BAB 4

1048 Kata
MAYA POV Tidak terasa sudah sebulan aku bekerja di Jakarta dan aku sangat menikmati pekerjaanku sebagai sekretaris direktur seperti Frans. Sejujurnya aku sangat senang bekerja untuknya apalagi ia tidak seburuk yang aku pikirkan selama ini meskipun ia termasuk orang yang sangat perfeksionis dalam pekerjaan. Entah kenapa aku merasa akhir - akhir ini ia sering memperhatikanku dari kejauhan dan sepertinya ia menyimpan perasaan padaku meskipun aku berpura - pura tidak tau apa - apa tentang perhatiannya padaku karena aku tidak ingin berharap dengan atasanku sendiri. Aku tau diri dan tidak ingin mengharapkan sesuatu yang tidak bisa ku dapatkan. Hari ini aku sangat senang karena sudah menyelesaikan pekerjaanku dengan baik sehingga aku tidak mendapat kritik dari Frans atas pekerjaanku. Saat itu aku tidak menyangka ketika Frans menawarkan diri untuk mengantarku pulang ke rumah dan rasanya aku sangat senang mendapatkan tawaran itu meskipun awalnya aku menolak karena aku tidak nyaman jika dilihat banyak orang. " Jika kau tidak keberatan, aku ingin mengantarmu pulang ke rumah." Kata Frans sambil menawarkan diri untuk mengantarku pulang ke rumah dan rasanya saat itu jantungku berdebar sangat kencang. " Tidak usah repot - repot. Saya bisa pulang sendiri." Kataku sambil menghindarinya dan aku sengaja tidak ingin terlalu dekat dengannya karena aku tidak ingin orang lain salah paham terhadap hubungan kami. Saat itu aku melihat paman Haris berjalan ke arah tempat parkir dan aku langsung memanggil beliau karena aku ingin pulang bersamanya dan akhirnya kami pulang bersama. Di tengah perjalanan, paman sempat membahas hubunganku dengan Frans dan aku memberitahu beliau jika hubungan kami baik - baik saja dan tidak lebih dari sebatas hubungan pekerjaan. Beliau memperingatkanku untuk tidak terlalu dekat dengan Frans apalagi paman tau tentang predikat Frans yang suka bergonta - ganti pasangan dan paman tidak ingin perasaanku terluka sehingga beliau menyuruhku untuk mencari pria yang tepat untukku. Aku tau paman sangat menyayangiku seperti anak kandungnya sendiri. Tidak beberapa lama kami tiba di rumah dan beliau menyuruhku untuk segera beristirahat di kamar. Rasanya aku sangat rindu dengan ibu sehingga aku menghubungi ibu melalui nomor telefon tetanggaku. Lalu kami berbincang cukup lama dan beliau menasehatiku untuk menjaga diri dengan baik. " Ibu harap kau bisa menjaga diri dengan baik disana. Ibu selalu berdoa yang terbaik untukmu." Kata ibu sambil mendoakanku dan rasanya aku sangat terharu dengan doa yang di lantunkan ibu untukku. " Terima kasih atas doanya, ibu. Maya disini akan berusaha sebaik mungkin dalam bekerja dan merubah perekonomian keluarga kita." Janjiku pada ibu dan aku berusaha untuk memberitahu hal - hal yang baik kepada ibu karena aku tidak ingin menambah beban pikiran kepada ibu. Tidak beberapa lama kami mengakhiri pembicaraan dan aku memutuskan untuk beristirahat sejenak. Keesokan harinya aku terbangun dan menyadari waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi dan saatnya aku membuat sarapan untukku dan paman. Aku membuat nasi goreng untuk kami dan paman terlihat sangat suka dengan masakan buatanku. Tidak beberapa lama aku berangkat ke kantor bersama paman dan rasanya pagi ini jalanan sangat macet dan ternyata ada demo sehingga kami memilih jalan yang lain. Sekitar setengah jam kami tiba di kantor dan saat itu aku sangat terkejut melihat Frans yang sedang bertengkar hebat dengan salah satu karyawan dari divisi penjualan dan banyak orang yang berusaha melerai mereka. Saat itu aku melihat Frans terluka dan aku berusaha mengobatinya. Ia merasa sangat berterima kasih padaku karena sudah mengobatinya dan ia bercerita jika ia terlibat pertengkaran karena ada masalah internal yang belum terselesaikan dan Frans sudah memutuskan untuk memecat karyawan itu. Saat itu aku merasa hubunganku sangat dekat dengan Frans dan aku sangat terkejut saat ia menyentuh tanganku sambil mencium tanganku dengan lembut. " Terima kasih sudah mengobatiku. Aku tau kau seorang wanita yang baik dan pantas dijadikan pasangan hidup." Kata Frans sambil mencium tanganku dan rasanya saat itu jantungku berdebar sangat kencang. " Sama - sama." Kataku sambil melepas tanganku dari tangannya dan ia merasa salah tingkah padaku. Lalu aku memilih untuk pergi ke ruang kerjaku untuk mengerjakan tugasku. Aku berpikir Frans sepertinya tidak sungkan untuk menunjukkan rasa ketertarikannya padaku tetapi aku mengingat nasehat paman sehingga aku tidak berharap lebih terhadap hubunganku dengan Frans karena selama ini aku merasa Frans adalah atasanku yang sangat baik dan peduli kepada semua karyawannya dan aku bersyukur karena hal itu. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua belas dan saatnya jam makan siang. Saat itu Frans mengajakku makan siang bersama di kantin kantor dan rasanya saat itu aku tidak bisa menolak ajakannya dan aku melihat semua orang melihat ke arah kami ketika kami berjalan bersama dan aku merasa tidak percaya diri karena aku bukanlah siapa - siapa. Frans menyuruhku untuk memesan makanan dan aku melihat ada sekumpulan wanita yang mencibirku karena mereka menganggap aku sengaja mendekati Frans hanya untuk mendapatkan jabatan dan materi. Aku berusaha mengacuhkan mereka tetapi salah satu dari mereka mencoba menghadangku dan mencibirku di depan banyak orang sehingga membuatku terpancing emosi dan aku berusaha melawannya. " Dasar perempuan tidak tau diri! Kau sengaja bersikap manis di depan bos padahal kau hanya ingin mendapatkan jabatan dan materi saja!" Kata Wanita itu sambil mencibirku di depan umum dan aku langsung melawan wanita itu karena aku tidak terima di fitnah oleh wanita itu. " Aku bukanlah wanita licik seperti yang kau tuduhkan padaku!" Kataku sambil melawan wanita itu dan saat itu Frans berusaha melerai kami dan ia membawaku pergi dari kantin. Saat itu Frans membawaku pergi ke taman dan ia berusaha menenangkanku. Waktu itu kemarahanku sirna seketika ketika Frans memelukku dengan erat dan ia terlihat tidak perduli dengan orang - orang di sekitar yang memandang ke arah kami. Waktu itu aku merasa sangat bahagia dan rasanya aku tidak ingin melepas pelukan Frans dari tubuhku sampai ponsel Frans berbunyi dan ia melepas pelukannya dariku. Lalu ia mengangkat telfonnya dan menjauh dariku. Rasanya saat itu aku sangat malu dengan diriku sendiri karena lepas kontrol saat bersamanya dan kali ini aku akan berusaha bersikap profesional tanpa mencampur adukkan perasaanku karena saat ini aku tidak bisa menahan keinginan untuk berdekatan dengan Frans. Saat itu aku memilih untuk kembali ke ruang kerjaku karena masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan dan saat aku berada di ruang kerja, aku melihat Frans datang menghampiriku dan ia menyuruhku untuk menemaninya bertemu dengan klien dari Jepang dan rasanya saat itu aku berusaha menahan keinginan untuk memeluknya lagi karena sejujurnya aku sangat senang dengan perhatian yang ia berikan padaku.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN