Bertemu anak mantan

2045 Kata
Andin bangga pada dirinya, akhirnya pekerjaan yang berkaitan dengan sang mantan bisa dia selesaikan dengan baik. Andin berharap setelah semua berlalu dia tidak akan bertemu dengan Arshaka lagi di masa depan. “Aku membencimu, kamu terlalu menyakitiku. Bahkan kamu tidak pernah merasa bersalah atas apa yang kamu lakukan. Arshaka, apakah kamu tidak pernah mencintaiku selama ini?” Andin kembali menyadarkan dirinya, dia tidak boleh lemah dalam menghadapi lelaki seperti Arshaka. Andin hanya perlu fokus untuk menjalani kehidupan yang sudah dia tata sedemikian rupa. Masa lalunya tidak akan dia ijinkan untuk kembali menorehkan luka dalam hatinya. "Sarapan dulu, Ndin.” Teriakan Cahya membuat Andin segera bergegas. Andin memiliki dua pekerjaan hari ini, semua job ini dia peroleh dari Yanuar selaku event planner. Awalnya memang dia fokus dengan food photography, tetapi semakin kesini dia ingin mencoba hal baru untuk menambah pengalamannya. "Hari ini kamu mau bawa mobil sendiri, Dek?" tanya Abimanyu pada adiknya. "Iya Mas, lagi pula ada dua job hari ini." "Kamu sudah tidak takut lagi?” tanya Abimanyu memastikan. "Ayah akan menemanimu, jangan mengemudi dulu jika belum yakin." "Tak apa, Ayah, Andin sudah berani. Lagi pula itu kejadian sebulan lalu, Andin sudah berani membawa mobil sendiri." Mereka khawatir jika trauma Andin kembali muncul, mereka tidak ingin kehilangan Andin. Kecelakaan yang terjadi merupakan suatu teguran bagi Rusli, agar dia menjaga anaknya lebih baik lagi. Rusli selalu menasehati anaknya untuk tidak mengambil pekerjaan terlalu banyak, karena hal itu mengganggu kesehatan Andin. Sebagai orang tua, dia hanya ingin anaknya menjalani hidup bahagia dengan apa yang sudah dia miliki saat ini. "Jangan terlalu banyak mengambil job, Dek. Uang mu sudah banyak, bekerjalah dengan santai." "Iya, Mas. Lagi pula bulan depan Andin libur." "Kamu beneran mau jalan-jalan? Ibu tidak setuju kalau kamu pergi sendiri." "Ibu, Andin, sudah 25 tahun. Lagi pula Andin akan bertemu banyak teman Andin di sana, Andin hanya ingin berkunjung ke tempat yang belum pernah Andin kunjungi." "Baiklah, Ayah tidak akan melarang. Lakukan apa yang membuatmu bahagia, tetapi jangan sampai melakukan hal yang tidak baik. Jaga diri kamu," ucap Rusli. Andin senang ayahnya kembali memberikan kepercayaan kepada dirinya, ini pertama kalinya Andin mengambil pilihan untuk berlibur sendiri tanpa keluarganya. Andin harap rencananya akan berjalan dengan lancar tanpa ada kendala. *** Arshaka sarapan dengan roti panggang dilengkapi telur setengah matang di atasnya, hidup Arshaka sangatlah berbeda dari sebelumnya. Dulu dia adalah lelaki yang hanya sibuk di kantor, tetapi setelah perceraiannya dia berubah menjadi lelaki mandiri yang menyelesaikan semua pekerjaan rumah sendiri, dia tidak ingin hidup tenangnya diganggu oleh orang lain. "Sialan, hari ini harus bertemu dengannya lagi." Semenjak dia memutuskan untuk bercerai, Arshaka meninggalkan semua fasilitas yang diberikan oleh orang tuanya. Dia memulai semuanya dari awal dengan uang tabungan yang dia miliki, dari bisnis caffe shop hingga merambah pada bisnis restoran. Arshaka bersyukur, dia tidak pernah boros dalam membelanjakan uangnya ketika masih memimpin perusahaan keluarga. Dia masih memiliki tabungan yang mampu dia gunakan untuk membangun bisnis setelah dia memilih jalannya sendiri. "Wanita ini selalu saja mencari kesempatan, bahkan dia mengabaikan suaminya." Arshaka tidak mengerti kenapa dia kembali bertemu dengan wanita yang tidak tahu diri. Memang wanita itu akan menyewa restoran untuk pesta ulang tahun anaknya, tetapi Arshaka tidak senang dengan tingkah wanita itu yang selalu ingin menggoda dirinya. Arshaka selalu ingin memastikan manajemen restoran melakukan tugasnya dengan baik, tetapi dia malah terjebak dengan orang toxic. Wanita itu mengatakan jika tidak Arshaka yang melayaninya maka dia akan membatalkan reservasinya. "Tenanglah Arshaka, setelah semua ini selesai maka kau akan terbebas dari wanita ini." Arshaka mengatakan kalimat ini untuk menenangkan dirinya, dia berharap acara itu segera berlalu dan dia tidak perlu bertemu dengan wanita itu lagi. *** "Andin," panggil Yanuar untuk mengecek persiapan. "Mas Yanuar, Andin sudah siap. Bagaimana dengan yang lainnya?" tanya Andin. "Sudah, kita hanya tinggal menunggu jam di mulainya acara. Mas mau minta tolong, untuk Minggu depan Mas Toni tiba-tiba cancel dia tidak bisa menghandle job yang sudah Mas berikan. Apakah kamu ada waktu ketika di jam itu? Mas bingung, Fotografer lainnya juga penuh. Mas Toni baru mengatakannya pagi ini." Andin merasa bingung, dia sudah berjanji pada Abimanyu untuk mengurangi pekerjaannya, tetapi melihat Yanuar memohon Andin merasa tidak tega. Andin hanya mengangguk, dia menyetujui untuk menggantikan tugas Mas Toni hari itu. "Ya sudah, Mas. Jam berapa acaranya?" "Jam empat sore." Andin mengangguk, selama ini Yanuar selalu membantunya. Tidak ada salahnya Andin membalas semua kebaikan yang sudah diberikan oleh Yanuar dengan melakukan hal kecil seperti ini. "Kamu memang yang terbaik." Yanuar tersenyum dan mengacungkan jempolnya, dia berterima kasih pada Andin. Jika bukan karena Andin, Yanuar pasti akan merasa bingung karena kliennya sangatlah cerewet dan banyak maunya. "Ayo Mas, acaranya akan di mulai. Anak-anak sudah berdatangan." Mereka menyelesaikan pekerjaan dengan baik, tetapi ada hal yang membuat fokus Andin teralihkan. Dia melihat anak kecil yang duduk sendirian dengan ekspresi sedihnya. "Mas, udah selesai kan?" "Sudah, apakah kamu ingin pergi sekarang?" "Tidak, aku hanya ingin mengambil minum." Yanuar mengangguk, dia menyelesaikan pekerjaannya sedangkan Andin menghampiri anak itu. Bagaimana bisa pesta ulang tahun yang seharusnya membahagiakan kini berubah menyedihkan bagi anak itu? "Hai? Kenapa tidak ikut bergabung dengan mereka?" Anak itu terdiam dan memandangi sepatunya, Andin merasa tidak asing dengan anak yang dia lihat. Andin mulai mengingatnya, dia baru sadar jika anak yang ada di depannya adalah anak dari mantan kekasihnya. Dia merasa kasihan, entah apa yang terjadi pada anak ini, dia sendirian dan kebingungan karena tidak ada orang dewasa yang mendampinginya. "Tante, aku ingin pulang." "Kamu datang bersama siapa? Kenapa sendirian?" "Nelson tidak suka berada di sini. Mereka semua bahagia, tetapi Nelson sedih karena iri dengan apa yang mereka miliki." Andin memeluk Nelson, dia mencoba menenangkan Nelson yang menangis sesenggukan. Andin tidak tahu apa yang harus dia lakukan, tetapi dia akan menolong anak ini. Walaupun ayah anak ini membuat Andin kecewa, tetapi anak ini tidak memiliki salah apapun kepada dirinya. "Kamu juga pasti akan sangat bahagia Nelson, tunggu hingga Tuhan memberikan kebahagiaan ini padamu." Nelson mengusap air matanya, dia mencoba tersenyum dengan hiburan yang wanita cantik ini katakan padanya. Dia sedikit merasa tenang, lalu meminta tolong kepada Andin agar wanita cantik ini mau mengantarkan pada ayahnya. "Tante, apakah Tante bisa mengantarkan aku pada Ayah? Mama pergi meninggalkanku di sini." Andin merasa bingung, dia tidak memiliki nomor Arshaka dan sudah jelas jika dia tidak mengenal siapapun yang berkaitan dengan Nelson. Andin keberatan untuk membantu, tetapi dia merasa kasihan jika melihat Nelson sendirian. "Ada apa, Ndin?" Yanuar datang ketika melihat Andin terlihat bingung dari kejauhan, dia hanya ingin memastikan jika acara ini berjalan dengan baik. Sekalipun hal kecil akan Yanuar perhatikan demi berlangsungnya acara dengan lancar. "Dia, meminta tolong untuk diantar pulang. Aku bahkan tidak mengenal keluarganya," ujar Andin. "Dimana ibunya?" Andin menggelengkan kepalanya, Yanuar mau tidak mau ikut membantu dan langsung menghubungi Arshaka. Beberapa kali bertemu Arshaka membuat Yanuar tau bahwa anak yang di depannya adalah anak Arshaka. "Ayahmu Arshaka kan?" Nelson mengangguk, senyumnya mulai muncul dan terlihat sangat ceria. Dia melihat kebahagiaan lain ketika Yanuar bertanya mengenai nama ayahnya, dia terlihat berbeda ketika sedang membicarakan ibunya. "Tunggu disini, Ayahmu akan segera menjemput." *** Arshaka bergegas keluar dari tempat rapat, dia tidak peduli