7. Tangis Bening

1042 Kata
Di ruangan privat club itu ada tiga orang laki-laki. Asap rokok bergulung gulung keluar dari dua orang diantaranya. Sedangkan laki-laki yang satunya sibuk dengan ponsel. Tidak lama dua orang laki-laki masuk kedalam ruangan itu. "Hai, Bro." Sapa Yahya. "Udah lama nunggu, ya? " "Aku kira nggak dateng, " Kata laki-laki yang sedari tadi menekuri ponselnya. Si punya acara. "Mana mungkin nggak dateng. Kelamaan nungguin dia, nih. " Yahya menoleh sekilas pada orang yang ada di sebelahnya. Samudera. "Kalau nggak kamu paksa, aku nggak yakin si Sam mau ikut kesini. " Timpal laki-laki lain yang mematikan putung rokoknya kedalam asbak. "Apa acaranya gini-gini aja? Membosankan. " "Tenang, bro. Aku udah nyiapin yang kalian mau. " Samudera tidak memperdulikan ucapan Tedy, si pemilik acara. Dia lebih memilih duduk di sebelah Ade. Dan tak lama kemudian masuk lima wanita muda dengan baju sexy tentunya. "I like it. " Gumam Santo yang langsung sumringah saat melihat wanita-wanita itu. Seorang wanita duduk di sebelah Samudera. Tidak seperti teman-temannya yang nyaman dengan kehadiran wanita-wanita itu. Sam cenderung diam dan terlihat tidak tertarik. "Apa dia tidak tertarik dengan wanita? " Tanya wanita yang berada disebelah Samudera. Samudera menolak minuman yang ia berikan wanita itu. Bahkan terlihat risih saat mereka berdekatan. "Dia bukannya nggak tertarik sama wanita. Dia hanya gagal move on dari mantannya. " Jelas Santo yang di susul gelak tawa teman-temannya. "Aku keluar sebentar. " Pamit Samudera. "Jangan lama-lama, bro. " Pesan Yahya. Kalau bukan karena Yahya yang memaksanya, dia tidak akan ikut ke tempat itu. Samudera baru mengenal Tedy, Ade, Santo hampir setahun yang lalu. Berbeda dengan Yahya yang sudah mengenal mereka cukup lama. Samudera keluar dari ruangan itu. Yang ingin ia lakukan hanya keluar dari club ini. Tempat yang penuh bingar-bingar kesenangan itu tidak cocok untuknya. Dulu, ia pernah menghabiskan waktu disini saat Bening baru meninggalkannya. Hanya Yahya yang menemaninya. Biarpun b******k, Yahya adalah teman yang baik. Dan karena si b******k itulah, Samudera berhenti minum-minum dan terus melanjutkan hidup dengan harapan suatu saat akan bertemu dengan wanita yang ia cintai. Langkah Samudera tertahan saat melihat wajah seorang yang menurutnya familiar di matanya. Tadinya ia tidak yakin. Wanita itu terlihat lebih kurus serta rambutnya yang agak panjang. Meski penerangan disana remang-remang, Samudera yakin wanita itu adalah Bening. Karena penasaran Samudra mendekat. Dan benar, dia tidak salah lihat. Itu Beningnya. Orang yang selama ini ia cari. Sadar jika Bening di ganggu oleh laki-laki lain. Apalagi ingin menyentuh Bening. Tanpa pikir panjang Samudera langsung mengayunkan bogem mentahnya yang mengakibatkan laki-laki itu tersungkur di sofa. "Brengsek." Umpat laki-laki yang Samudera tidak tahu siapa namanya. "Kamu nggak apa-apa? " Tanya Samudera khawatir. Tampak keterkejutan di wajah Bening saat ia melihatnya. Seperti melihat sosok hantu. Zeon bangkit dari posisinya dan langsung menerjang Samudera. Kedua laki-laki itu berkelahi. Mereka sama-sama kuat. Keadaan sekitar pun menjadi kacau karena perkelahian mereka. Bening yang tidak menyangka bertemu dengan Samudera langsung memilih langkah seribu. Ketika dua orang itu sibuk berkelahi, dia pergi dari sana. Bening tidak mau berhadapan dengan Samudera. Dia belum siap walaupun laki-laki itu sudah melihatnya. Bening sadar perkelahian itu terjadi karenanya. Dan memilih kabur adalah cara yang salah. Tapi mau bagaimana lagi, dia tidak mempunyai pilihan. Dia tidak mau bertemu dengan mantan suaminya. Setelah di luar club, Bening langsung menghubungi Frans. Meminta di jemput. Dan selama menunggu Frans, Bening menunggu sepupunya di sebuah mini market yang jaraknya lumayan dari club. Setelah di pisahkan oleh pihak keamanan dan teman-teman Yahya yang tidak tahu kenapa ada di sana. Samudera celingak-celinguk mencari keberadaan Bening. Namun sosok Bening sudah tidak ada di sana. "Sial." Umpat Samudera. "Ada apa? " Tanya Yahya. "Dia pergi. " "Dia siapa? " Yahya tidak mengerti. "Dia. Bening. " "Kamu yakin itu dia? " "Ya, aku sangat yakin. " "Kita ke club, yuk! " Ajak Samudera. "Club? Enggak. " Tolak Bening. "Kenapa? " "Aku nggak cocok ketempat seperti itu. Aku lebih suka tiduran di rumah. Tempat itu bising, bau rokok, terus-" "Jadi, kamu pernah kesana? " Potong Samudera. "Pernah." "Sama siapa? " "Sama Vina. Dan aku nggak mau lagi kesana. " "Aku kira kamu belum pernah kesana. " "Kalau bukan Vina yang ngajak, aku juga nggak bakalan mau. " "Kenapa nggak mau ke sana lagi? " "Vina mabuk. Aku bawa dia pulang dengan susahnya, dan yang menyebalkan dia muntah. " Samudera tertawa mendengarnya. *** Frans diam saja mendengarkan ketakutan Bening yang baru saja bertemu dengan mantan suaminya. Tadinya Frans baru sampai rumah setelah lembur dengan pekerjaannya di kantor. Ia pun langsung mengeluarkan mobil yang baru ia parkir di garasi. "Aku nggak mau ketemu sama dia, Frans. " "Tenanglah, Bening." Frans tidak mau mengeluarkan kata-kata yang lebih panjang apalagi memberi saran untuk menghadapi mantan suaminya. Ia sudah terlalu sering mengatakan hal itu. "Tenangkan diri kamu." Bening pun sudah menceritakan semuanya pada Frans. Tentang keberadaannya di club serta kejadian yang Menimpanya. "Aku akan antar kamu pulang. " Frans mulai menyalakan mesin mobilnya. "Tapi... " "Kenapa? " "Gimana kalau dia ada di apartemen aku. " Frans mendesah. Ia kembali mematikan mesin mobilnya. "Ayolah... Bening... Kamu jangan terlalu berlebihan seperti itu. Kalian baru ketemu. Nggak mungkin juga Samudera langsung tau dimana kamu tinggal. Atau kamu pindah ke rumah aku? Aku jamin Samudera pasti langsung akan tau. " "Kamu gila?" Suaranya meninggi. "Aku hanya kasih saran. " "Aku nggak mau ketemu sama Samudera, Frans. Kamu tau benar aku kenapa aku nggak mau ketemu sama dia. " "Kamu benci Sam, kamu nggak mau ketemu dia, dan Sam nggak bo-" "Aku nggak siap. " Potong Bening. "Kita sudah bahas ini berulang kali, Ning. Semuanya nggak akan kayak gini kalau kamu berani menghadapi Samudera. Apa kamu nggak capek lari terus, sembunyi, dan ngindarin dia? " Bening hanya diam. "Setelah kamu pergi ninggalin Samudera. Dia itu terus cari kamu. Dia sering datang ke rumah buat cari keberadaan kamu. Aku ingetin itu jika kamu lupa. Dari situ aku bisa tangkap kalau dia memang cinta sama kamu. " "Enggak." Bening menggelengkan kepala. "Dia nggak pernah cinta sama aku. Dia nikahin aku cuma buat pelampiasan aja karena nggak bisa sama wanita itu. " Mengucapkan itu, hati Bening serasa di remas-remas. Frans tahu wanita yang dimaksud sepupunya. "Aku juga melihat mereka masuk hotel berdua. Mereka selingkuh, Frans. " Bening tak kuasa menahan tangis dan menutup wajahnya dengan kedua tangan. Frans hanya bisa mengelus punggung sepupunya, mencoba menenangkan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN