Episode 19 : Latar Belakang Jujur atau Tantangan

1608 Kata
Suara gemuruh yang terdengar di beberapa tempat, tidak terlihat mengganggu bagi dua orang peserta yang saat ini berada di dalam elevator. Peserta nomor 5 yang sejak awal terlihat aneh, tampak sama sekali tidak panik ketika mengetahui ada sesuatu yang tidak beres di dalam elevator. Mereka berdua saat ini sedang bersama dengan sepasang peserta lain yang tampak terkejut ketika mengetahui elevator sengaja dibuat bermasalah. Saat Pota mempersembahkan permainan di dalam elevator pun, dua orang itu terlihat tidak siap menghadapinya. Reaksi itu sebenarnya sangat wajar, mengingat rata-rata dari mereka dibawa ke dalam permainan dengan cara paksa. Pota yang sejak awal memang sudah tidak suka terhadap pasangan nomor 5, merasa semakin geram saat mengetahui bahwa ia harus memberikan permainan kepada dua orang tersebut. Di dalam ruang CCTV, Pota membuka berkas yang berisi informasi tentang mereka berdua. Sayangnya, tidak ada data lengkap tentang dua orang peserta ini di dalam komputer milik Pota. Pota semakin heran, bagaimana bisa ada peserta yang tidak memiliki informasi lengkap. Apakah ini adalah kesalahan dari pihak Couple Games? Ah sebentar! Aku pernah mengatakan di salah satu episode awal, bahwa pihak penyelenggara Couple Games menaruh agen yang ikut ke dalam permainan. Agen itu berperan sebagai peserta, yang memiliki tugas untuk mengawasi permainan dari dekat. Sebagai seorang narator, aku juga curiga terhadap dua orang tersebut. Apakah mereka berdua adalah orangnya? Aku sendiri mendapat info tentang agen itu secara tidak lengkap. Maksudku, pihak penyelenggara Couple Games juga memintaku sebagai narator untuk ikut berpikir bersama dengan penonton dan memecahkan teka-teki tentang agen rahasia yang dimasukkan ke dalam permainan. Informasi yang tertulis tentang dua sejoli itu hanya kegiatan nakal yang selalu mereka lakukan di saat senggang. Memang, sejak awal, mereka adalah pasangan paling nakal di antara semua peserta yang lain. Saat semua orang merasa panik berada di dalam permainan, dua orang ini justru asyik dengan urusan pribadi mereka sendiri. Lagi, meski merasa geram, Pota tidak bisa mengungkapkan emosinya kepada para peserta. Couple Games yang selalu direkam dan disiarkan membuat Pota mau tidak mau harus menjaga citra sebagai badut ceria yang disukai anak-anak. Akhirnya Pota pun mengumumkan bahwa ada permainan yang harus dimainkan di dalam elevator, yaitu “Jujur atau Tantangan.” Berbeda dengan peserta nomor 5 yang terlihat sangat santai, sepasang kekasih yang menggunakan nomor 42 itu tampak panik. Pemandangan yang terlihat dari peserta nomor 42, sangat wajar terjadi mengingat bagaimana kejamnya permainan yang dilakukan. Pemandangan yang tidak wajar memang terlihat dari peserta nomor 5 yang tampak sudah siap dengan apa yang menimpa mereka. Setelah membaca semua informasi dari peserta nomor 5, Pota pun bingung mencari pertanyaan yang bisa mengguncang mental mereka. Jangankan Pota, aku yang ikut mengawasi mereka sejak sebelum masuk ke dalam Couple Games pun bingung, kenapa orang senormal mereka harus dimasukkan ke dalam permainan? Karena sepengetahuanku, ketika peserta dimasukkan ke dalam permainan, pasti ada sesuatu yang melatar belakangi. Entah itu urusan uang, masalah keluarga, atau sesuatu hal lain yang membuat mereka pantas berada di dalam permainan. Sedangkan dua orang itu hanya warga bawah tanah biasa yang setiap hari hanya melakukan sesuatu yang menyenangkan untuk mereka berdua. Setelah berdiam beberapa saat, Pota pun mulai putus asa untuk memberikan pertanyaan kepada peserta nomor 5. Pota bahkan harus menghubungi administrator lain untuk menentukan apa yang harus dilakukan kepada mereka berdua. Setelah berdiskusi dengan beberapa administrator, akhirnya Pota semua pengurus permainan sepakat untuk menghentikan penayangan terhadap peserta nomor 5 dan 42, karena menganggap permainan di dalam elevator tidak cocok untuk mereka berdua. Sebenarnya sangat memungkinkan jika permainan tetap disiarkan dan diadakan untuk peserta nomor 42. Namun semuanya akan terlihat tidak adil apabila peserta nomor 5 tidak ikut bergabung. Untuk meminimalisir sentimen negatif dari para tamu VIP, maka penayangan untuk mereka berdua dihentikan. Pota akhirnya membuka elevator yang ditempati oleh peserta nomor 42 dan 5 dan mempersilakan mereka melanjutkan ke tahap selanjutnya. Lagi-lagi, sesuatu tercium sangat aneh di sini. Peserta nomor 5 tampak terlalu mudah melewati permainan. Mereka pun akhirnya berjalan menuju lorong kosong dengan pencahayaan minim. Bahkan saat keluar dari elevator, peserta nomor 5 masih bisa saling bercanda dan bergeliat satu sama lain, disaksikan oleh peserta nomor 42 yang masih tampak gemetar. Sebuah lorong panjang akhirnya membawa para peserta menuju ke ruangan serba putih yang sama persis dengan ruangan tempat mereka terbangun ketika masuk ke dalam Couple Games. Beberapa di antara mereka ada yang terkejut, ada yang takut, ada juga yang bersikap biasa saja seakan sudah menduga jika mereka akan kembali ke dalam ruangan ini. Ruang serba putih dengan monitor empat sisi yang menggantung di tengah ruangan, ternyata memiliki pintu yang bisa muncul dan menghilang. Ketika pintu terbuka, maka akan terlihat ruangan kosong di baliknya. Namun saat pintu tertutup, celah yang menjadi tempat pintu itu muncul seakan menghilang. Sebenarnya pintu itu tidak benar-benar menghilang, hanya saja celah sangat sempit dan potongan rapi yang ada di antara pintu dan dinding membuat celah itu terkesan menghilang. Masuk ke dalam ruangan serba putih, peserta nomor 5 dan 52 disambut dengan tatapan sinis dari seluruh peserta yang sudah berada di dalam. Peserta nomor 5 sedikit terkejut mengetahui jika peserta yang tersisa lebih sedikit dari yang mereka bayangkan. Sekitar separuh dari seluruh peserta gugur di permainan pertama, atau mungkin permainan di dalam elevator lah yang memakan banyak korban. Pasangan nomor 5 dan 42 adalah peserta yang terakhir masuk ke dalam ruangan serba putih, sebelum kemudian pintu masuk kembali tertutup, menyisakan ruangan tanpa sekat yang tampak tidak terbatas di segala sisi. Sesaat kemudian, Pota kembali tampil di layar monitor empat arah yang ada di tengah ruangan. Sepertinya hanya di ruangan ini, administrator menampakkan batang hidung, meski hanya mengenakan topeng. “Para peserta sekalian, bagaimana permainan kita hari ini? Menyenangkan, bukan? Ehe! Aku melihat kalian semua sangat menikmati permainan yang disajikan di dalam Couple Games. Tampak dari raut wajah kalian yang masih tampak ceria dan penuh cinta!” Pota benar-benar sadar jika apa yang ia katakan berbanding terbalik dengan apa yang terlihat di dalam ruangan serba putih, atau mungkin bisa kita sebut dengan kubus putih. Di dalam ruangan itu, para peserta tampak murung, marah, takut, sedih, dan semua emosi negatif tertangkap di sana. Kebanyakan dari mereka merasa dendam kepada Pota dan orang-orang di balik Couple Games karena menculik dan membuat mereka melakukan apa yang tidak diinginkan, seperti memilih barang beracun dan melakukan tantangan di dalam elevator. Juan dan Eva yang ada di antara para peserta terlihat saling menguatkan satu sama lain. Tangan mereka bergenggaman, Juan berusaha menenangkan Eva dengan mengelus punggung dan kepalanya. Dari sudut pandang kamera pengawas, terlihat jika Juan dan Eva seperti sudah melupakan masalah yang terjadi di antara mereka berdua. Konflik pribadi yang dipantik oleh kenyataan yang terbuka di dalam elevator, tampak diredam karena kejadian yang hampir merenggut nyawa mereka. Namun jauh di dalam hati, mereka masih menyimpan rasa penasaran dan meminta penjelasan dari kekasih, mengingat apa yang disampaikan ketika berada di dalam permainan “Jujur atau Tantangan” terasa sangat menyakitkan. “Aku tahu! Ada sesuatu yang bisa menaikkan suasana hati kalian, yeay! Aku akan menayangkan hiburan untuk kalian, agar tidak suntuk selama menunggu penyelenggara mempersiapkan permainan selanjutnya!” Sesaat kemudian, layar monitor empat arah itu padam. Tidak lama setelah itu, terdapat gambar glitch yang muncul. Semakin lama, gambar itu semakin terlihat jelas. Para peserta bergidik ngeri ketika melihat video yang ditayangkan pada layar tersebut. Bagaimana tidak, video itu rupanya berisi tentang cuplikan kegagalan para peserta yang tidak bisa lolos dari permainan pertama dan permainan di dalam elevator. Ada alasan tersendiri yang membuat Pota memainkan permainan di dalam elevator. Sebenarnya, tidak ada permainan yang dilakukan di antara permainan pertama dan kedua. Sayangnya, peserta yang lolos pada permainan pertama terlalu banyak, membuat Pota dipanggil oleh para petinggi Couple Games ke dalam ruangan rapat. “Ada apa, Tuan dan Nyonya?” ucap Pota saat masuk ke dalam ruangan tersebut tanpa basa basi. Pota tahu, para petinggi Couple Games adalah orang-orang yang tidak suka basa basi. “Kau mau mati, Pota?” sahut seorang wanita yang mengenakan setelan baju putih berbalut jas berwarna keemasan. “Ampun, Nyonya! Apa kesalahan yang membuatmu sangat marah padaku?” Pota bersimpuh di tengah-tengah para petinggi yang duduk di kursi mengelilinginya. “Permainan pertamamu payah, Kentang Busuk! Terlalu banyak peserta yang lolos! Aku ingin melihat lebih banyak darah dan penderitaan! Jika terus menerus seperti ini, aku akan membakar seluruh arena Couple Games!” ucap seorang pria berkulit hitam yang mengenakan setelan jas merah. “Ma-maaf atas ketidaknyamanannya, Tuan dan Nyonya! Aku akan memberikan pertunjukan yang menarik kepada Anda semua!” Pota bersujud di tengah ruangan sambil tetap mengenakan pakaian badut kentang. Entah bagaimana raut wajah Pota yang terukir di dalam kepala topeng badut itu. Mungkin saja Pota merasa marah, mungkin juga badut itu tidak terima dengan ucapan yang dilontarkan oleh para petinggi. Hanya saja, Pota benar-benar tidak bisa berbuat apapun kepada orang-orang yang menguasai tempat ini. Setelah beranjak dari tempat rapat penuh tekanan, Pota memikirkan cara untuk mengurangi jumlah peserta, namun juga tetap memberikan hiburan untuk para VIP. Pota tampak murung selama perjalanan kembali ke ruang CCTV, rasanya seluruh beban dilimpahkan kepadanya, padahal Pota hanya sebuah kentang kecil yang rapuh. Tiba di ruang CCTV, Pota melihat peserta yang lolos dari permainan pertama berjalan letih menuju ke elevator. Di situlah Pota mendapatkan ide. Sebagai administrator, Pota memang dituntut untuk selalu memutar otak agar bisa menyenangkan para tamu yang cerewet karena merasa telah mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk menonton para manusia menumpahkan darah. Pota menghubungi administrator yang lain, meminta data peserta kepada administrator lain guna memberikan pertanyaan saat peserta ada di dalam elevator. Saat itulah tercetus permainan “Jujur atau Tantangan” yang benar-benar berhasil merenggut banyak korban. Selain Pota memang menikmati para peserta yang saling membenci pasangannya, Pota mendapat apresiasi dan ulasan yang bagus dari para VIP, membuat Pota berbangga diri dengan hasil kerja kerasnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN