Episode 20 : Recap

1786 Kata
Layar monitor empat arah di dalam ruangan kubus putih, menayangkan adegan-adegan yang membuat para peserta merinding dan semakin takut melanjutkan permainan ke babak selanjutnya. Namun sayang, rasa takut para peserta justru sangat dinikmati oleh Pota yang menyaksikan bagaimana raut wajah yang ingin tetap hidup itu terpampang di dalam layar monitor CCTV yang ia awasi. Pota semakin bersemangat untuk menampilkan hal-hal yang telah terjadi di dalam permainan sebelumnya, sekaligus untuk memberikan peringatan kepada para peserta jika Pota di sini tidak bermain-main dalam memberikan hukuman. Cuplikan pertama yang tampil adalah tayangan yang berisi seorang peserta yang melanggar peraturan, setidaknya itulah yang Pota katakan kepada para peserta sembari video cuplikan itu diputar. Seorang peserta perempuan yang menggunakan nomor 4, mengambil kopi dengan terburu-buru karena waktu yang tersisa hanya tinggal beberapa menit. Sayangnya, wanita itu bertindak ceroboh. Saat ia berjalan keluar dari dapur rumah tradisional jepang tempat permainan itu berlangsung, wanita nomor 4 tersandung kakinya sendiri, membuat kopi di tangannya terjatuh dan tumpah berantakan di lantai. Saat kejadian itu berlangsung, penghitung mundur yang terletak di bawah pengeras suara telah berhenti karena kedua peserta telah mengambil barang yang dibutuhkan. Artinya, tidak ada kesempatan kedua untuk mereka kembali ke dalam ruang permainan masing-masing. “Kalian bodoh! Kalian ceroboh! Satu-satunya kesempatan untuk lolos ke permainan selanjutnya, kalian kacaukan di sini!” Semua peserta yang menyaksikan video itu terkejut dengan reaksi yang diberikan oleh Pota. Selama ini mereka semua selalu menganggap Pota sebagai kentang yang tidak memiliki emosi, sebagaimana yang ia tunjukkan kepada para peserta sejauh ini. Namun sayangnya, apa yang mereka saksikan benar-benar bertolak belakang dengan apa yang mereka alami selama ini, membuat para peserta semakin takut melanjutkan permainan. “Maafkan kami! Maaf, beri kami kesempatan sekali lagi!” Dua orang peserta yang menggunakan nomor 4 itu bersujud, berharap Pota memberikan keringanan kepada mereka karena kecerobohan yang dilakukan. “Maaf? Setelah kalian mengacaukan permainan, sekarang meminta maaf? Cih! Peserta seperti kalian lebih baik menyingkir dari permainan! Aku rasa, pihak pemburu salah memasukkan peserta!” bentak Pota. Pota yang terlanjur marah karena permainannya dirusak, tidak memberikan toleransi kepada mereka. Dengan satu tombol yang ia tekan dari ruang CCTV, tiba-tiba ada asap putih tipis yang keluar dari sudut-sudut ruangan. Awalnya, pasangan nomor 4 itu tidak menyadari ada sesuatu yang salah. Mereka sibuk bersujud meminta kesempatan, meski mereka tahu jika apa yang mereka lakukan itu sia-sia. Tapi lama kelamaan, pasangan nomor 4 mulai mencium ada aroma jerami yang samar dari sudut ruangan. Peserta yang tidak memiliki pengetahuan tentang zat kimia itu, masih tetap tidak peduli dengan aroma yang mereka hirup. Hingga lama-kelamaan aroma itu menjadi semakin pekat dan membuat mata serta paru-paru mereka terasa sakit dan sesak. Tidak lama kemudian, pasangan nomor 4 menggelepar di lantai rumah tradisional khas jepang itu. Pota di ruang pengawas tertawa terbahak-bahak menikmati penderitaan yang dialami dua sejoli tersebut. Hingga lama kelamaan, dua orang lelaki dan perempuan itu tidak bergerak lagi di balik asap yang semakin pekat. Selain sianida yang terkandung di dalam kopi, rupanya Pota juga menaruh gas fosgen untuk bersiap-siap di saat darurat, demi memberikan hukuman kepada para peserta. Ah maksudku, demi memberikan hiburan yang layak dan pantas kepada para tamu VIP. Cuplikan video pertama ini saja berhasil membuat para peserta bergidik ngeri. Satu sisi, mereka merasa sangat beruntung bisa lolos hingga kembali masuk ke dalam ruangan kubus putih. Namun sisi lain, mereka semakin takut untuk melangkah ke permainan selanjutnya. Pota di ruang CCTV tertawa semakin keras melihat bagaimana para peserta mulai gemetar. Namun di antara para peserta yang ketakutan, ada sepasang kekasih yang masih tampak tenang dan justru tersenyum ketika melihat tayangan di layar monitor empat arah. Rasanya, dua orang itu seperti sudah mengerti tentang apa yang terjadi selama permainan dan siap menghadapinya. Sesekali bahkan pasangan yang mengenakan nomor 5 itu menyeringai saat melirik ke arah kamera pengawas yang terpasang di sudut ruang kubus putih. Pota yang sedang mengawasi mereka merasa geram, namun tidak bisa melakukan apapun untuk mengeksekusi dua sejoli tersebut karena mereka tidak melakukan apapun yang berbahaya, melanggar peraturan, atau membuat Pota kesal. Jika Pota melakukan sesuatu secara asal, maka akan dipastikan para tamu VIP tidak akan suka dengan Pota dan berpotensi membuat badut kentang itu dipecat dari pekerjaannya sebagai administrator permainan. Mungkin jika ada dari kalian yang berpikir bahwa hukuman yang diterima hanyalah pemecatan, maka kalian salah. Karena hukuman yang mungkin akan diterima, lebih pedih dari hanya sekadar dikeluarkan dari pekerjaan. Jika memang para VIP tidak suka dengan hasil kerja administrator, mereka akan menerima hukuman yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Intinya, tidak ada orang yang ingin mendapatkan hukuman tersebut. Hal itu membuat Pota hanya bisa menahan amarah sembari menunggu peserta nomor 5 melakukan kesalahan. Pota pun melanjutkan ke video selanjutnya yang masih berasal dari permainan pertama, Household Games. Kali ini, cuplikan berasal dari beberapa pasangan yang gagal di permainan tersebut. Ada beberapa peserta yang gagal karena menenggak kopi bercampur sianida. Di mana setelah beberapa saat meminum kopi tersebut, tiba-tiba peserta lelaki tergeletak di lantai dengan tubuh yang kejang dan mulut berbusa. Si perempuan yang merupakan sang kekasih, semuanya saling menangis, tidak ingin ditinggalkan oleh sang kekasih. Di sini, Pota selaku administrator permainan ingin berbuat baik kepada mereka yang ditinggal mati oleh kekasihnya, dengan cara mengirim mereka ke alam baka, menyusul sang kekasih yang sudah mati terlebih dahulu. Terlihat dari video yang ditayangkan, sesaat setelah para peserta laki-laki dipastikan mati, terdengar suara tembakan memberondong ruangan tempat mereka melangsungkan permainan. Para peserta yang berada di ruang kubus putih, menutup mata mereka ketika menyaksikan adegan penembakan secara keji yang dilakukan oleh penyelenggara Couple Games. mereka benar-benar tidak ragu untuk menghabisi nyawa peserta yang dianggap tidak memenuhi kriteria untuk masuk ke permainan selanjutnya. Video selanjutnya yang ditayangkan adalah kebalikan dari sebelumnya, di mana di dalam video ini, tampak para peserta wanita yang mengalami reaksi akibat dari racun yang terkandung dalam alat-alat rumah tangga yang ada di ruangan gudang, tempat para lelaki melaksanakan permainan. Setelah beberapa saat memegang alat rumah tangga yang sudah dilumuri racun, awalnya para peserta hanya mengalami gatal-gatal ringan. Setelah itu, rasa gatal yang mereka rasakan berubah menjadi semakin panas dan mulai muncul sensasi terbakar yang diikuti oleh kulit tangan mereka yang mulai memerah. Para peserta secara reflek mulai menggaruk tangan mereka yang terasa semakin panas dan gatal. Beberapa di antara mereka bahkan berkeliling ruangan, mencari apapun yang bisa meredakan rasa panas dan perih yang mereka rasakan. Sayangnya, tidak ada apapun yang bisa membantu meringankan sakit yang mereka rasakan. Beberapa saat setelah kulit tangan mereka memanas, mulai timbul bintik-bintik kecil di tangan mereka yang semakin lama semakin membesar dan pecah, sementara kulit yang berubah merah mulai menyebar ke seluruh tubuh. Bintik-bintik yang pecah itu kemudian mulai membesar dan membakar kulit tangan dan perlahan mulai menggerogoti kulit di bagian lain, sehingga lama kelamaan kulit merah mereka mulai menghitam, benar-benar tampak seperti orang yang terkena luka bakar di seluruh tubuh. Akhirnya pun, sudah dapat diperkirakan, di mana para peserta perempuan itu tergeletak tak bernyawa di lantai rumah tradisional jepang, dengan aroma daging terbakar yang menguar, membuat para pria yang merupakan kekasih mereka tidak bisa berbuat apapun selain menutup hidung. Beberapa di antara para pria itu, bertindak sok pahlawan dengan menyingkirkan alat rumah tangga yang telah dipegang oleh kekasih mereka. Sayangnya, para lelaki memegang alat itu tanpa mengenakan sarung tangan yang akhirnya membuat mereka mengalami nasib yang sama dengan para wanita, yaitu mati dengan kondisi tubuh terpanggang. Sementara para pria lain, diberondong menggunakan timah panas karena dianggap tidak bisa melanjutkan permainan. Video selanjutnya yang ditayangkan oleh Pota cukup singkat, hanya berisi peserta yang saling terkena racun, di mana peserta pria tergeletak dengan mulut berbusa karena meminum kopi beracun, sedangkan peserta wanita terkapar dengan kondisi badan terpanggang. Melihat cuplikan itu, membuat jantung para peserta menjadi tidak aman. Beberapa dari mereka bahkan menangis dengan kencang, disaksikan oleh peserta lain yang tidak kalah gemetar. Semua peserta merasa ketakutan, khawatir jika nasib serupa menghampiri mereka di permainan selanjutnya. Beberapa dari mereka menyimpan emosi kepada Pota selaku administrator pertandingan yang dianggap tidak manusiawi, mempermainkan nyawa orang lain seperti benda mati yang tidak memiliki harga. Sayangnya, mereka semua kini sadar, kalau meluapkan emosi di sini hanya akan memperkeruh suasana dan membuat mereka menyusul peserta lain yang sudah terjatuh ke alam baka. Hal itu membuat mereka hanya bisa mengepalkan tangan sambil memberikan tatapan tajam ke arah kamera pengawas, tanpa bisa memberikan perlawanan berarti, sementara Pota terlihat semakin menikmati jalannya permainan dengan lanjut memberikan video yang berisi stimulasi ketakutan untuk para peserta yang tersisa. Pota berharap, dengan adanya video-video itu, akan menambah seru permainan selanjutnya yang saat ini sedang disiapkan oleh tim penyelenggara. Siksaan mental yang diberikan tidak berhenti di sini, masih ada hal lain yang ditunjukkan oleh Pota kepada para peserta. Video selanjutnya yang ditayangkan, tidak kalah mengerikan dibanding dengan apa yang baru saja mereka lihat di dalam layar monitor empat arah. Video kali ini berasal dari permainan Jujur atau Tantangan yang diadakan di dalam elevator. Para penonton pasti ingat dengan adegan di mana Pisau terjatuh dari lubang yang tiba-tiba muncul dari atap elevator, bukan? Ada dua pasang peserta yang terlalu takut untuk mengambil pisau tersebut, hingga Pota kehilangan kesabaran karena menunggu mereka mengambilnya. Akhirnya, Pota memberikan peringatan terakhir dengan mengancam akan menjatuhkan elevator. Dua pasang peserta itu hanya saling pandang tanpa mengambil pisau yang tergeletak di lantai. Hingga akhirnya, Pota terpaksa (yang sebenarnya sama sekali tidak terpaksa) menjatuhkan elevator hingga menimbulkan suara ledakan keras akibat benturan ruangan elevator dengan lantai dasar yang keras. Hal itu jelas membuat peserta yang ada di dalamnya tewas seketika. Ada juga peserta yang menurut Pota unik, di mana ketika pisau dijatuhkan, mereka berdua bergegas mengambilnya dan seketika menghunuskan pisau itu ke arah dua orang peserta lain di depan mereka. Setelah itu, mereka berdua berteriak dengan percaya diri kepada Pota, “apakah masih butuh permainan Jujur dan Tantangan kepada kami setelah apa yang terjadi, ha?” Pota hanya menggelengkan kepala sambil menepuk topeng kentangnya di ruang CCTV. Ia tidak menyangka ada peserta yang berani menghabisi nyawa peserta lain, padahal mereka sama-sama sebagai korban penculikan penyelenggara Couple Games. Tayangan itu membuat para peserta melihat ke arah salah satu peserta yang tampak cuek di barisan belakang. “Apa?” ucap peserta itu seakan tanpa dosa, berbanding terbalik dengan pakaian putih di mana bercak darah terlihat menyebar merata di kaos dan celana yang ia kenakan. Para peserta lain bergerak menjauh dari dua orang peserta yang mengenakan nomor 17 itu. Mereka semua takut akan menjadi korban selanjutnya. Pota yang masih mengawasi mereka, hanya tertawa kecil melihat apa yang terjadi di dalam ruang kubus putih, senada dengan para VIP yang menyaksikan tayangan Couple Games dengan ceria sambil memakan keripik kentang untuk menemani mereka menonton permainan cinta paling syahdu di abad ini. Coupe Games akan berlanjut ke permainan selanjutnya, sebuah permainan yang lebih seru dan menyenangkan untuk dilihat, dan tentu saja akan semakin banyak darah yang bercucuran, hehehe.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN