10. Pesta

1179 Kata
Vina tampak cantik di hari pernikahannya. Lebih tepatnya setiap wanita akan terlihat cantik di hari pernikahannya. Dulu, Bening juga pernah seperti sahabatnya. Bahagia di hari pernikahannya. Namun takdir berkata lain. Pernikahannya tidak berakhir bahagia seperti harapannya. Sejak pagi Bening sudah mengikuti prosesi acara pernikahan sahabatnya. Dari akad nikah sampai resepsi malam ini yang dilangsungkan di sebuah ballroom hotel bintang lima. Tadi setelah akad nikah Bening memutuskan pulang. Vina sebenarnya melarangnya pergi tapi Bening tidak bisa tetap tinggal. Ia berjanji akan datang ke resepsi pernikahannya. "Hai, sepupu. " Sapa Frans yang tiba-tiba muncul di sebelah Bening. "Hai." Balas Bening. "Mana nih gandengannya? Masa ke nikahan sendirian mulu. " Goda Bening. "Aku nggak perlu gandengan soalnya ada sepupu aku yang amat cantik yang bisa aku jadiin pasangan pura-pura. " Balas Frans santai. "Diiihhh, kayak aku mau aja. " "Masa sih nggak mau? " Frans merangkul bahu sepupunya. "Maulaahhh... " Godanya. Mereka berdua tertawa. "Hendri." Panggil Frans pada laki-laki yang tidak jauh darinya. Laki-laki berjas hitam itu terlihat sendirian. Tersungging senyum di wajah Hendri yang oriental saat melihat Frans. Seperti bersyukur ada orang yang di kenalnya di acara itu. "Hai, Frans. " Sapa Hendri. "Aku kira nggak bakalan nemu orang yang aku kenal disini. " "Sendirian aja? Nggak bawa gandengan? " Hendri meringis. "Ya, mau gimana? Belum ada yang bisa diajak jadi pasangan. " "Terlalu pilih-pilih, sih. " "Mana ada. Yang pilih-pilih itu bukannya kamu? " Frans hanya tertawa sebab yang di katakan temannya itu memang benar. "Oia, kenalin ini Bening. " Frans memperkenalkan Bening pada Hendri. Tapi sebelum itu ia menyingkirkan rangkulan di pundak sepupunya. Hendri melihat wanita cantik yang ada di sebelah Frans. Cantik. Sangat cantik. "Bening, kenalin ini teman aku Hendri. Hendri ini kakak angkatan aku di kampus dulu. " Kedua orang itu saling tersenyum lalu berjabat tangan. Tak lupa menyebutkan nama masing-masing. "Hendri." "Bening." "Pacar kamu, Frans? " Tanya Hendri. "Aku kira kamu masih jomblo. " "Kira-kira pantes nggak? " Frans merapatkan diri pada Bening yang berakhir mendapat sikutan di perut dari sepupunya. "Sakit, Ning. " Keluh Frans. Bening sendiri tidak perduli. "Pantes, kok. " Balas Hendri. "Kalian cocok. " "Tapi sayangnya dia nggak mau sama aku. Aku juga nggak mau sama dia." Hendri heran tapi dia hanya tersenyum saja. Dalam pandangan laki-laki itu Frans dan Bening itu cocok. Mereka cantik dan tampan. Sangat serasi. Sayang saja mereka nggak saling suka. "Kira-kira kamu mau nggak sama dia? " Lanjut Frans yang menunjuk sepupunya. Bening maupun Hendri terkejut dengan ucapan Frans. Bening melotot pada sepupunya yang hanya di balas dengan kekehan. "Sebenarnya Bening ini sepupu aku. Dia ini jomblo alias nggak punya pacar. Sama kayak kamu. Kayaknya kalian cocok. Bening ini anak kantoran. Cantik, kan? " "Cantik." Hendri jujur mengakuinya. Hanya laki-laki yang tidak menyukai perempuan yang mengatakan Bening itu jelek. Ingin sekali Bening meremas mulut sepupunya. Kenapa juga Frans berubah menjadi mak comblang yang mencarikan jodoh untuknya. Padahal dia bisa mencari jodohnya sendiri kalau mau. Yang jelas bukan sekarang. "And information for you Bening... Hendri ini akuntan. Sepertinya kalian akan co-" Untuk kedua kalinya Frans mengaduh kesakitan sebab Bening menyikut perutnya lagi. "Maafin sepupu aku, ya. Mulutnya memang gitu, kayak nggak ada filter." Bening merasa tidak enak. "Aku tau, kok. " Hendri menatap Bening sesaat. "Aku kan cuma mau comblangin kalian. Siapa tau jodoh. Aku itu kasihan sama kalian yang selalu sendiri. " Sambung Frans. "Nggak nyadar dirinya gimana. " Sindir Bening. Frans hanya tertawa. "Oia, kalian udah kasih selamat sama pengantinnya? " Tanya Hendri. "Belum. Antriannya panjang banget." Balas Frans. " "Sama, aku juga belum." "Ya udah nanti bareng aja." Ajak Frans. "Ok." Di sisi lain tempat itu sepasang mata sedang mengawasi ketiga orang itu. Orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah Samudera. Di tangannya ada segelas minuman yang tinggal separuh. Dia lalu meneguk minuman itu sampai tandas kemudian berjalan ke tempat tiga orang sedari tadi ia perhatikan. "Halo sayang... " Sapa Samudera sambil merangkul pinggang Bening. Wanita itu terkejut dengan kedatangan Samudera. Apalagi dengan sikapnya seolah mereka adalah pasangan. Iya pasangan, tapi itu dulu. Frans sendiri tidak menyangka Samudera ada di sana. Melihat sikap laki-laki itu sudah terlihat jelas jika mantan sepupunya itu cemburu serta masih mencintai Bening. "Hai, Sam. " Sapa Frans santai. "Hai, Frans. " Balas Samudera. "Lepas." Desis Bening. Kalau bisa ia ingin membentak Samudera agar melepas pelukan di pinggangnya. Berani beraninya laki-laki itu memeluknya seperti itu. Mereka sekarang bukan siapa-siapa, tidak ada hubungan apa-apa. Mereka hanyalah mantan. Bukannya menuruti permintaan Bening. Samudera malah mengeratkan pelukannya. "Kamu nggak lama kan nungguin aku? " Suara Samudera terdengar lagi. Frans yang merasa berada di tempat yang salah diantara dua orang yang saling mencintai tapi salah satu membenci berniat menyingkir. Hendri sendiri merasa aneh. Tadi Frans bilang sepupunya itu jomblo tapi nyatanya ada laki-laki lain yang memanggilnya sayang. Jangan-jangan Frans tadi hanya mengerjainya. Sialan. "Hen, temani aku cari makan. Aku lapar. " Ajak Frans sambil merangkul Hendri untuk pergi. Setelah kedua laki-laki itu pergi Bening langsung menyingkirkan tangan Samudera yang memeluk pinggangnya. Tidak perduli dengan para tamu yang berada di sekeliling mereka. Tanpa pikir panjang ia meninggalkan Samudera. Bening terus berjalan keluar ballroom dan tentu saja laki-laki itu mengejarnya serta memangil namanya berulang kali namun Bening tidak mengindahkannya. Yang ingin di lakukan Bening adalah pergi menjauh dari mantan suaminya. "Bee... " Samudera mencekal lengan Bening. "Jangan sentuh aku b******k. " Sentak Bening. "Sebenarnya kamu mau apa? Aku udah bilang jangan deketin aku, jangan ganggu aku. Kita udah selesai Samudera... " Laki-laki itu menggeleng. Tidak mau menuruti perkataan wanita yang ia cintai. "Aku mau bicara sama kamu Bening. Aku mau jelasin semuanya sama kamu. Kasih aku kesempatan. " "Memangnya kamu mau jelasin apa lagi? Bukannya semua udah jelas. Aku sama kamu sudah selesai. " "Selesai? Mungkin bagi kamu iya tapi aku enggak. " "Aku mohon, Sam... Pergi. " Pinta Bening. Berhadapan dengan Samudera sangat berat untuknya. Laki-laki itu masih menguasai hatinya. Meski satu setengah tahun berlalu nyatanya ia belum bisa membenci laki-laki itu, apalagi menghapusnya dari hati. "Aku minta maaf, Bee... " Air mata Bening mulai berjatuhan. Samudera merasakan nyari di dadanya saat melihat Bening menangis seperti itu. "Aku tau aku salah. Aku minta maaf. Kamu boleh caci maki aku. Tapi tolong... Kasih aku kesempatan buat aku bicara sama kamu. " "Enggak." Bening menggeleng. Ia berniat pergi lebih jauh untuk menghindari Samudera namun baru beberapa langkah Ia merasakan pelukan dari belakang. "Jangan pergi, Bee... " Air mata Bening makin deras. "Aku tau aku salah. Aku minta maaf. Jangan bikin aku tersiksa dengan kamu yang terus menghindar dari aku." "Jauhi aku, Sam. Kita sudah nggak ada hubungan apa-apa lagi." Samudera memutar tubuh Bening agar menghadapnya. Tangan besar Sam menghapus air mata di wajah Bening. "Jangan menangis. Aku cinta sama kamu. " Hanya wanita bodoh yang percaya dengan mulut manis Samudera. Dan wanita itu adalah Bening. Untuk kesekian kalinya dia tidak akan percaya. Cukup dulu. Mata mereka beradu cukup lama. Wajah Samudera semakin mendekat untuk mempertemukan bibir mereka. Bibir mereka hanya menempel namun efeknya membuat hati Samudera seperti di remas-remas. Bening kembali menangis. Seperti sentuhannya sangat melukainya. "Jangan ganggu aku lagi, Sam. " Pintanya lagi di sela tangis.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN