LOVE NYA JANGAN LUPA YA
***
"Hah"tubuh Hyumi bergetar hebat, terserah dengan masa lalu, terserah dengan nyonya Min yang akan merasa senang karena kehadirannya untuk anaknya.
Hyumi tidak peduli!!
Yang dipikirkannya sekarang hanyalah Min Yoogi.
Hyumi berlari tanpa memikirkan dirinya yang sedang hamil berumur 4 bulan, kakinya berhenti tepat di depan pintu ruang Yoogi.
Matanya terbelalak kaget saat melihat kondisi Yoogi yang begitu mengkhawatirkan.
Ranjang kasur yang sudah terbanting, meja pasien yang terdorong ke depan, dan Yoogi yang sedang berjongkok di sudut dengan kepala tertunduk di antara kedua kakinya.
Hati nya seakan mencelos begitu saja melihat hal ini.
"Hyumi-ya tolong dia, jebal.. Tolong Yoogi kumohon hiks... "Mohon nyonya Min yang kini berdiri di sampingnya seraya merapatkan kedua telapak tangannya dengan air mata di wajahnya.
Hyumi tidak peduli pandangannya hanya tertuju pada Min Yoogi seorang.
Masa bodo dengan rasa benci, ia masih punya perasaan iba walau hanya sedikit.
Hyumi melangkahkan kakinya namun kedua tangan kedua perawat menghalangi jalannya.
"Jangan nona, pasien bisa menyakiti anda jika anda mendekat lebih jauh lagi"
"Lepaskan aku, biarkan aku menghampirinya"
"Nona"
"Tolong biarkan aku, aku Park Hyun Mi"ucapnya dengan penekanan pada penyebutan namanya.
Perawat itu melepaskan kedua tangannya, mengangguk tanda membiarkan Hyumi untuk mendekat.
Derap jantungnya terpompa dengan cepat, nafasnya memburu dengan tubuhnya yang sedikit bergetar.
Hyumi kembali melangkah dengan perlahan mendekati Yoogi yang berada di sudut ruang.
Hyumi terus berjalan mendekat hingga kini dia berlutut di hadapan Yoogi.
Tangannya terangkat dengan perlahan terulur untuk menyentuh Yoogi.
"Yoogi oppa"
"MENJAUH DARIKU"
BRUK!
"Nona"ucap sang perawat heboh.
Hyumi jatuh terduduk akibat Yoogi mendorongnya.
Hyumi kembali bangkit lalu dengan cepat menghampiri Yoogi, kedua telapak tangganya dengan cepat menangkup wajahnya membuatnya langsung memandangnya.
"Oppa ini aku Hyumi"
Yoogi menatap Hyumi nanar dengan wajahnya yang di penuhi dengan air mata.
Sebelah tangan Hyumi mengusap kening Yoogi yang di penuhi keringat.
"Ini aku Hyumi, aku datang untukmu oppa"
Yoogi terus memandang Hyumi tepat di matanya, seakan meneliti wajah wanita itu.
Mata Yoogi menatap Hyumi nanar dan hal itu sukses membuat hati Hyumi seakan teriris.
"Hyumi"
Yoogi terus memandang Hyumi tepat di matanya, seakan meneliti wajah wanita itu.
"Hyumi"
"Benar... benar... Ini aku Hyumi, hiks... Ini aku"Hyumi menangis dengan sesegukan, kedua tangannya menangkup wajah pria itu dan memeluk tubuhnya erat.
❄❄❄
"Bagaimana kondisinya?"tanya nonya Min pada sang uisa, kini keduanya sedang berada di depan ruangan Yoogi.
"Besok pagi dia sudah di perbolehkan pulang, sebenarnya ini hanya stress berat akibat kehilangan, jadi kondisi nya tidak parah seperti orang gila pada umumnya, tuan Min masih di katakan sebagai manusia normal"
"Jadi diakah wanita itu?"
"Nde, kamsahamnida atas bantuannya uisanim"
"Nde, saya permisi dulu nyonya"uisanim membungkukan tubuhnya hormat sebelum akhirnya berhambur pergi dari sana.
Nyonya Min mengintip di sela-sea pintu, bibirnya tersenyum saat melihat momen keduanya yang terlihat begitu dekat, ia bersyukur setidaknya Hyumi masih mau membantunya.
Entah bagaimana selanjutnya dia sendiri belum tahu, apakah Hyumi akan terus berada di sisi Yoogi atau sebaliknya.
-
Hyumi mengusap pipi Yoogi lembut.
"Tidurlah"ucap Hyumi pada Yoogi, pria itu sedang berbaring menyamping di atas ranjang seraya memandang Hyumi yang ikut berbaring di sebelahnya .
