Black Rose - 02

1239 Kata
Terkadang hidup ini seperti sebuah drama. Dan aku turut ambil peran di dalamnya, namun tanpa membaca dulu skrip nya Pesta Calista baru selesai pada pukul 23.00. Calista langsung ke kamarnya untuk membersihkan diri di kamar mandi. Ketika Calista kembali ke kamar, tumpukan kado ulang tahunnya telah tertata rapi di meja besar. Calista tersenyum. Ia memutuskan untuk membuka beberapa di antaranya sebelum akhirnya tidur. Satu per satu kado dibukanya. Ia sangat gemas ketika tak kunjung menemukan nama -Kenny- di antara kado-kado itu. Jujur, ia sangat penasaran dengan apa yang sahabatnya itu berikan sebagai hadiah ulang tahunnya kali ini. "Dia lupa lagi buat beli kado? Katanya tadi nemenin Kak Gana beli. Masak dia nggak beli juga sih. Ih..." kesalnya. Gerakkan tangannya terhenti seketika ketika ia membuka sebuah kotak yang berisikan sebuah mawar hitam dan amplop hitam. Ia menatap ngeri bunga itu. Ia tahu, mawar adalah bunga yang cantik. Tapi, melihat mawar berwarna hitam malam-malam begini rasanya cukup membuat bulu kuduknya merinding. Dengan ragu, Calista meraih amplop hitam itu kemudian membuka isinya. "Aaaaa......." Ia menjerit histeris ketika melihat tinta merah darah di kertas yang ia ambil dari dalam amplop tadi. "Mama! Papa! Help!" teriaknya. Tak lama kemudian, Hendra dan Mitha datang. "Ada apa, sayang?" tanya Hendra cepat. Calista tak menjawab. Ia berlari ke arah Mitha kemudian memeluknya. Hendrap un akhirnya menyadari keberadaan sebuah kotak di atas tempat tidur Calista yang kondisinya berantakan. Ia akhirya meraihnya lalu membuka isinya. -Hello my black rose. Selamat datang di kehidupan barumu- Hendra mencium kertas itu. Dan.... amis. Sepertinya tulisan itu memang ditulis dengan darah asli. "Siapa yang berani-beraninya meneror putriku?" geramnya marah. Tatapannya seketika sendu ketika melihat Calista yang menangis ketakutan di dalam pelukan Mitha. "Ada apa, Pa? Apa isinya?" tanya Mitha penasaran. "Calista takut, Ma," lirih Calista dalam dekapan Mitha. Hendra berjalan mendekat kemudian membelai rambut putrinya itu. "Papaa..." rengek Calista kemudian beralih memeluk Hendra. Hendra membalas pelukan putrinya sembari mengusap-usap punggungnya agar ia lebih tenang. "Kamu tak perlu takut, sayang! Papa akan selalu jagain kamu. Papa janji tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu. Papa janji, sayang," ujar Hendra berusaha menenangkan Calista. Calista mengangguk. Namun isakannya masih terdengar. "Ma, suruh Bi Minah atau siapapun buang kado itu!" suruh Hendra pada istrinya. Mitha mengangguk kemudian melenggang pergi. Hendra masih setia memeluk Calista. Hatinya sungguh teriris mendengar isakkan putri kesayangannya itu. "Jangan takut, sayang! Papa selalu jagain kamu," ujarnya berulang kali. * Sepanjang malam, Calista tak bisa tidur. Ia terus memikirkan kado itu. Dari siapa kado itu? Ia menduga-duga satu per satu tamu yang datang di pestanya tadi. Teman-teman kuliahnya? Sepertinya Calista tidak punya masalah dengan mereka. Kak Gana? Tapi... ia sudah membuka kado dari Kak Gana tadi. Isinya adalah sebuah diary. Lagian, Kak Gana tidak terlihat membahayakan. Dia juga tidak punya motif apapun sebagai alasan. Kolega papanya? Tapi dia juga sudah menemukan beberapa nama mereka tadi. Bahkan salah satunya cukup menyita perhatian Calista. Sebuah jam tangan bermerek dunia, yang di pasaran dibandrol dengan harga lebih dari Rp100.000.000. Lalu siapa pemberi kado misterius itu? Calista terus berpikir. Dan, akhirnya ia menemukan sebuah nama di otaknya. KENNY. Calista memukul keras kepalanya beberapa kali. "Bodoh, bodoh! Nggak mungkin lah! Kenny nggak se-konyol itu," elaknya. Namun, semakin lama ia berpikir, ia semakin yakin bahwa Kenny lah pengirimnya. "Apa ini ulah dia buat nakut-nakutin aku? Dia pengen ngerjain aku pakai cara seperti ini?" pikirnya ragu Dan seketika, Calista bangkit duduk dengan mata yang melotot. "Atau jangan-jangan dia ada dendam sama aku? Dia selama ini temenan sama aku nggak tulus, cuma buat nutupin rencana busuknya ini?" 'Tok' "Astaga!" pekik Calista kaget. Apakah ia salah dengar? Seperti ada yang menimpuk kaca jendela kamarnya dengan kerikil. 'Tok' Kali ini lebih keras. Calista yakin jika memang ada sesuatu yang menimpuk jendelanya. Dengan ragu, gadis itu turun dari tempat tidur nyamannya dan berjalan ke arah jendela. 'Jangan takut, Cal! Mungkin itu Kenny yang pengen isengin kamu,' batinnya. 'Tok' Suara itu kembali terdengar. Dan Calista mempercepat langkahnya lalu segera menyibakkan gorden kamarnya. Satu... Dua... Tiga... Kosong Bahkan satpamnya pun tak nampak berkeliaran. Gerbang rumahnya juga tertutup rapat. "Seingetku Kenny nggak punya kemampuan memanjat tembok," lirihnya. Calista kembali menutup gordennya. Ia berjalan ke tempat tidur. "Aku yakin tadi seseorang menimpuk jendela itu dengan kerikil. Tapi siapa dia? Bukan hantu kan?" "Tidak. Hantu itu tidak ada, Calista. Mungkin saja tadi kamu hanya berhalusinasi karena teror kado itu," monolognya Calista membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Menutupi semua bagian tubuhnya dan berusaha untuk terlelap. * Seperti biasa, Calista diantar ke kampus oleh Pak Joko. Namun kali ini, Hendra menugaskan Pak Joko untuk menunggu Calista hingga ia selesai belajar. Itu semua demi memastikan jika Calista aman. "Pak Joko tunggu di kantin aja ya! Calista lama loh kalau sekolah. Kasian Bapak kalau nunggu di mobil doang. Bisa kering nanti," ujar Calista lembut, seperti biasanya. Pak Joko terkekeh kecil. "Iya, Non. Saya akan menunggu Non Calista di kantin. Nanti kalau ada apa-apa, Non telepon saya saja ya! Saya pasti akan segera datang," Pak Joko. "Siap, Pak," balas Calista. Calista pun segera turun dari mobil. Ia berusaha bersikap normal meski sebenarnya ada perasaan takut yang terus menghantuinya. Oh ya! Ia harus menanyakan tentang kado itu pada Kenny. Siapa tahu memang Kenny yang memberikannya? "Hay Cal!" sapa seorang gadis dengan rambut di kucir kuda "Eh, Riana," balas Calista ramah. Gadis itu menyodorkan sebuah bingkisan untuk Calista. "Sorry semalam aku nggak bisa datang. Kakek aku yang dari Jepang datang, jadi aku nggak dibolehin keluar rumah deh," Riana. Calista mengangguk paham. "Nggakpapa lagi, Ri. Nggak perlu repot-repot gini juga. Sampai sempatin beli kado. Jadi aku yang nggak enak nih sama kamu," ungkap Calista. "Nggak repot kok, Cal. Lagian cuma hadiah kecil doang. Semoga kamu suka," ujar Riana kemudian melenggang pergi Calista memasukkan kado dari Riana ke dalam tas kemudian melanjutkan langkahnya. Saat memasuki kelas, ia sempat kaget melihat Kenny yang telah duduk di salah satu kursi yang biasa ia tempati. Sebab, biasanya pria tengil itu berangkat disaat detik-detik terakhir jam pertama dimulai. "Hay, Cal!" sapa Kenny dengan senyum khasnya. Calista masih terdiam. Dia masih asyik sendiri dengan pikiran yang sejak semalam mengganggunya. "Cal!" "Woy, Cal! Kamu kenapa malah bengong terus di situ?" "Calista Ardiansyah!" Calista mengejapkan matanya beberapa kali. Ia nampak seperti orang bodoh sekarang. "Cal, kamu kenapa sih? Lagi sakit? Demam? Kecewa karena kado ultah kamu nggak ada yang menarik?" tanya Kenny bertubi-tubi. Dan saat Calista sibuk memikirkan sendiri. Nyatanya Kado! Benar. Calista harus segera menanyakannya pada Kenny. 'Nggak, Cal! Nggak mungkin Kenny lah. Dia nggak punya motif apa-apa buat ngelakuin itu. Dan se-iseng apapun Kenny, dia tetap tahu batasannya,' batin Calista "Bengong lagi. Kamu ada masalah?" tanya Kenny kembali. Calista menggeleng kemudian memasang senyum palsunya. "Nggakpapa. Kaget aja lihat kamu udah berangkat. Biasanya nunggu dosen masuk kelas dulu," balas Calista dengan sedikit gurauan. Calista berjalan mendahului Kenny. Tapi Kenny pun segera menyusulnya dan duduk kembali ke bangkunya. 'Nggak mungkin Kenny pelakunya. Dia bersikap biasa aja. Dan aku kenal dia, dia nggak bisa sandiwara sebaik ini,' batin Calista yang terus meyakinkan dirinya. Lalu, siapa pelakunya? Apakah itu hanya iseng semata? Atau memang benar-benar sebuah teror yang akan berdampak besar di hidup Calista ke depannya? Bersambung.... Gimana? Udah mulai kecium kan unsur-unsur misteri nya? Ada yang bisa nebak, siapakah peneror Calista itu? Jangan lupa love dan komen. Mari kita bermain puzzle bersama-sama Hingga aku update tanggal 23 April, masih belum ada kabar apakah cerita ini lolos kurasi apa tidak, jadi belum bisa daily update, ya. Follow ig riskandria06  dan sss Andriani Riska untuk info ceritaku yang lain, yaa
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN