Chapter 7

1269 Kata
Bab 7 – Hadiah Permaisuri Untuk Selir (2/2) Permaisuri : “Saya tidak akan mengirimkan hadiah walaupun hanya satu.” Para wanita dayang-dayang saya saling bertukar pandang dan mereka merasakan kelegaan. “Oh terimakasih Tuhan.” “Aku khawatir bahwa Yang Mulia mungkin akan mengirimkannya hadiah.” Jawab wanita lain. Ada banyak alasan untuk tidak mengirimkannya hadiah. Setelah sekretaris Sovieshu pergi, saya meneliti semua preseden untuk berjaga-jaga. Bahkan jika ada jamuan makan, tidak ada kewajiban bagi saya untuk memberikan hadiah. Jika ada beberapa selir, seseorang bisa menahan hadiah-hadiah tersebut dengan dalih agar mencegah orang-orang tertentu untuk membangun kekuatan atau pengaruh kekerabatan yang dekat dengan permaisuri. Tetapi situasi dengan Rastha berbeda. Bagaimana pun, saya tidak punya keinginan untuk memberikannya sama sekali, dan bahkan Sovieshu juga telah mengirim sekretarisnya untuk memberitahu saya agar tidak perlu khawatir tentang hal itu. Jadi kenapa saya harus memberikan sesuatu yang tersirat seolah seperti mengatakan, ‘Tolong rawat suami saya’. Permaisuri : “Jangan khawatir. Saya tidak tahu apakah saya memiliki alasan untuk mengirimkannya hadiah? Tetapi saya tidak akan melakukan hal itu.” Ekspresi puas muncul di wajah para wanita dayang-dayang saya. “Laura pasti akan senang jika dia berada disini. Aku berpikir untuk memberitahunya hal ini saat aku memiliki kesempatan keluar dari istana sejenak, Yang Mulia.” Permaisuri : “Bagaimana kabar Laura?” “Ketika aku melihatnya kemarin, dia berbicara dengan emosinya tentang wanita b.u.d.a.k itu.” Jawab salah satu wanita dayang. “Marchioness Tarital juga geram dan menceritakan kisahnya setiap kali dia mengadakan pesta teh.” Sambung yang lain. Saya pikir lebih baik mereka berada dipihak saya. Sovieshu dan para pembantunya pasti akan merawat Rastha dengan baik. Dan saya tidak berpikir bahwa mereka-mereka yang dekat dengan saya perlu mendukung Rastha. “Ngomong-ngomong, Yang Mulia... Bisakah aku bertanya sesuatu pada Anda?” “Ya. Apa itu?” “Ada desas-desus yang mengatakan bahwa Pangeran Kerajaan Barat akan datang untuk Hari Tahun Baru. Apakah itu benar?” Wanita-wanita dayang lain yang sedang sibuk berbicara satu sama lain segera menatap saya ketika mendengar pertanyaan itu. Saya hanya menjawab dengan mengangguk. Dan mereka menjerit ketika menutupi wajah mereka atau mengipasi diri mereka sendiri. Heboh, saya berusaha sebaik mungkin mengerutkan bibir agar tidak tersenyum melihat tingkah mereka. Para dayang-dayang saya memiliki alasan untuk menantikan kedatangan sang pangeran tersebut. Pangeran Barat adalah satu-satunya adik lelaki raja yang terkenal karena banyak hal. “Dia sangat tampan bukan?” “Mereka mengatakan jika terjadi kontak mata dengan nya itu akan membuat mu terhipnotis oleh sihirnya!” “Tetapi aku dengar dia cukup keras kepala. Aku bahkan bertanya-tanya apakah Raja Kerajaan Barat saat ini sudah menyerah supaya membuatnya segera menikah?” “Apakah rumor tentang dia bagaikan semangka tanpa biji itu benar?” “Aku tidak tahu. Tapi memang agak mencurigakan jika raja tidak memiliki anak dan juga pangeran selalu dikelilingi oleh banyak wanita juga.” Saya hanya mengangguk diam-diam ketika mendengarkan bisikan gosip para wanita dayang-dayang. Kerajaan Barat adalah negara dengan kekuatan militer yang besar. Bahkan hampir setara dengan Kerajaan Timur kita. Dari segi kekayaan, mereka adalah yang terkaya di dunia. Sang pangeran yang di nobatkan sebagai bakal pemilik garis tahta selanjutnya memang banyak memiliki desas-desus yang berputar-putar tentangnya. Saya bisa meninggalkan beban pikiran tentang Sovieshu dan selirnya sejenak dan menikmati percakapan manis para dayang-dayang saya. *** Rastha : “Tidak ada jamuan?” Ketika Rastha bertanya pada Kaisar Sovieshu seberapa besar perjamuan makan itu nanti dan apakah dia bisa mengundang teman-teman nya, dia tidak siap untuk pukulan yang satu ini. “Tapi Baron Lant bilang bahwa kita akan mengadakan pesta besar...” Keluhnya lagi. Kaisar : “Bukankah aku sudah memberi tahu mu bahwa akan ada agenda Tahun Baru dalam waktu dekat ini? Aku tidak ingin terburu-buru tapi kamu orang yang menginginkan upacara penanda tanganan sesegera mungkin, kan?” Terlepas dari penjelasannya, Rastha hanya memandang dengan bingung, Sovieshu menyadari bahwa selama ini dia salah mengira Rastha. Dia tampak lebih pintar sekarang daripada saat pertama kali mereka bertemu. Tetapi dia lupa bahwa dia tidak tahu apa-apa tentang kaum bangsawan. Kaisar : “Ya, ini salah ku.” Rastha : “Apa maksud mu?” Kaisar : “Tidak mudah mengatur jamuan besar sekarang. Ada hal-hal lain yang mendesak dan harus aku persiapkan segera. Waktunya sangat sempit dan tidak sopan mengadakan satu pesta besar yang saling berdekatan waktunya.” Rastha : “Ah! Tapi apakah ada perjamuan lain pada hari yang sama dengan upacara penanda tanganan Rastha?” Kaisar : “Hari Tahun Baru akan segera tiba.” Rastha berubah menjadi sedih ketika mimpinya untuk diberi selamat oleh para bangsawan di sebuah pesta mewah dan megah berubah menjadi debu abu. Dia selalu ingin melihat orang-orang berbondong-bondong mendatangi nya, jadi itulah alasan dia mengapa membujuk Sovieshu untuk mengadakan upacara sesegera mungkin. Jelas kaisar akan kesal dengan alasan nya ini, jadi Rastha tidak menunjukkan tanda-tanda ketidak bahagiaan nya dan tetap diam. Namun kekecewaan nya semakin meningkat pada hari upacara penanda tanganan. Bahkan jika tidak ada jamuan besar, dia masih mengharapkan sesuatu. Dan ketika hal itu tidak terjadi, dia berharap kaisar menghujani nya dengan permintaan maaf dan janji dengan hadiah. Tidak ada kata ucapan selamat ataupun hadiah dari permaisuri. Dia merasa sedih ketika Baron Lant memberitahu nya bahwa aula besar istana berada di bawah wilayah sang permaisuri. Rastha dengan rajin mempraktikkan tanda tangan nya, tetapi setelah menanda tangani dokumen itu, dia merasa hampa. Ketika dia selesai, kanselir langsung pergi dan mengatakan bahwa dia masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dia lakukan. Tidak ada sorakan, tepuk tangan yang meriah, atau perasaan ekstasi seolah-olah dia memiliki segalanya di dunia ini. Bahkan Sovieshu juga pergi dengan ucapan, “Ada pekerjaan yang harus segera ku selesaikan.” Dan dia juga melanjutkan, “Sampai jumpa nanti.” Ketika Rastha kembali ke kamarnya, dia membenamkan wajah di tangan nya. “Kenapa seperti ini jadinya?” Pembantu Rastha mendekat dan bertanya padanya apa gerangan yang salah? Dan rasa sakit hati yang dia pendam selama ini akhirnya meledak, “Permaisuri pasti membenci ku! Kalau tidak, aku tidak akan melewatkan jamuan ataupun pemberian hadiah. Bahkan jika dia tidak memberi ku hadiah, tidak bisakah dia menunjukkan wajahnya?” Pembantu Rastha : “Jangan menangis, Nona Rastha. Kenapa Anda menangis di hari yang baik ini?” “Jangan khawatir.. Toh Anda akan jarang melihat permaisuri.” Sambung yang lain. Namun luka Rastha tidak begitu saja menghilang. Ketika Sovieshu akhirnya bergegas menemuinya setelah dia menyelesaikan pekerjaan nya, dia memperhatikan bahwa Rastha sedang dalam suasana hati yang suram. Kaisar : “Mengapa mangsa ku terlihat sangat menyedihkan di hari yang penuh makna ini?” Rastha : “Apa maksud mu ‘di hari yang penuh makna ini’ ? Aku bahkan belum diberikan kata selamat oleh siapa pun.” Kaisar : “Tidak diberi selamat oleh siapa pun? Kanselir mengucapkan selamat pada mu. Dia membungkuk pada mu dan bahkan para pelayan juga melakukan itu padamu.” Tapi yang di inginkan Rastha adalah ucapan selamat dari para bangsawan. Bukan para pelayan, apa artinya itu? Dia ingin di akui oleh mereka-mereka yang mengangkat dagu nya seolah-olah mereka adalah orang-orang yang terbaik di dunia. Rastha : “Permaisuri pasti membenci Rastha...” Saat wajah Rastha semakin suram, Sovieshu dipaksa untuk mengakui sesuatu. Kaisar : “Permaisuri tidak menyiapkan jamuan atau hadiah bukan karena dia membenci mu. Tapi aku lah yang mengatakan padanya untuk tidak perlu repot-repot melakukan hal itu karena ini bukanlah waktu yang tepat.” Rastha mengangguk, tetapi jelas bahwa dia tidak percaya padanya. Dalam suasana yang muram seperti ini, mustahil bagi Sovieshu untuk bersantai dan menikmati dirinya sendiri bersama selirnya. Keesokan harinya, Sovieshu memberikan hadiah kepada sekretarisnya dan dia menyuruh nya untuk memberikan hadiah itu kepada Rastha atas nama permaisuri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN