Black Rose - 01

1298 Kata
Hello, i'm Calista Ardiansyah. And this is my life story Calista Ardiansyah. Itulah namanya. Seorang gadis berwajah manis kesayangan Hendra dan Mitha Ardiansyah. Ini adalah hari yang sangat spesial bagi Calista. Karena hari ini, usianya tepat menginjak 20 tahun. Dan sudah dipastikan, pesta ulang tahunnya akan menjadi sebuah pesta yang sangat megah dan meriah. "Good morning, Mom, Dad," sapa Calista yang baru saja sampai di ruang makan. "Morning, sweety," balas kedua orang tuanya kompak. Setelah menitipkan tasnya pada seorang pelayan, Calista segera bergabung dengan kedua orang tuanya. "Sayang, undangan untuk teman-temanmu sudah tersebar semua, kan?" tanya sang mama. "Sudah, Ma. Teman sekelas Calista sudah dapat undangannya. Teman-teman satu organisasi juga sudah," jawab Calista. "Bagus. Nanti pulang kuliah kamu langsung ke salon! Gaun pesanan kamu biar dibawakan asisten Mama," ujar Mitha. Calista mengangguk. Menyetujui perintah mamanya. Selesai sarapan, Calista pergi ke kampus diantar sopir pribadinya, Pak Joko. "Nanti Non Calista pulang jam berapa?" tanya Pak Joko. "Jam empat, Pak. Nanti Bapak bisa jemput kan? Calista mau langsung ke salon, disuruh Mama," jawab Calista. "Pak Joko selalu siap kapan pun kok, Non. Tenang saja," Pak Joko. Calista pun segera turun dari mobil. Ia berjalan santai memasuki area kampusnya. Sebuah SMA swasta unggulan di kotanya. "Calista!" Calista pun menoleh ke arah sumber suara. Ia mendapati Kenny, sahabat terbaiknya melambaikan tangan padanya. "Tungguin aku!" teriak Kenny. Calista menghentikan langkahnya. Kedua tangannya ia lipat di depan d**a. "Aku hampir aja telat. Gara-gara tadi malem lihat bola sama Kak Gana," ujar Kenny sampainya ia di hadapan Calista. Keduanya pun melanjutkan perjalanannya menuju kelas. "Kebiasaan sih. Tiap ada bola langsung aja begadang. Nggak inget kalo paginya kuliah," omel Calista. "Iya iya, maaf. Namanya udah terlanjur asyik, kadang emang suka lupa waktu," ucap Kenny. Calista menghela napas panjang. Bisa-bisanya, dia dan Kenny bersahabat begitu lamanya. Tepatnya sejak mereka TK. Padahal keduanya memiliki sifat yang saling bertolak belakang. Kenny yang pemalas dan ceroboh, sementara Calista sangat perfeksionis. Di kelas pun, posisi duduk mereka selalu berdekatan. Kenny selalu setia duduk tepat di belakang Calista. "Cal," panggil Kenny di tengah jam pelajaran. "Apaan?" tanya Calista malas. "Pinjemin pulpen dong. Pulpenku mati," pinta Kenny. "Itu pulpenku, bego! Kamu aja yang dari dulu kalo minjem nggak pernah dibalikin. Bikin trauma!" protes Damar, teman sebangku Kenny. Pasalnya sedari dulu Kenny memang tidak pernah modal. Bahkan pulpen mati yang kini di tangannya pun adalah hasil merampas dari Damar. Padahal Damar baru dua hari membelinya. Calista menghela napas kesal. "Cal, please, kamu mau apa aku nggak nyatet yang di terangin Bu Ratna?" Tanya Kenny. "Nih. Nanti jam istirahat aku anterin ke kantin beli pulpen. Biar kamu punya sendiri dan nggak minjem-minjem terus. Dasar malu-maluin aja punya temen," ujar Calista sembari menyodorkan sebuah pulpen untuk Kenny. "Iya, Calista sayang. Makasih ya," balas Kenny sembari tersenyum menggelikan, membuat Calista bergedik. Dan seperti yang telah Calista janjikan, di jam istirahat, ia mengantar Kenny membeli pulpen. "Nggak sekalian beli? Aku bayarin deh. Tiga ribu doang harganya," tawar Kenny. Calista berdecak, "harga tiga ribu aja kamu baru mampu beli sekarang, pakai songong lagi," Kenny hanya nyengir kuda menanggapi ejekan sahabatnya itu. "Ya udah sekarang pesenin aku makan sana! Laper, tahu?" Calista. "Iya iya. Kamu duduk tuh di ujung sana! Aku pesenin pecel buat kamu," ujar Kenny. Calista mendengus kesal kemudian mencubit lengan Kenny keras. "Aww.. awwaww.. gila! Cal!" pekik Kenny kesakitan, berusaha menghindar dari amukan Calista. "Aku nggak suka sayur, bego! Aku mau bakso," pinta Calista. "Gila. Cubitan kamu ngalahin cubitan emak, " keluh Kenny sembari mengusap lengannya yang baru saja di cubit Calista. "Udah sana buruan pesen makan!" kesal Calista. "Iya iya, bawel banget sih nih anak. Kalau bukan anaknya Om Hendra dan Tante Mitha terhormat udah aku pites juga kamu," ujar Kenny, kemudian menjulurkan lidahnya. * Seperti yang telah disepakatinya dengan sang mama, Calista langsung ke salon sepulangnya dari kampus. Sebab, waktupun sudah menunjukkan pukul 16.30. Selesai di make up dan ganti baju, Calista diantarkan pulang Pak Joko. Tak lama setelah kedatangan Calista, satu per satu tamu mulai hadir. Kebanyakan adalah teman kuliah Calista. "Hay, Sweety, kamu suka gaunnya?" sapa Mitha pada putri tunggalnya itu. Calista mengangguk, "suka, Ma, pas juga di badan aku," balas Calista. "Happy birthday ya, Sayang. Mama sayang banget sama kamu," ujar Mitha sembari memeluk Calista "Love you too, Ma. Calista juga sayang Mama. Makasih udah jadi Mama yang paling hebat buat Calista selama 20 tahun ini," balas Calista. "Ya udah, Mama ke Papa dulu ya? Sepertinya tamu Papa juga mulai berdatangan," pamit Mitha. Calista mengangguk. Calista kembali fokus ke beberapa temannya yang mengajaknya ngobrol. "Cal!" Calista menoleh ke arah sumber suara. Didapatinya Kenny melambaikan tangan ke arahnya. 'Terlambat,' batin Calista. Kenny berjalan mendekat dan berhenti tepat di hadapan Calista. "Bisa gitu, tinggal di komplek yang sama tapi datangnya belakangan? Tamu yang jauh aja udah pada datang," omel Calista. "Aku tadi nganterin Kak Gana dulu cari kado kali, Cal. Sumpah ribet banget kayak cewek, aww..." Kenny memekik di akhir kalimatnya ketika merasakan nyeri di kakinya. "Kak Gana!" protes Kenny yang tak diindahkan sang kakak "Selamat ulang tahun, Cal. Ini kadonya," ujar Gana yang sedari tadi berdiri di samping Kenny. Calista tersenyum dan menerima kadonya. Si batu datang ke pestanya? Wow. "Makasih, Kak. Sebenernya nggak usah repot-repot bawa kado nggak papa loh. Kak Gana udah ke sini aja itu udah cukup," ungkap Calista. Gana tersenyum tipis kemudian melenggang pergi. Ia menghentikan langkahnya di tepi kolam renang yang tak begitu ramai lalu memainkan handphonenya. Calista hanya cengo melihatnya. Apakah pria itu tak memiliki selera untuk bersenang-senang sama sekali? "Gila.. si batu bisa juga ke pesta? Yah.. walaupun sisi anehnya tetap kelihatan sih," gumam Calista. "Kamu jangan gitu! Dia abangku, kalau saja kamu lupa," protes Kenny. "Sial banget dia punya adek kayak kamu. Nggak cocok," ejek Calista. Kenny memutar bola matanya malas. "Mending aku punya abang. Nah kamu, nggak ada yang mau sodaraan sama kamu kan? Alhasil lo jadi anak tunggal," ejek Kenny balik. "Itu lidah pengen aku patahin rasanya," gumam Calista. Keduanya saling terdiam. Hingga suara Mitha mengintrupsi salah satu dari mereka. "Cal, Papa mau mengenalkanmu dengan beberapa koleganya. Ayo, Sayang!" Calista pun melangkah mengikuti Mitha. Hingga kemudian mereka berhenti di antara beberapa pria ber jas mahal setelah meletakkan kado dari Gana di meja. "Oh ya, kenalkan. Ini putri saya yang hari ini berulang tahun. Namanya Calista," ujar Hendra memperkenalkan putri sematawayangnya itu. "So beautiful," ujar salah satu dari pria itu. Calista menolehkan kepalanya ke arah sumber suara. Pria itu tampak jauh lebih muda dari yang lainnya. Mungkin usianya baru sekitar 30 tahunan. Parasnya juga menawan. Sangat pas di padukan dengan setelan jas mahalnya. Apakah pria itu juga kolega Hendra? Dilihat dari usianya, sepertinya mustahil. Sebab kolega Hendra biasanya berasal dari kalangan atas, nomor satu di Indonesia dan mayoritas usianya hampir sama dengan Hendra. Hampir semua yang ada di sana tertawa kecil. "Sepertinya Pak Edwin menemukan tambatan hatinya," ujar seorang pria bertubuh paling gempal. "Ya. Tapi aku rasa Calista masih terlalu polos untuknya," sambung yang lain. "Pak Edwin bisa saja," balas Hendra. "Calista, perkenalkan. Mereka rekan bisnis Papa. Pak Arya, Pak Yudha, Pak Bimo, dan di sana Pak Edwin," lanjut Hendra. "Selamat malam, Om. Makasih udah menyempatkan waktunya untuk datang ke perayaan kecil Calista." Calista menyalami satu per satu rekan bisnis papanya itu. Namun, salah satu di antara mereka ada yang sempat menahan tangan Calista. Membuat Calista terpaksa mengangkat kepalanya untuk melihat ke wajah orang itu. Tap.... Tatapan mereka bertemu. Dia adalah Edwin. *** Bersambung... Nah tuh, Calista dan Edwin udah langsung ketemu aja di part 1. Penasaran nggak sama lanjutan kisah mereka? Sampai 18 April 2021, cerita ini belum di-acc, jadi masih akan slow update. Doakan segera acc, ya, biar bulan berikutnya bisa daily update :) Kalau tidak acc, terpaksa cerita ini akan pindah rumah. Follow aja ig riskandria06 dan sss Andriani Riska jika kalian mau dapat info seputar semua ceritaku. Terima kasih :)
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN