BAB 9: KENCAN EUY

1880 Kata
Tiga puluh menit kemudian mobil itu berhenti di lobby Volle Tower. Morin turun dan masuk ke dalam bangunan itu. Dia memperhatikan tidak ada perubahan yang signifikan dari terakhir kali dia kesini tiga tahun lalu. Dia berdiri di lobby menunggu Raymond yang memakirkan mobil. Sekali lagi penampilannya menarik perhatian orang orang disana, selain karena rambutnya yang berwarna ungu, dia juga tidak menggunakan pakaian kerja, dia lebih tampak seperti artis yang sedang mau syuting film. Suasana lobby itu agak sepi karena sekarang baru jam tiga sore. Tidak lama kemudian, Raymond sudah masuk ke dalam lobby dan menghampirinya. “Mari ikut saya, nona” kata pria itu dan Morin berjalan di belakang pria itu dan ikut naik lift menuju ruangan omnya. Namun sepertinya hari ini bukanlah hari yang baik untuknya, karena begitu dia membuka pintu ruang kerja Darius, dia melihat musuh bebuyutannya sedang duduk di sebelah omnya. Sudah tadi siang ketemu berandalan tidak penting, eh sekarang ketemu jendis kegatelan! Morin memperhatikan sekeliling, di ruangan itu selain Darius dan jendis gatel, ada kakaknya si jendis gatel dan seorang pria lagi yang tidak dia kenal. “Kau sudah sampai Morin” sapa Darius. Dengan percaya diri dia melenggang masuk dan menghampiri Darius lalu merunduk untuk mencium pipi omnya. Dia merasa tubuh Darius menegang karena ulahnya, tapi biarin saja. Dia harus menunjukkan pada si jendis gatel kalau Om Darius adalah miliknya! “Iya om. Aku langsung kesini begitu Raymond menjemput” jawabnya manis. Lalu dia melihat ke sekeliling dimana mereka semua sekarang sedang memperhatikan interaksinya dengan omnya. Dia tersenyum manis dan mengangguk pada mereka, lalu berjalan ke pintu yang berada sisi meja kerja Darius dan memasukan kode untuk membuka ruangan pribadi Darius yang terhubung dengan ruang kerja pria itu, lalu masuk. Dia tersenyum pongah setelah menutup pintu itu. Dia bisa membayangkan kesalnya wajah si jendis gatel. Dia sangat senang mengetahui kalau omnya masih menggunakan tanggal ulang tahunnya sebagai password untuk masuk ke semua area pribadi pria itu! Walaupun sebenarnya dia yang mengganti semuanya, tapi kan omnya tidak menggantinya kembali, bahkan setelah dia tidak pernah lagi kesini tiga tahun terakhir. Dia beranjak ke lemari untuk mencari pakaian ganti omahnya. Sekarang baru jam tiga, omnya bisa kerja dua hingga tiga jam lagi, jadi dia mau mencari pakaian yang lebih nyaman dulu. Surprise baginya menemukan pakaian dia masih ada disana, dia pikir omnya sudah mengeluarkan semua pakaiannya itu dari lemari ini. Baju baju itu mengingatkan dia akan kenangan masa kecilnya mengejar Darius disini, sebelum mimpi itu hancur dan digantikan dengan tekad baja. Morin tersenyum sendu, jika dulu omnya tidak pernah menolaknya sekasar itu, apakah dirinya akan tetap menjadi dirinya yang sekarang ini? Dua tahun ini dia habiskan untuk menjadi wanita sempurna agar omnya bisa melihat dirinya. Kursus kepribadian, sekolah model, makeup. Dia juga belajar bisnis, investasi dan saham, bahkan mempelajari manajemen perusahaan keluarganya di masa sekolahnya. Itu semua agar dia dapat mengimbangi kepintaran Darius. Morin menyentuh baju itu, baju model anak anak yang dulu sering dia gunakan, yang membuatnya terlihat manis dan imut saat menggunakannya. Berbeda dengan baju yang dia miliki sekarang, bajunya sekarang adalah baju keluaran brand ternama yang biasa dipakai model model papan atas. Dia membereskan baju bajunya itu untuk dibuang, itu adalah masa lalu. Dia adalah Morin yang sekarang. Dia akan menyingkirikan semua benda yang mengingatkan dirinya akan luka masa kecilnya. Sekarang dia ada disini untuk memastikan usahanya selama ini tidak akan sia sia. Saat dia memilih baju omahnya, dia melihat kemeja putih Darius. Lalu akal bulusnya mengenai rencana beberapa malam lalu kembali berputar di otaknya. Dia memilih kemeja paling kecil disana lalu memakainya tanpa ijin dari empunya. Dia bercermin setelah memakai baju itu, menimbang apakah dia terlihat sexy? Baju itu benar benar terlihat kebesaran di tubuhnya, dia terlihat seperti gantungan baju! Dimana sexynya coba? Bahkan panjangnya menutupi lebih dari setengah pahanya dan lengan kemeja itu sudah seperti kemeja lengan panjang baginya. Tapi memang baju longgar itu nyaman, hehe.. Jadi dia tetap memakai kemeja itu dan naik ke atas ranjang. Dia kembali bermain ponsel dan membalas chat teman temannya, termasuk Albert yang kelimpungan mencarinya setelah kelas pria itu selesai. Lama kelamaan dia jadi mengantuk, ranjang yang sudah lama tidak pernah dia tiduri itu seakan memeluknya dan membawanya ke alam mimpi. Darius masuk ke kamar pribadinya setelah Rafael, Christine dan Stuard pulang. Dan apa yang terpampang di hadapannya sekarang adalah hal yang tidak pernah dia bayangkan. Morin yang sedang tertidur dengan menggunakan kemejanya. Paha jenjang gadis itu bahkan terekspos! Darius langsung membuang pandangannya, tiba tiba jantungnya berdebar tidak karuan. Dia langsung masuk ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya dan menenangkan debaran jantungnya. Dia keluar saat merasa semuanya sudah terkendali, namun sekali lagi apa yang terpampang di depannya membuatnya susah menelan liur dan detak jantungnya kembali berdisko. Morin yang masih mengantuk sedang terduduk di ranjangnya dengan kemeja kebesaran yang sedikit melorot dan menampilkan sebelah bahu mulusnya. Ditambah bayangan bra berenda yang terlihat karena kemejanya yang berwarna putih, plus paha yang masih terekspos karena cara duduk gadis itu sembarangan. “Om sudah selesai?” tanya Morin masih mengantuk, dia mengucek matanya. Dia terbangun karena mendengar suara air di kamar mandi. “Belum!” lalu dia berbalik masuk kembali ke kamar mandi. Darius bersandar di pintu kamar mandi. Anak itu bisa membuatnya jantungan! Bukan anak lagi! Anak itu sudah menjadi gadis yang berbahaya! koreksinya. Morin yang melihat Darius masuk kembali ke kamar mandi menjadi bingung. Maksud pertanyaannya adalah apakah omnya sudah selesai kerjanya? Namun sepertinya omnya menjawab kalau dia belum selesai menggunakan kamar mandi. Gadis itu turun dari ranjang untuk melihat keluar jendela, di musim dingin seperti ini malam lebih cepat datang. Lihat saja sekarang diluar sudah gelap, padahal baru jam lima. Suara pintu kamar mandi membuat Morin kembali menoleh pada omnya. Yang sekarang keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk yang melingkar di pinggangnya. Membuat Morin tidak berkedip menatap tubuh omnya. Bentuk tubuh omnya ini berbeda dengan kedua saudaranya. Ayahnya dan om Darren memiliki bentuk tubuh sexy slim ala artis korea, sedangkan om Darius memiliki tubuh gagah ala aktor laga barat. Darius yang menyadari Morin menatapnya hanya mengambil bajunya dan segera kembali ke kamar mandi. Dia tidak memiliki bathrobe disini, ini adalah ruangan pribadinya dan biasanya tidak ada orang yang masuk kesini. Sebelumnya dia tidak merasa membutuhkan barang itu, tapi sekarang dia merasa harus segera membeli satu untuk di taruh disini! Dia mulai tidak nyaman berada satu ruangan dengan gadis itu, apalagi kalau pakaian mereka kurang bahan! Tidak lama dia keluar lagi dari kamar mandi sudah dengan pakaian lengkap. Dia melihat Morin sedang termenung menatap keluar jendela, dia memanggil gadis itu namun sepertinya gadis itu tidak mendengarnya. Dia berjalan menghampiri Morin dan berdiri di belakang gadis itu. “Ada apa?” tanya Darius. Jujur saja dia jarang melihat gadis itu dalam mode serius, jadi jika melihatnya seperti ini membuatnya khawatir. Morin menoleh seakan baru menyadari kalau omnya sekarang sudah berada di belakangnya, lalu dia memundurkan tubuhnya agar bisa menyandarkan punggung dan kepalanya ke tubuh omnya. Hal itu membuat Darius semakin khawatir dan berpikir apa keponakannya tidak enak badan ya? Sedangkan Morin, dia kan memang lagi modus. “Aku mau makan disana om” jawab Morin menunjuk gedung tetangga yang memiliki restoran menghadap London Bridge. Hening… “Kamu meratap karena mau makan disana?” tanya Darius. Dia melirik kesal ke arah keponakannya yang masih bersandar nyaman di bahunya. Sia sialah dia mengkhawatirkan gadis ini! “Terus mau jalan ke pasar malam disana” tunjuk Morin lagi ke arah pasar malam yang hanya ada saat natal. “Terus.. ” jari Morin masih mau menunjuk tempat lain saat Darius menyela. “Terus kita pulang!” jawab Darius dengan nada tidak bisa dibantah. Dan Morin menyeringai mendengar kata kata Darius, berarti mereka akan kencan sekarang. “Okay. habis ini kita makan di restoran itu dan jalan jalan di pasar malam, lalu pulang. Tunggu sebentar, aku akan berganti pakaian” kata Morin ceria seraya berjalan menuju kamar mandi. Meninggalkan Darius yang menyadari kalau dia telah dimanipulasi lagi. Dia menggelengkan kepalanya, namun ada sedikit senyum terukir di bibirnya. Sudah cukup lama dirinya tidak dikerjai keponakannya itu, dia pikir masa itu sudah tidak akan kembali lagi sejak tiga tahun lalu. **** Saat sudah di depan lift, Morin kembali berujar. “Aku mau jalan kaki saja, ribet kalau pindah pindah parkir mobilnya” pinta Morin. Dia ingin merasakan jalan jalan malam romantis dengan omnya. “Terserahmulah” jawab Darius yang membuat gadis itu kembali tersenyum senang. Dan kemunculan mereka dari lift khusus direksi membuat semua orang penasaran. Apalagi sekarang jam pulang kantor, sehingga lobby itu cukup ramai orang berlalu lalang. CEO mereka berjalan bersama seorang gadis belia cantik. Bahkan bos mereka yang terkenal sedingin cuaca diluar itu sekarang sedang memayungi gadis cantik berambut ungu itu! Well, mereka memang terlihat seperti pasangan sugar baby dan sugar daddynya. Morin sekarang sangat bahagia. Walaupun dia tidak bisa menggandeng tangan omnya karena pria itu sekarang sedang memayungi dirinya, dia tetap merasa ini sangat romantis. Dia selalu merasa adegan drakor yang ditontonya sangat romantis saat pemerannya berjalan berdua disaat hujan salju. Restoran yang ditujunya hanya berjarak lima gedung dari Volle Tower dan mereka berjalan sekitar sepuluh menit untuk menuju tempat itu. Saat tiba di restoran itu, Morin langsung memilih tempat di depan jendela yang menghadap ke London Bridge. Dia menatap kagum pemandangan di depannya. Oh, pasti akan sangat romantis jika dilamar disini! Pikiran absurd Morin kembali membayangkan adegan romantis ala drakornya. Setelah memilih makanan dan pelayan pergi, Darius mengeluarkan sebuah kotak perhiasan kecil dari sakunya dan meletakannya di meja tepat di depan Morin. Dada Morin berdebar melihat kotak perhiasan beludru berlogo C itu. Mimpiku oh mimpiku, akankah kau menjadi kenyataan sekarang? Apakah yang barusan kupikirkan sekarang menjadi nyata? Mata gadis itu berkilau bahkan sebelum melihat isi kotak itu. “Bukalah kotak itu” perintah Darius. Jemari Morin gemetar saat membuka kotak itu. Dia menemukan sepasang anting berlian yang memiliki bandul berbentuk air mata. “Cobalah” perintah Darius lagi. Dan Morin langsung melepas anting yang sedang dia gunakan untuk menggunakan anting yang baru diterimanya dari calon suami tercinta. “Baguskah?” tanya Morin dengan senyum yang sangat manis. Darius mengangguk, lalu pria itu berdiri dan berjalan ke arahnya. Jantung Morin serasa mau melompat dari tempatnya! Sekarang dia sangat tegang menantikan lamaran yang sudah dia tunggu tunggu itu! Darius berjalan ke belakang Morin dan memegang kedua anting itu dengan kedua tangannya. Deg deg deg Morin hampir menangis terharu saat Darius berbisik di telinganya. Inilah saatnya! “Begini cara kerjanya” Eh? Cara kerja? “Jika kau menekan berlian yang berada di bagian atas, dia akan langsung merekam dan rekaman itu akan langsung masuk ke ponselku.” Darius menekan berlian itu untuk memberi contoh. Rekaman apaan? “Dan jika kau dalam bahaya. Kau bisa menarik bandulnya seperti ini dan akan ada alarm bahaya yang masuk ke ponselku dan lokasi ter-akurat-mu akan terlihat.” Darius menarik bandulnya hingga terlepas. Dan ponsel darius langsung berbunyi pip pip pip pip “Awww” ringis Morin saat anting itu ditarik paksa hingga bandulnya lepas. “Apa kau mengerti?” tanya Darius. “Mengerti apa?” tanya Morin masih bingung. Otaknya sedang mencoba mengerti apa yang sebenarnya terjadi? “Cara kerja alat ini” jawab Darius sembari menunjukkan bandul yang sudah lepas dari anting di kupingnya itu. Alat? Alat apa? Jadi dia bukan sedang dilamar?! Sekarang Morin benar benar menangis. Bukan tangis haru tapi tangis kesal!!!! **** ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN