Kedipan Curaling

1202 Kata

15 Siang itu, seusai salat Zuhur dan makan cepat ala tentara, aku menyambangi ruang kerja Teh Marni di lantai dua. d**a berdebar-debar karena sebetulnya separuh hati hendak mengajaknya kencan, tetapi demi kesuksesan rencana, aku harus berkorban. "Mau apa?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangan dari lembaran kertas. Aku membatin, mungkin kedatanganku tidak tepat waktu karena sepertinya dia tengah sibuk dan tidak ingin diganggu. "Ehm, lagi sibuk, ya? Kalau iya, nanti aku balik lagi," sahutku. Teh Marni menengadah dan mengangkat kacamata bacanya yang meluncur di hidung yang tidak mancung itu, agar kembali tersangkut di batang hidung yang sangat minimalis. Dia memandangiku dengan saksama, kemudian memberikan tanda dengan tangan agar aku duduk. "Jangan bertele-tele, Fai, teteh lagi sibu

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN