CRASHING ON ROYAL PRINCESS-THE DEVIL PRINCE

1682 Kata
ELLEONARA tidak habis pikir dengan dirinya sendiri. Semalam ia telah bertindak sangat ceroboh demi melepaskan diri dari jeratan Edwi Cyrus, pria yang ditemuinya di club malam setelah berpesta dengan teman-temannya. Seandainya saja ia mematuhi semua perintah Raja dan Ratu yang tak lain adalah orang tuanya sendiri, mungkin saat ini ia tidak akan terjebak bersama pria angkuh yang sudah menidurinya semalam. Ayahnya,Sang raja selalu menekankan Elle agar tidak bergaul dengan sembarang orang. Menjaga sikap di depan umum, dan selalu bersikap sopan. Terkahir, club malam, tempat itu adalah salah satu larangan terberat baginya. Namun, Elle justru mengabaikannya dan kerap kali mendatangi club malam hanya untuk berpesta dan menghibur diri. Elle selalu berusaha menyamar saat pergi ke club, sejauh ini samarannya tidak pernah gagal. Sampai semalam, ia tidak sengaja menabrak pria angkuh itu. Edwin mengancam akan membuntutinya kalau ia tidak melakukan apa yang diinginkan oleh pria itu, menjadi kekasih satu malamnya. Elle tidak bisa mengambil resiko ada seseorang yang tahu kalau dia adalah seorang putri raja. Maka, tanpa pikir panjang Elle pun menyetujui permintaan Edwin dan berakhir di ranjang bersama pria itu. Sebelum turun dari ranjang hangat milik Edwin, Elle mengakui kalau sebenarnya dia sangat menikmati masa-masa saat tubuhnya menyatu dengan tubuh Edwin. Belaian lembut pria itu, sentuhan dan bahkan ciumannya. Dalam hidupnya, Elle belum pernah merasa diinginkan seperti ini. Edwin menyentuhnya di bagian yang tepat dengan rentang waktu yang tidak pernah salah. Malam itu Elle merasa terbang di antara puluhan burung di udara saat bersama Edwin. Dan memang diakuinya kalau ia menikmati hubungan singkat itu. Ia juga tidak menolak saat Edwin berkali-kali menghujani tubuhnya dengan kelembutan dan kehangatan. Elle teringat dengan kisah cintanya bersama seseorang lima tahun yang lalu. Saat ia masih duduk di bangku kuliah. Waktu itu usianya baru dua puluh tahu. Elle tergila-gila dengan seorang pria. Dosennya sendiri. Pria yang sepuluh tahun lebih tua darinya. Pria yang telah mengambil kesuciannya, menidurinya dan akhirnya hanya memanfaatkan dirinya. Pria itu mengambil foto dan video mereka saat mereka tengah bercinta. Lalu memakai foto-foto itu untuk memeras dirinya, memeras sang raja agar menikahkannya dengan pria tersebut. Dia pikir, pria itu benar-benar mencintainya, tetapi ternyata dia salah. Salah besar. Elle hanya dimanfaatkan. Pria itu sudah menikah dan memiliki keluarga. Tidak ada yang bisa dilakukan keluarganya untuk melindungi nama baik keluarga kerajaan selain membunuh pria yang sudah memanfaatkannya itu. Namun Elle tidak menyesali keputusan keluarganya. Setelah sakit hati yang diterimanya, ia rela jika pria b******k itu mati dan jasadnya dikremasi lalu abunya ia buang ke toilet bersama kotorannya. Saat itu Elle tertawa senang.  Pria yang abunya sudah bersatu dengan kotorannya itu tidak pernah memberinya kepuasan saat bercinta. Berbeda dengan Edwin, pria itu menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Seperti sedang memujanya. Seperti sekarang. Bahkan saat mereka sedang berdiri dan bersandar di tembok. Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Elle tersentak, ia hendak lari dari pelukan Edwin. Namun Edwin justru mendorong tubuhnya yang semakin melesak ke tembok. Elle masih mengalungkan kedua tangannya di tengkuk Edwin, bagaimana pun juga, ia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak bersikap ceroboh saat seorang pria seperti Edwin sedang berusaha memuaskannya. “Kau tahu di mana Princess Elle?” Deg. Jantung Elle berdegup kencang. Ia mengenali suara pria itu. Pria itu dan entah bersama siapa sedang berjalan untuk masuk ke ruangan yang cukup luas itu. Elle menggelengkan kepalanya, meminta Edwin berhenti. Namun, Edwin tidak berhenti dan ikut menggeleng sepertinya, seolah pria itu sedang berkata, aku belum selesai. Elle hanya bisa pasrah. Jika ada yang memergokinya bercinta di ruang meeting bersama pria asing di dalam istananya sendiri, maka nama baik keluarganya akan tercoreng. Dan ayahnya pasti akan geram mendengar kabar ini. “Saya sempat melihat Princess Elle masuk ke sini. Mungkin beliau keluar lagi saat saya sedang mengambil minuman. Saya belum melihat ada yang datang lagi setelah Princess masuk.” Jawab seseorang yang tak lain adalah pelayannya. “Oh, baiklah kalau begitu. Aku akan menunggu di sini.” Elle hanya bisa meneguk salicanya kasar. Edwin semakin mempercepat gerakannya. Sepertinya pria itu nyaris mencapai puncak. Sementara Elle, ia tidak bisa menikmati kegiatan menyenangkan itu lagi. Yang ada di dalam pikirannya hanyalah nama baik keluarga jika mereka sampai ketahuan. Edwin akhirnya berhenti. Perlahan pria itu menurunkan tubuhnya. Elle segera berdiri tegak saat kakinya menyentuh lantai. Bibirnya mengerucut, tatapan kebencian berkobar dari matanya, tertuju untuk Edwin seorang. Dengan gaya bak seorang pahlawan, Edwin berusaha membantu Elle menurunkan dress hitamnya. Mengabaikan resleting celananya yang masih terbuka. Namun niat baiknya itu justru ditolak mentah-mentah oleh Elleonara. Wanita itu menepis tangannya, bahkan memelototinya, seolah bola mata indah itu dapat berbicara. Dan yang ditangkap Edwin adalah sebuah kalimat, jangan sentuh aku! Edwin segera menyingkirkan tangannya dari depan paha Elle. Pria itu mengangkat kedua tangan. Baiklah. Kira-kira itulah maksudnya. Edwin segera mengurus urusannya sendiri, memperbaiki posisi resleting celananya dan memasukkan lagi juniornya. Ini adalah hal paling konyol dan paling menyenangkan yang pernah dilakukan oleh Edwin di sepanjang karirnya sebagai b******n. Astaga, sebutan itu bahkan jauh lebih baik dari apa yang harus diterimanya. Elle diam-diam mengintip pria yang tadi mencarinya. Pria itu duduk di salah satu kursi, untungnya pria itu membelakanginya. Elle sedikit bernapas lega karena keberuntungan itu. Jika ayahnya tahu kelakuannya hari ini dan semalam, Elle pasti sudah dirocet dari daftar warisan. “Aku tahu kau menikmatinya.” Bisik Edwin tepat di telinganya. Elle berbalik untuk meninju d**a bidang Edwin. Pria itu meringis kesakitan. “Elle!” Edwin berseru tertahan. “Panggil aku Princess, dasar iblis!” bisik Elle. Seolah mendengar suaranya, pria yang duduk di kursi itu sedikit menoleh. Elle menutup mulutnya dengan kedua tangan dan segera beringsut mundur seraya menarik Edwin. Mereka berada di cerukan dinding, yang untung saja masih bisa menyembunyikan tubuh mereka berdua. “Kau ingin aku bertiak?” ancam Edwin. Elle tahu maksud dari ancaman itu. Edwin adalah iblis licik yang tidak akan menyerah untuh mendapatkan keinginannya. Jika Elle tidak menuruti permintaannya lagi, Edwin pasti sudah pasti akan berteriak dan mereka akan ketahuan. “Kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan.” Edwin mengangguk polos layaknya anak kecil yang baru saja diberi uang oleh ibunya dan diminta untuk membeli burger. “Sekarang apa maumu?” tanya Elle geram. Edwin hanya mengedikkan bahu sekali. Menatap Elle dengan tatapan bodohnya. Gemas melihat tingkah laku Edwin, Elle mengepalkan kedua tangannya dan meninju udara kosong. “Apa maumu!” bisik Elle lagi. Waktunya tidak banyak, ia harus segera keluar dari tempat itu atau ia akan menunggu sampai rapat selesai baru bisa keluar. Namun, sepertinya si iblis di hadapannya itu tidak bisa diajak berkompromi. “Aku akan keluar lebih dulu.” Edwin maju satu langkah, seolah tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Elle. “Apa kau gila?” Elle menarik tangan Edwin dan pria itu membuat gerakan dramatis seolah Elle adalah seorang atlit gulat. Edwin jatuh ke belakang sehingga mau tidak mau Elle harus menahan tubuh pria itu agar mereka berdua tidak terjatuh. “Terima kasih.” Ucap Edwin santai. Elle semakin kesal karena Edwin tidak juga berdiri dan malah pura-pura terhipnotis dengan posisi mereka yang seperti itu. Dengan terpaksa ia mendorong tubuh pria itu susah payah. “Jangan kemana-mana!” ucapnya setelah Edwin berdiri tegak. Edwin mengangguk lagi polos lagi. Membuat Elle semakin kesal. Elle kembali mengintip dari cerukan dinding lagi. Saat ini ada tiga orang di ruangan itu. lima menit lagi mungkin ruangan itu akan dipenuhi oleh orang-orang yang berkepentingan dalam rapat. Elle berbalik, jemarinya menekan pelipisnya yang mulai pening. Sementara Edwin, pria itu justru memainkan celana dalamnya. Tatapan Elle sontak tertuju pada benda hitam di tangan Edwin. Celana dalamku. Begitu kata malaikat di atas kepala Elle. Dan seketika Elle ingat kalau ia tidak mengenakan pakaian dalam. “Kembalikan celanaku!” Elle berusaha mengambil benda itu dari tangan Edwin. Namun sepertinya Edwin bisa membaca gerakannya. Dengan cekatan, Edwin menarik tangannya sehingga Elle hanya mengenain udara kosong dan sialnya ia justru tersandung sepatunya sendiri sehingga ia terjatuh ke dalam pelukan Edwin. “Kau mau lagi?” tanya Edwin dengan sebuah seringaian yang bermain di bibir manisnya. Hampir saja Elle terhipnotis oleh bibir itu. Untungnya hampir. Jika ia sampai terhipnotis lagi dan jika ada yang melihat mereka, Elle tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Tanpa menunggu lama, Elle segera keluar dari pelukan Edwin. Ia tidak mau lelaki itu terus-menerus memanfaatkan tubuhnya demi kesenangan priabadi. Ya, meskipun  sejujurnya Elle juga menyukainya. Namun tetap saja ini bukanlah waktu yang tepat untu bertindak ceroboh. “Edwin tolong kembalikan celanaku!” pinta Elle ketus. Edwin menggeleng tegas. “Astaga, kumohon. Kembalikan celanaku! Aku tidak bisa keluar tanpa memakai celana dalam!” “Aku tidak akan mengembalikannya. Lagipula, benda ini sudah tidak bisa dipakai lagi. Kau lupa aku sudah memotong kedua sisi talinya?” Edwin lalu memasukkan celana dalam Elle kembali ke saku celananya. “Ed!” Elle kembali berseru tertahan. Dia tidak habis pikir akan terjebak dengan pria yang sangat menyebalkan seperti Edwin. “Lagipula, kau juga tidak memakai bra.” Komentar Edwin santai. Mengabaikan komentar Edwin, Elle mengacak-acak rambutnya. Ia merasa frutasi dengan situasi mereka. Jika tidak segera menemukan solusi, terpaksa meraka harus menunggu sampai rapat selesai baru mereka bisa keluar dari sana. “Ngomong-ngomong, apa kau mau ikut dengan rapat itu?” tanya Edwin dengan gaya khasnya. Pertanyaan itu menarilk perhatian Elle. “Tentu saja! Jika bukan karena rapat itu, aku tidak akan datang kemari dan bertemu denganmu!” balas Elle sengit. “Kalau begitu tujuan kita sama.” Sahut Edwin. “Dan gara-gara kobodohanmu. Kita terjebak di sini, batal mengikuti rapat tersebut.” “Oh, ya?” “Ya! Kita tidak bisa keluar dari sini sebelum rapatnya selesai!” “Bagaimana kita aku bisa membawamu keluar dari sini?” tanya Edwin dengan mimik serius. “Dan mengambil resiko ada yang melihat kita. Tidak, terima kasih tawarannya.” “Tidak akan ada yang melihat kita.” Ucap Edwin mantap. Kening Elle berkerut. Dan ketika Elle tidak lagi mengucapkan sepatah kata pun, Edwin kembali berbicara. “Aku berjanji tidak akan ada yang melihat kita.” “Kalau begitu, bawa aku keluar dari sini.” “Tidak semudah itu, Princess.” Lagi-lagi sebuah seringaian muncul di bibir manis Edwin. “Apa maumu!” Elle hampir menjerit, menghadapi Edwin memang membutuhkan kesabaran yang luar biasa. “Satu malam lagi bersamaku.” Mendengar itu, Elle menggeleng tegas dan langsung dibalas dengan senyuman meremehkan oleh Edwin. “Baiklah kalau itu pilihanmu.” Elle tampak berpikir. Jika ia tidak segera keluar, maka ia tidak memiliki waktu lagi. Sedangkan ayahnya pasti bertanya-tanya kemana dirinya menghilang selama rapat berlangsung. Edwin hendak melangkah tetapi Elle menahannya lagi. “Baiklah. Aku akan menuruti permintaanmu.” “Pilihan yang cukup bijak. Cium aku sebelum aku membawamu pergi dari sini.” Elle hampir mengumpat lagi, tetapi melihat Edwin menelengkan kepalanya seolah pria itu sedang mengancam dirinya, Elle mengurungkan niatnya dan melangkah untuk menyambar bibir Edwin. Ciuman yang sangat singat. “Dasar iblis!” umpat Elle tepat di depan bibir Edwin. Saat Elle hendak melangkah mundur, Edwin menahan pinggul wanita itu seraya berkata. “If I could choose, I would choose to be a prince.” “The Devil Prince!” balas Elle sengit.      
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN