Saat makan malam tiba. Semua sedang berkumpul di ruang makan dan bercakap-cakap seolah tak terjadi apa pun di siang hari tadi. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa muka tenang Tante Ratih yang biasanya, sekarang tidak sedang tersemat di wajah beliau. Aku masih merasa wajahku bengkak karena menangis. Kadang, kudapati sesekali Kak Doni dan Kak Randy melirikku. Mungkin mereka ingin menanyakan mengapa aku menangis. Tapi, mereka pun pasti sudah tahu jawabannya. "Ngomong-ngomong, Rama pakai penerbangan langsung atau transit?" tanyaku ingin mencairkan suasana sambil menyuapkan sepotong chicken Cordon Bleu ke dalam mulut. Tak ada yang menjawab pertanyaanku dengan cepat karena semua sedang mengunyah makanan. Om Hadi tampak meneguk air putih di gelas kristalnya sebelum mengatakan, "Seharusnya, sekara