"Na shireoyo"(aku tidak mau)
"Wae?"(kenapa)
"Aku takut kau menghilang"
"Aku tidak akan pergi"
Yoogi menggelengkan kepalanya lemah, ia meraih sebelah tangan Hyumi yang berada di wajahnya.
"Aku takut, kajima"
"Aku tidak akan pergi asalkan kau tidur"
"Aku akan tidur saat kau tidur"
Yoogi menghembuskan nafasnya lelah, dia memilih untuk mengalah.
Matanya terpejam merasakan lembutnya belaian tangan Hyumi yang mengusap pipinya.
Cukup lama hingga akhirnya Yoogi terlelap, Hyumi dapat merasakan deru nafas teratur dari pria itu yang kini tepat berada di hadapan wajahnya.
Hyumi tersenyum sekaligus merasa begitu miris, mengetahui bagaimana kondisi Yoogi yang begitu menyedihkan.
Hyumi tidak percaya pria itu akan mengalami kondisi semacam ini, hatinya sakit, terluka bahkan seperti tersayat.
DRRT.... DRRT....
Hyumi terhenyak merasakan ponselnya bergetar dari kantung jaket yang dipakainya.
Hyumi bangkit terduduk dengan begitu hati-hati takut Yoogi akan terbangun karena ulahnya, ia meraih ponselnya dan melihat nama Jongguk tertera di sana.
From. Jongguk.
Temui aku di luar
Hyumi terkejut saat membaca isi pesan tersebut, Jongguk tahu dia di sini?
Hyumi bergegas turun dari tempat tidur Yoogi dan melangkah cepat keluar ruangan tersebut untuk menemui Jongguk.
Dan benar saja saat Hyumi keluar matanya langsung tertuju pada mobil berwarna putih yang terparkir tak jauh dari tepat nya berdiri.
Jongguk menoleh ke arahnya hingga membuat pandangan mereka bertemu, pria itu menunjukan wajah tak bersahabatnya yang sukses membuat jantung Hyumi berdetak cepat.
Dengan langkah perlahan Hyumi berjalan menghampiri Jongguk.
"Jongguk"panggil Hyumi lembut saat sudah berdiri tepat di hadapan pria itu.
Jantung nya terpompa dua kali lipat lebih cepat, diam-diam sebuah rasa bersalah muncul di hatinya, rasa bersalah pada pria di hadapannya yang kini menatapnya dengan pandangan yang sulit di artikan.
Hyumi hanya bisa menunduk takut untuk sekedar menatap kedua manik mata itu yang kini menatapnya tajam.
GREB/
Hyumi tersentak saat aroma tubuh Jongguk menyeruak masuk ke area penciumannya, saat pria itu dengan tiba-tibanya menarik tubuhnya ke dalam pelukaannya.
Merengkuhnya dengan begitu erat.
"Kau membuatku khawatir"ucap Jongguk terselip nada khawatir dari nada bicaranya, ia makin mengerat kan pelukannya pada Hyumi.
"Aku ke Daegu dan mereka bilang kau ke Seoul? Untung saja ponselmu aktif dan aku bisa melacakmu"
"Kau tidak apa-apa? Kau baik-baik saja? Apa dia melukaimu?"
Hyumi melepaskan pelukannya, ia menatap Jongguk dengan alis bertahut.
"Kau tahu tentang keadaan Yoogi selama ini?"tanya Hyumi yang membuat Jongguk membeku.
"Ne, seluruh orang yang mengenal Yoogi sudah tahu tentang keadaan pria itu"
"Kau tidak mengatakannya padaku?"
"Apa harus? Kalian sudah berpisah untuk apa masih mengurus urusannya, lebih baik urusi urusan kalian masing-masing"
"Lagi pula untuk apa aku bercerita padamu tentang pria yang sudah melukai hatimu"
"Dan kini untuk apa kau di sini, ayo kita pulang"Jongguk menarik tangan Hyumi namun wanita itu menahannya, membuat Jongguk menoleh padanya dengan wajah bingung.
"Tapi Jongguk"
"Wae?"
"Aku rasa..... Aku rasa aku harus berada di sini sementara waktu"
Gumam Hyumi seraya menundukan wajahnya.
"Bersama pria k*****t itu? Hyumi"
Geram Jongguk, ia tidak mengerti kenapa Hyumi masih mau membantu pria yang jelas-jelas sudah melukai hatinya.
"Dia membutuhkanku"
"Aku juga membutuhkanmu"
"Kalian sudah bercerai, dia sudah melukai hatimu kau ingat, dan kau miliku sejak 1 Bulan 2 minggu 1 hari yang lalu, kau resmi menjadi kekasihku. "
"Aku tidak suka kekasihku bersama pria lain"
"Kau bisa lihat kondisinya? Pria itu begitu menyedihkan aku tidak tega"
"Setidaknya sampai dia bisa kembali seperti dulu"
Jongguk menghela nafasnya frustasi, ia bertolak pinggang menatap Hyumi dengan tatapan tajam.
Jongguk menurunkan kedua tangannya dan menaruhnya di lengan atas Hyumi seraya menatap wanita itu dalam.
"Kau tahu apa yang dia inginkan kan?"
"Kau.... "
"Dia menginginkanmu untuk kembali padanya! Kau kira bagaimana bisa aku membiarkanmu kembali padanya! Aku takut kau akan pergi dariku dan benar-benar kembali padanya"
"Atau kembali jatuh Cinta padanya"
"Aku tidak akan kembali padanya ataupun kembali jatuh Cinta padanya, kau tidak perlu takut"ucap Hyumi dengan berusaha meyakinkan pria itu.
Hyumi sendiri yakin, dia tidak akan pernah kembali jatuh Cinta pada pria yang sudah melukai hatinya .
Jongguk sudah terlalu baik padanya selama ini, dan dia tidak mau mengecewakan Jongguk.
Semua ini bukan semata-mata untuk Yoogi semua ini karena sang appa, appa Yoogi yang sudah terlalu baik menolongnya.
Hyumi yakin malam itu sang appa ingin mengatakan tentang hal ini namun diurungkannya karena menjaga perasaan Hyumi.
Dan Hyumi mau berbalas Budi dengan mengembalikan putranya seperti dulu.
"Aku terlalu takut untuk membiarkanmu kembali dekat dengannya "
"Pecayalah padaku"
"Jongguk aku tidak akan memberikan hatiku padanya"
"Percayalah padaku ,jebal"
Jongguk terus menatap Hyumi dalam, kedua tangannya berada di kedua sisi wajah Hyumi.
"Saranghae"ucap Hyumi, wajahnya memelas menatap Jongguk denan penuh harap.
"Kalau begitu berjanjilah padaku untuk tidak menaruh hatimu pada Min Yoogi"
"Aku janji"
"Hanya 1 bulan"
"M... Mwo!"
"Ku beri kau waktu 1 Bulan bersama pria itu, aku akan mengunjungimu tanpa ketahuan olehnya, dan setelah satu bulan kita akan menikah"
"Tapi aku sedang... "
"Aku tidak peduli, kita hanya harus menikah dan menggelar pestanya setelah anak kita lahir, kau dan aku dan calon bayi kita... Kita akan hidup bahagia, aku hanya ingin memastikan kau menjadi milikku setelah satu Bulan ini"
Hyumi menatap Jongguk sendu, ucapan pria itu tak main-main semuanya dalam keseriusan yang nyata, sorot matanya dan ucapannya tak ada kebohongan di sana.
Hyumi dapat melihat keseriusan dan ketulusan dari setiap perkataannya yang seaan berupa janji yang harus di laksanakan.
Diam-diam Hyumi merasa senang jika Jongguk mengatakan bayi kita.
Pria itu tidak pernah melihat dari sisi orang lain tentang bayi yang di kandungnya ,seperti bayi ini adalah bayinya dan Jongguk.
Hyumi mengangguk, mengiyakan perkataan Jongguk yang membuat pria itu tersenyum walau senyum itu begitu tipis.
Hyumi yakin dirinya kini telah menyakiti Jongguk, walau memandangnya dengan lembut saat ini -perasaan terluka dari sorot matanya begitu jelas terlihat.
Jongguk melepaskan kedua tangannya dan memasukan di kantung jaket yang di pakainya.
"Kau tidak boleh kedinginan"gumam Jongguk seraya merapikan jaket hitam panjang yang Hyumi kenakan.
"Anak appa harus sehat di dalam sana, jangan susah kan eomma -eoh"Hyumi terhenyak mendengarnya, perasaannya berubah aneh entah kenapa dia sendiri tidak tahu, tapi setiap Jongguk mengusap perutnya hatinya seakan berkata kau tidak seharusnya melakukan hal ini .
"Masuklah di luar dingin, tidak baik untuk kesehatan bayi kita"
Hyumi tersenyum mendengarnya.
"Eumm... Aku masuk, kau hati-hatilah saat membawa mobil"
"Nde"
Hyumi berjalan kembali menuju Rumah Sakit, berkali-kali wajahnya menoleh pada Jongguk yang masih terus menatap kepergiannya.
"Hyumi"
"Eumm"Hyumi menghentikan langkahnya dan kembali memandang Jongguk.
"Aku akan percaya padamu"ucapnya yang membuat hati Hyumi mencelos begitu saja.
Saat ini entah kenapa Hyumi merasakan betapa jahatnya dia pada Jongguk.
"Masuklah"perintah pria itu.
Hyumi hanya terdiam seraya menatap Jongguk, pria itu terus saja menyuruhnya masuk namun Hyumi hanya diam tak bergeming.
Hyumi melangkah dengan cepat menuju Jongguk, membuat Jongguk menatapnya bingung.
CHU~
Jongguk cukup terkejut saat Hyumi mencium bibirnya.
Ini pertama kalinya bagi Jongguk Hyumi menciumnya duluan.
Dan perlakuan ini sukses membuatnya terkejut bukan main.
"Terima Kasih karena sudah mau mempercayaiku"gumam Hyumi setelah melepaskan ciumannya dan memeluk Jongguk erat.
Jongguk membalas pelukan Hyumi padanya, bibirnya tersenyum dan mengecup singkat pucuk kepala Hyumi.
"Aku akan percaya padamu"
"Kini masuklah diluar dingin, sebelum aku berubah pikiran dan menahanmu di sini lebih lama"
"Arraseo aku masuk tuan Jeon, dasar cerewet"Hyumi terkekeh geli, ia melepaskan pelukannya pada Jongguk dan mulai berjalan menjauh.
Beberapa kali Hyumi menoleh pada Jongguk dan tersenyum.
Hyumi melambaikan sebelah tangan kanannya, yang dibalas Jongguk dengan ikut melambaikan tangannya.
••
Hyumi masuk ke dalan Rumah Sakit melewati sebuah lorong hingga langkahnya terhenti saat mendapati nyonya Min tengah duduk di depan ruangan Yoogi.
Hyumi melengos begitu saja, seakan tidak melihat kehadiran sosok itu di sana.
"Hyumi"panggilnya yang membuat langkah Hyumi terhenti.
"Bisa kita bicara sebentar nak"ucapnya lembut.
Hyumi menoleh padanya dengan pandangan lelah.
"Sudah malam, besok saja eomonim"Hyumi membungkukan tubuhnya dan berniat berhambur dari sana.
"Mianhae"gumamnya tanpa memandang ke arah Hyumi yang membuat langkah Hyumi seketika terhenti.
"Maafkan atas sikapku selama ini" "maaf karena aku begitu jahat padamu"
"maaf karena aku begitu menyakitimu"
"Aku tahu kau pasti tidak bisa memaafkan semua perbuatanku, aku tidak bisa memaksamu untuk memaafkan ku"
"Aku menyesal, sungguh menyesal karena telah menyakitimu dan melukaimu"
"Tidak ada yang bisa ku lakuan selain minta maaf dan mengatakan betapa menyesalnya aku karena telah melukaimu"
"Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan agar membuatmu memaafkanku, apa yang harus aku lakukan agar kau tahu betapa menyesalnya aku"
"Aku begitu egois, berharap memiliki seorang cucu hingga menyakiti menantu yang begitu baik sepertimu"
"Aku terlalu egois hingga melakukan hal yang salah untuk mendapatkan semua itu"
"Aku mohon maafkan aku"
"Aku begitu berterima Kasih karena kau masih mau membantuku dan menemani Yoogi"
"Hiks.... Gomapta"
"Kalau pun harus bersujud padamu maka aku akan melakukannya agar kau mau memaafkanku"
Nyonya Min menatap Hyumi nanar dengan air mata yang berada di sudut matanya, sungguh dari dalam hati yang sangat dalam dia begitu menyesal atas sikapnya pada Hyumi.
(Di korea bersujud itu wajar karena mereka dari zaman Kerajaan melakukan hal itu pada Raja, di INA jangan ya)
"Aku belum bisa melupakannya bahkan menghilangkan rasa sakitnya, maafkan aku"
"Itu cukup dalam hingga rasanya seperti mati rasa"
"Eomma tidak akan tahu rasanya, karena eomma tidak pernah berada di posisi seperti itu"
"Rasa frustasi yang begitu dalam, hingga rasanya mati adalah jalan terbaik untuk mengakhiri rasa sakit tersebut"
"Eomma tidak akan pernah dan merasakan hal seperti itu"
"Lagi pula aku melakukannya bukan untukmu bahkan bukan juga untuk Yoogi, aku memilih appa sebagai alasan bagiku untuk melakukan hal ini"ucap Hyumi yang membuat Nyonya Min terhenyak.
"Kalau kau tanya kondisinya dia baik, dia cukup baik untuk berada jauh darimu karena sikapmu yang keterlaluan"
"Appa ada di Daegu, jika kau ingin menemuinya silahkan, kau bisa tanya pada Namhyun"
"Sudah malam, aku permisi"Hyumi melenggang pergi meninggalkan eomma Min yang terdiam di tempatnya.
Seketika ingatan tentang pertengkaran nya dengan sang suami kembali berputar di kepalanya.
"Aku begitu keterlaluan... Hiks... Bagaimana bisa aku punya sikap yang keterlaluan seperti ini.. Hiks... Hiks.."