir tidak hanya menerima rasa hormat dan pengakuan kaisar, tetapi juga dari permaisuri jika dia diberi hadiah. Jika ada beberapa selir yang menerima hadiah dari permaisuri, maka dia akan dianggap sebagai selir top.” Rastha tiba-tiba nampak tidak aman. “Jadi Rastha akan menerima hadiah dari permaisuri?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN