"Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan! Kembali menatap ke arahmu atau menatap ke arah lain"
***
"Apa yang ingin appa katakan?"
Bukan nya mengatakan sesuatu tuan Min malah hanya diam dalam kebisuan, ia nampak ragu untuk mengatakan sesuatu pada Hyumi.
Tuan Min tersenyum lembut dengan matanya yang menyipit.
"Kau pasti lelah, tidurlah"ucapnya dengan suara begitu lembut .
Hyumi menyerngit, menatap bingung tuan Min, pria paruh baya itu seakan menyembunyikan sesuatu darinya.
"Nde, appa juga tidurlah ini sudah larut"
Tuan Min hanya mengangguk, mengiyakan perkataan Hyumi.
"Aku akan ke kamarku, selamat malam appa"
Hyumi beranjak pergi baru beberapa langkah ia berhenti dan berbalik melihat sang appa, tuan Min kembali menatap layar TV dengan tatapan teduh.
Entah apa yang sedang pria itu pikirkan, Hyumi cukup penasaran tapi tidak enak untuk bertanya padanya sepertinya cukup rumit untuk dikatakan padanya.
Hyumi kembali melanjutkan langkahnya menuju lantai atas, kamarnya yang berada di lantai dua.
Hyumi masuk ke dalam kamarnya, mendudukan dirinya di pinggir ranjang tempat tidur.
Ia mengeluarkan ponsel dari saku jaket coklat yang dipakainya.
Ada sebuah pesan di sana, tangannya menyentuh layar smartphone miliknya bermaksud untuk melihat pesan tersebut.
From. Jongguk
Jaljayo.(Hati-hati di jalan)
Hyumi tersenyum melihatnya, namun dia tidak berniat melihatnya dan membuka pesan berikutnya.
From. JiYeon
Hyumi-Ya, JiSoo masuk ke Rumah Sakit.
Wajah Hyumi berubah panik, ia langsung menekan tulisan telpon untuk menghubungi wanita itu.
"Yeoboseyo"
"Yeoboseyo, eonni-Ya JiSoo wae?"(Kenapa) tanya Hyumi cukup panik.
"Hyumi hiks... hiks... hiks... Uisa sedang merawatnya, aku sungguh panik, aku takut terjadi sesuatu padanya"
"Sabarlah... Dia pasti akan baik-baik saja, uisa pasti akan merawatnya, besok aku akan ke Seoul untuk menjenguk JiSoo"
"Jinjja? Hyumi-Ya bogoshipo"(Benarkah. Aku merindukanmu)
"Nado"(aku juga) balas Hyumi, sungguh dari dalam hati yang paling dalam dia memang benar-benar merindukan sosok wanita itu.
"Annyeong, sampai jumpa di Seoul eonni"
"Aku menunggumu"
PIP.
•••
Keduanya sedang menikmati sarapan, Hyumi mengatakan pada tuan Min kalau dirinya akan pergi menuju Seoul untuk menemui JiYeon.
Pria itu nampak terkejut dan ragu namun kemudian dia mengizinkan Hyumi untuk pergi.
"Aku akan mengatakan pada asistenku untuk menyiapkan Hotel dan segala kebutuhnmu saat di sana"
"Tidak perlu aku akan menginap di Rumah JiYeon eonni appa"
"Kau sedang hamil! Kau ini jangan membuatku panik dengan membiarkanmu pergi sendirian ke Seoul"
"Aku akan minta orang suruhanku untuk menemanimu selama di Seoul"
"Appa sungguh jangan berlebihan"
"Hyumi kau harus mendengar ucapanku"
Hyumi hanya tersenyum, ucapan seorang tuan Min memang tidak bisa di bantah.
"baiklah appa"
"Kapan kau akan pergi?"
"Jam 9, aku sudah menyiapkan semua keperluanku"
"Jadi kau akan lama di sana?"
"Ani (tidak)... aku hanya akan berada di sana selama 4 hari 3 malam, tidak butuh banyak baju untuk di bawa"
"Kalau begitu bersiaplah, aku akan menghubungi orang untuk mengantar mu ke sana"
"Aku harus ke Kantor sudah setengah delapan"
"Ne appa"(Ya ayah)
"Jangan pergi sebelum orang suruhanku datang arraseo"
"Aku mengerti)
•••
Hyumi menaiki sebuah mobil orang suruhan tuan Min, mobil jenis audi hitam untuk pergi menuju Seoul.
Butuh waktu sekitar 4 jam menuju Seoul, ia sampai di sebuah Apartemen JiYeon.
Hyumi masih ingat password Apartemen wanita itu, ia masuk di bantu orang suruhan tuan Min untuk mengangkat tas miliknya.
"JiYeon eonni pasti di Rumah Sakit"
Gumamnya.
"Bisa kau antar aku ke Seoul Hospital"
"Tentu saja nona"
Hyumi kembali di antar menuju Seoul Hospital, ia mengirim JiYeon pesan untuk meminta nomor ruang inap wanita itu.
Ruangan itu ada di lantai 2 no. 19.
Pas berhadapan dengan tangga adalah kamar inap no. 17 hanya berselang 2 kamar dan Hyumi untuk menemukan kamar itu.
Hyumi tersenyum melihatnya, ia menggeser pintu ruangan tersebut dan mendapati JiYeon tengah duduk di sisi tempat tidur.
"Hyumi-Ya"panggil JiYeon kelewat senang.
Hyumi tersenyum senang saat akhirnya kembali melihat wajah JiYeon.
"Wahhh chukkae, ini sudah menginjak 4 Bulan kan tapi perutmu tidak terlalu besar"
"Ya, beberapa orang mengatakan hamilku rapih, aku sendiri tidak mengerti apa maksudnya"
"Sudah lama sekali tidak melihatmu, kau meninggalkan Seoul saat usia kehamilanmu menginjak 3 minggu, kini sudah 4 bln"
"Maaf karena tidak hadir saat proses persalinanmu eonni"sesal Hyumi.
"Tidak apa, aku senang kau datang"
"Oh ya ini JiSoo, dia tampan aku sungguh menyesal tidak bisa hadir saat persalinanya"
"Jangan di pikirkan, dia memang tampan seperti appanya"
"Oh ya eonni, bagaimana keadaan JiSoo? kau membuatku panik karena menangis semalam"
"Ternyata hanya demam, aku benar-benar khawatir "
"Kau ini"
"Kapan dia boleh pulang?"
"Katanya sore ini, aku harus menunggu uisa Park untuk memeriksa kembali kondisi JiSoo sebelum pulang"
"Eumm... Baguslah"
"Bagaimana kabar Chaerin?"tanya Hyumi.
"Eoh duduklah, ayo kita bercerita"JiYeon menarik Hyumi untuk duduk di sofa yang berada di dalam Rumah Sakit dan mulai bercerita panjang lebar.
Cukup lama JiYeon bercerita, hingga akhirnya wanita itu kini tertidur.
Hyumi dengar JiYeon begadang karena terlalu panik tadi malam, wajar jika sekarang dia tertidur.
Hyumi melirik ke arah meja, di sana hanya ada air putih dan biskuit.
Hyumi merasa lapar, eomma hamil memang cepat merasa lapar.
Hyumi bangkit berdiri, ia berencana untuk pergi menuju Kantin Rumah Sakit dan membeli beberapa makanan.
Ia menggeser pintu dan menutupnya secara perlahan.
"Hyumi eonni"
Hyumi tersentak saat namanya di panggil.
Hyumi menoleh ke belakang dan mendapati Yoora tengah berdiri seraya menatap sendu ke arahnya.
"Yoo.... Yoora"ucap Hyumi gugup.
Hyumi menoleh ke segala arah, ia takut sosok pria itu berada di sekitar sini mengingat YooRa sedang berada di hadapannya saat ini.
"Eonni senang bisa bertemu denganmu lagi, bisa kita bicara sebentar?"
Hyumi menatap YooRa dengan ragu hingga akhirnya kepala itu mengangguk menyetujui perkataannya.
YooRa mengajak Hyumi ke Taman Rumah Sakit, keduanya duduk berdampingan di salah satu kursi beralmunium.
"Bagaimana kabarmu Yoora? Kau sudah melahirkan? Apa jenis kelaminnya? Maaf ya aku tidak datang di persalinanmu"ucap Hyumi memecahkan keheningan di antara mereka.
YooRa tersenyum sendu, kedua tangannya saling bertahut dengan rasa cemas yang melanda hatinya.
"Tidak apa eonni, aku baru saja melahirkan 2 Bulan yang lalu, kabarku baik hanya saja.... "
Hyumi menoleh ke arah YooRa wanita itu terlihat begitu sedih, wajahnya tertunduk memainkan jari-jarinya yang bertahut.
"Bayiku sakit, dia harus terus di rawat di Rumah Sakit, dia... "
"Hah! Ini salahku, ini karena dosaku pada eonni"
"Yak, apa yang kau bicarakan! Ini bukan salahmu berhenti menyalahkan dirimu sendiri"
"Eumm"Hyumi terlihat canggung saat ini dia khawatir, khawatir akan bertemu kembali dengan pria itu, YooRa di sini dan kemungkinan Yoogi juga berada di sekitar sini.
Bagaimana kalau mereka bertemu, Hyumi sungguh takut saat ini.
"Eonni"panggil YooRa yang membuat Hyumi menoleh ke arahnya.
"Kau mencari Yoogi oppa"Hyumi tersentak wajahnya tertunduk.
"Dia tidak ada di sini"Hyumi menoleh kan kembali wajah nya memandang YooRa.
"Wae? Apa Yoogi menyakitimu? Kenapa dia tidak ada saat bayinya sedang berada di Rumah Sakit"
"Kenapa.. "
"Dia bukan bayi Yoogi oppa"potong YooRa yang membuat Hyumi tercengang.
"Mwo!"ucap Hyumi terkejut bukan main.
"Yoo.... YooRa a... Apa yang kau.. kau"
"Mianhae eonni... Aku sungguh minta maaf padamu, aku menyakitimu, aku menyakiti Yoogi oppa, aku... Aku sungguh menyesal"
"Aku dan Yoogi oppa bercerai"
"Yoogi dan aku bercerai sekitar 2 Bulan yang lalu, aku ingin mengatakan suatu kebenaran padamu eonni"
"Aku ..... Begitu mencintai Yoogi oppa ketika ia dan appanya datang pada Ulang Tahun Perusahaan appaku, aku menyukainya sejak pandangan pertama tapi ternyata dia sudah menikah"
"Lalu tak lama ku dengar kabar nyonya Min sedang mencari wanita untuk menjadi istri kedua putranya, aku menawarkan diri dan dia menyetujuinya ,aku benar-benar sangat senang"
"Baru 3 hari dan nyonya Min mengancam ku, kalau aku tidak mengandung selama satu bulan ini maka Yoogi akan menceraikanku dan mencari wanita lain"
"Aku tidak mau Yoogi oppa menceraikanku, sementara Yoogi oppa tidak mau melakukannya denganku, kami hanya melakukannya sekali saat 1 hari kami menikah dan hanya itu, dia tidak pernah lagi mendekatiku menyentuhku bahkan hingga kami bercerai"
"Saat dia tidur di kamarku Yoogi oppa akan memilih untuk tidur di sofa, aku mencoba untuk melakukan hal-hal rendah dan mengajaknya untuk tidur denganku tapi dia akan marah dan keluar dari kamar"
"Aku merasa begitu kalut, tidak pernah terpikir akan menikah dan mengalami semua ini"
"Beberapa kali kalian terlihat.. Dekat "gumam Hyumi.
"Yang mana? Ciuman itu? Kedekatan itu? "
"Semuanya palsu"ucap YooRa dengan senyum miris dan hal itu sukses membuat Hyumi tercengang.
"Yoogi oppa tahu tentang Jongguk, kami pernah melihat eonni dan pria itu bersama, Yoogi oppa begitu marah dan di suatu malam dia pernah meminta bantuanku untuk membuatmu cemburu"
"Semua itu hanya semata-mata agar membuatmu cemburu"
"Dan bercerai denganmu, itu semua karena ancaman appaku dan eommanya, Yoogi tidak akan melakukan hal itu kalau dia tidak berada di bawah tekanan banyak pihak, aku harap kau mengerti eonni"
"Tapi... Aku rasa kalian"
"Tidak ada apa-apa di antara kami eonni, semua ini hanya sekedar Cinta sepihak, Yoogi oppa tidak pernah mencintaiku yang dia lihat hanya kau eonni"
"Dia hanya mencintaimu"
YooRa memandang Hyumi tapi wanita itu malah membuang wajahnya.
"Sebenarnya untuk apa kau mengatakan semua ini padaku"ucap Hyumi tanpa memandang YooRa.
"Aku harap eonni dapat memaafkan Yoogi oppa dan memulai semuanya kembali"
"Tsk!"ucapan YooRa terasa menyebalkan bagi Hyumi.
"Kau mengatakan seolah semua hal terasa begitu mudah"
"Semuanya sudah berakhir YooRa, aku maupun Yoogi akan menjalani hidup kami masing-masing, tidak ada ikatan lagi di antara kami"
"Kami belum berjodoh, itu sebabnya percintaan kami berakhir"
"Aku rasa karena eonni berjodoh, seberapa keras cara yang digunakan untuk memisahkan Cinta sejati, bagaimana pun caranya Cinta sejati akan tetap bisa menemukan caranya sendiri untuk kembali bersatu"
"Lucu sekali YooRa, ini bukan Cinta sejati"
"Aku dan Yoogi sudah berakhir, berhenti menjadi cupid di antara kami, penjelasanmu tidak akan pernah mengubah pemikiranku untuk kembali pada Yoogi, kami tidak akan pernah kembali bersatu -aku dan dia kami sudah punya kehidupan kami sendiri"
Hyumi bangkit berdiri lalu berbalik menghadap wanita itu.
"Eonni hamil, Yoogi oppa pasti senang melihatnya"ucap YooRa dengan senyum di wajahnya.
"YooRa berhentilah ku mohon"
"Yoogi oppa membutuhkan eonni saat ini"ucap YooRa nanar.
Hyumi menggelengkan kepalanya lemah.
"Aku tidak ingin melihatnya lagi"
"Eonni"YooRa berdiri dan menahan pergelangan tangan Hyumi saat wanita itu akan pergi meninggalkannya.
"YooRa hajima"kesal Hyumi seraya menatap YooRa dengan kesal.
"Eonni hiks.... Jebal.. Yoogi oppa membutuhkanmu hiks... Tolong... Tolong dia hiks.. "
"Aku tidak bisa YooRa"Hyumi melepaskan tangannya yang digenggam YooRa.
Hyumi beranjak pergi dari sana meninggalkan YooRa yang menatap kepergiannya dengan nanar.
"Yoogi oppa mengalami gangguan jiwa dia berada di Rumah Sakit eonni, dia membutuhkanmu.. Hiks.."
DEGG!
Hyumi tersentak, rasanya jantungnya seakan berhenti berdetak, seperti mendengar suara petir di siang hari.
Hyumi membalikan tubuhnya ke arah YooRa menatap wanita itu dengan tatapan syok.
Hyumi berharap dia salah dengar semua ini lelucon, ini benar-benar tidak nyata.
"Eonni... Tolong dia jebal"
"Yoogi membutuhkanmu"
•••
SRETTT//
JiYeon terkejut saat Hyumi masuk ke ruang inap nya dan menutup pintunya yang kini bersandar di belakangnya.
JiYeon nampak terkejut saat melihat raut wajah Hyumi, wanita itu nampak kacau dengan raut wajahnya yang terlihat begitu sendu, khawatir dan berbagai macam rasa sedih yang membingungkannya, karena saat terakhir dia melihatnya dia selalu menunjukan senyumnya berbeda dengan saat ini.
"Hyumi... Apa terjadi sesuatu? Kau baik-baik saja?"tanya JiYeon, terselip nada khawatir pada nada bicaranya.
Hyumi mendongkak, memandang JiYeon dengan air mata yang berada di pelupuk matanya.
"JiYeon eonni tahu sesuatu tentang Yoogi?"
JiYeon tersentak mendengarnya, sejak tadi dia menahan untuk berbicara atau sekedar keceplosan untuk membicarakan tentang pria itu tapi kini...
Hyumi yang malah bertanya langsung padanya.
"Hyumi"
•••
Bayi JiYeon sudah di perbolehkan pulang, kini Hyumi berada di Apartemen JiYeon bahkan Chaerin juga berada di sana.
Mulut Chaerin tidak bisa diam, dia terus saja berceloteh mengenai ahjuma pemilik butik, wanita itu begitu kerepotan setelah di tinggal Hyumi katanya.
Hyumi tak berekspresi sama sekali, pemikirannya di penuhi oleh seorang Min Yoogi.
"Hyumi"
"Hyumi-Ya"Chaerin menoleh pada Hyumi ,panggilan JiYeon sejak tadi tidak digubris wanita itu.
"Eonni"Chaerin menyenggol lengan Hyumi yang duduk di sebelah kirinya ,wanita itu seakan tersadar dari lamunanya dan menoleh pada Chaerin dengan tampang bingung.
"Eoh"sahut Hyumi.
"Jenguklah dia"ucap JiYeon seraya menenggak segelas jus jeruk.
"Nugu?"tanya Chaerin bingung.
"Tapi..."ucap Hyumi ragu.
"Minta saja Jongguk mengantarmu"ucap JiYeon.
"Eonni dia pasti tidak mengijinkanku untuk bertemu Yoogi"
"Ne eonni, Jongguk tidak mungkin membiarkan Hyumi eonni untuk bertemu dengan Yoogi, pria itu cukup terobsesi untuk mengunci Hyumi dihatinya"jelas Chaerin.
"Kau menyukai Jongguk?"Hyumi menundukan wajahnya, ia sendiri bingung dengan perasaannya saat ini.
Jongguk pernah mengatakan untuk menjadi kekasihnya dan Hyumi setuju untuk mencoba membenah hatinya dan melupakan Yoogi melalui Jongguk, tapi sampai sekarang hatinya belum bisa di tebak, benarkah dia sudah melupakan Yoogi dan mencintai Jongguk?
Hyumi tidak bisa menjawabnya karena dia sendiri tidak tahu tentang perasaannya sendiri.
"Aku tidak tahu"
"Benar-benar tidak tahu"
"Aku tidak mengerti dengan perasaanku sendiri"
"Temuilah dia"
"Setidaknya itu bisa menenangkan perasaanmu, dan mencari tahu bagaimana perasaanmu sesungguhnya"
"Aku takut kembali menatapnya dan berharap lebih"
"Kalau begitu kau masih mencintai Yoogi"
"Eonni"
"Jujur aku tidak suka saat dulu kau berdekatan dengan Yoogi, menurutku dia bukanlah pria yang tepat untukmu, tapi.... Dengan kondisinya saat ini aku yakin dia begitu mencintaimu, ini Cinta bukan?"
"Mendengar ceritamu tentang Yoogi dari Yoora cukup membuatku bersimpati dan berpikir mengenai perasaan Yoogi yang sesungguhnya padamu"
Hyumi hanya bisa menghela nafasnya, pemikiran ini begitu rumit.
"Temuilah dia"ucap JiYeon lagi yang membuat Hyumi memandangnya sendu.
•••
Butuh pemikiran yang mendalam bagi Hyumi agar kini dia bisa berdiri di depan Rumah Sakit Jiwa untuk menemui mantan suaminya yang di rawat di sini.
Hyumi mengeratkan jaket hitam yang dipakainya, tangannya beralih mencengkram tali tas selempang yang melingkar di tubuhnya .
"Apakah ini yang ingin di katakan appa saat malam itu?"gumamnya mengingat malam dimana tuan Min terlihat ragu dengan ucpannya sendiri.
Ini keputusan yang diambilnya, ia melangkah masuk, tepat saat jam besuk tiba, menuju ruangan Yoogi di antar oleh sang perawat.
Hyumi berdiri di depan pintu ruang Yoogi, sebuah pintu di bukanya dan menampakan pria itu tengah duduk terdiam membelakanginya di atas tempat tidur seraya menatap ke arah jendela.
Hyumi menangkup mulutnya dengan kedua telapak tangannya, tubuhnya bergetar hebat dengan air mata yang meluncur dari sudut matanya.
Semua itu benar, Yoogi di sini bagaikan sebuah lelucon Hyumi masih merasa semua ini adalah kebohongan belaka dia tidak percaya Yoogi berada di sini.
"Hemmmppptt... Hiks"
"Chogio, gwenchana?"tanya sang perawat khawatir saat Hyumi menyandarkan tubuhnya di dinding.
Pertahanan dirinya hampir saja jatuh kalau saja sang perawat itu tidak menahan tubuhnya.
Sang perawat kembali menutup ruangan itu, Hyumi nampak kacau dengan tangisnya yang tiba-tiba pecah.
"Aku tidak apa"ucap Hyumi dengan bibir bergetar.
Hyumi menarik nafasnya dalam, mencoba menenangkan dirinya sendiri.
Tiba-tiba tubuh Hyumi menegang saat mendapati nyonya Min tengah berdiri di tengah lorong seraya memandang ke arahnya.
Jantungnya berpacu seirama dengan langkah nyonya Min yang datang ke arahnya.
Derap langkah wanita itu memacu degup jantungnya.
Langkah nyonya Min berhenti saat sudah berada di hadapan Hyumi.
Dan untuk kedua kalinya Hyumi terkejut saat nyonya Min berlutut di hadapannya dengan wajah tertunduk.
"Mianhaeyo... Hiks.. Mianhaeyo Hyumi-Ya... Hiks... Maafkan aku... Aku benar-benar menyesal telah memperlakukanmu dengan kasar tolong maafkan aku.. Hiks.... Maafkan aku"
Hyumi menyeka air matanya kasar, menatap nyonya Min dengan sorot mata yang tajam.
Hyumi ikut berlutut di hadapan nyonya Min, tatapan nanar wanita itu sukses membuat nyonya Min terluka.
"Aku ingin membencimu tapi tidak bisa, bagaimana sekarang setelah semua yang telah terjadi kini kau menyesal dan minta maaf padaku"
"Menurutmu apa yang harus aku lakukan eomma"
"Memaafkanmu dan menganggap semuanya tidak pernah terjadi? Haruskah? Apa kau memikirkan perasaanku? Bagaimana menurutmu? Haruskah aku melupakan rasa sakitku dan bersikap biasa setelah semua yang terjadi"
"Hiks... Aku tahu, ini tidak akan mudah bagimu, aku sungguh menyesal dari dalam hati yang terdalam aku memohon maaf padamu, kau tidak perlu memaafkan ku tapi tolong maafkan putraku aku mohon temui dia Hyumi aku mohon padamu"
"Kau membuatku tidak ingin melakukan ini"
"Melihatmu membuatku terluka"
Hyumi bangkit berdiri dan berjalan meninggalkan nyonya Min yang masih berlutut dengan tangis di wajahnya.
BRAKK!
"AKKKHHHHHHHHHHHHH"
"KAJIMAAAAAA...."
"AAAAAKKKHHHH"
"HYUMIII ANDWEEERE"
"Kajima... Kajima.... Kajima... "
Langkah Hyumi terhenti saat mendengar suara Yoogi yang begitu keras memanggil namanya.
DEG!
DEG!
DEG!
DEG!
Jantungnya berpompa dengan begitu cepat, rasa tercekat akibat atmosfer di sekelilingnya yang tiba-tiba berubah.
Dengan perlahan Hyumi membalikan tubuhnya ke belakang, memandang tepat ke arah Ruangan dimana Yoogi berada.
Perasaannya begitu ragu, langkah kakinya terasa begitu berat.
Degan degupan jantungnya yang mulai menggila.
"HYUMI-YAA"