wanita itu memanggilnya. Sejak awal Arshaka sudah jengah mendengar semua omong kosong wanita itu. Untung saja Yanuar menelponnya, jika tidak maka dia akan lebih lama lagi mendengarkan wanita yang membuatnya muak. "Selesaikan rapat, saya harus pergi." Arshaka berpesan pada manager restoran, mau tidak mau dia juga harus pergi karena ini berkaitan dengan anaknya. Arshaka merasa kesal, kenapa Keisha terus melakukan segala hal sesuai dengan keinginannya sendiri? Tidak sekali dua kali dia meninggalkan Nelson seperti yang sedang terjadi saat ini. Tak lama kemudian akhirnya Arshaka sampai di tempat yang sudah dikatakan oleh Yanuar, dia melihat Nelson bersama dengan wanita yang sangat dia kenal. "Ayah." Nelson memanggil Arshaka dengan keras ketika melihat keberadaannya, dia terlihat sangat bahagia ketika ayahnya datang untuk menjemput. "Apa yang terjadi? Kenapa kamu disini?" "Pesta ulang tahun temanku, tetapi Mama pergi ketika pesta belum usai. Aku tidak tahu keberadaannya," ucap Nelson. Andin sedikit terkejut, anak ini masih kecil tetapi dia sangat pintar menjelaskan hal yang terjadi pada ayahnya. "Kenapa Nelson bersama orang asing?" "Tante cantik ini sudah menemani, Nelson. Dia bukan orang asing, Yah." Andin menghela nafasnya lelah, dia lalu pamit pada Nelson dan pergi dari tempat yang membuatnya sesak. Andin tidak ingin hatinya kembali sakit mendengar ucapan Arshaka yang menyakitkan setiap kali bertemu dengannya. "Kamu tidak boleh bertemu orang asing, bukankah kamu sudah mengerti akan hal itu?" Nelson mengangguk, dia berjalan mengikuti ayahnya. Andin sejak tadi bersungut kesal, seharusnya lelaki itu berterima kasih padanya karena sudah menemani Nelson, tetapi yang dia dapatkan malah sebaliknya. Andin menghampiri Yanuar untuk pamit pulang, pekerjaannya sudah selesai. Andin ingin segera menuju lokasi kedua. " Nelson sudah bertemu dengan ayahnya?" "Sudah, Mas, Aku pulang dulu ya? Sampai jumpa nanti sore." Andin melambaikan tangannya, semua hal itu tidak lepas dari pandangan Arshaka. Lelaki itu merasa kesal pada Andin yang dengan mudahnya tersenyum pada lelaki lain. "Ayah? Nelson menginap di rumah Ayah ya?" "Baiklah." Setelah ini Arshaka akan menelpon Keisha, wanita itu memang benar-benar membuat kerjaannya berantakan. Bagaimana bisa dia tega meninggalkan anaknya seperti ini? Apakah Keisha tidak takut jika Nelson hilang diculik orang? "Kita pulang." *** Andin tidak sengaja bertemu dengan Arshaka di parkiran, dia diam karena tidak ingin mendengar lelaki itu kembali berucap sesuatu hal yang menyebalkan. "Ayah seharusnya berterima kasih pada Tante cantik." Nelson menasehati ayahnya, bagaimanapun Andin yang menemani Nelson ketika menunggu sendirian. Tidak sepantasnya Arshaka berlaku tidak sopan pada orang yang sudah membantu anaknya. "Sudahlah Nelson, jangan cerewet." Nelson turun dari gendongan Arshaka, dia menghampiri Andin yang masih sibuk memasukkan barang-barangnya ke mobil. "Tante cantik, terima kasih sudah menemani Nelson." "Sama-sama, lain kali jangan mau di tinggal sendiri ya? Dunia luar sangat berbahaya bagi anak kecil seperti mu," ujar Andin mengusap lembut rambut Nelson yang halus. Nelson mengangguk, dia melambaikan tangannya dan kembali menghampiri ayahnya yang mematung. Arshaka tidak menyangka jika Nelson akan berlari menemui Andin. "Sikap anaknya bahkan lebih baik, dia hanya berdiam diri seperti patung. Sekalinya berbicara hanya kata menyebalkan yang keluar dari mulutnya." Andin segera masuk ke dalam mobil dan pulang. Menghadapi Arshaka tidak akan ada habisnya, lelaki itu akan mengambil semua kesabaran yang di miliki oleh Andin. Wanita itu tidak akan membiarkan rasa sabarnya habis hanya untuk menghadapi lelaki yang tidak tahu diri. "Aku harap kita tidak akan bertemu lagi." *** "Seharusnya ayah berterima kasih karena Nelson sudah mewakilkan untuk berterima kasih pada Tante cantik," ucap Nelson. "Sudahlah Nelson, ayah mengerti. Tidak perlu kamu mengulanginya lagi.” Ada sedikit rasa cemburu ketika Nelson terus mengatakan tentang Andin. Mereka baru kenal dan Nelson sudah mulai akrab dengan wanita itu, Arshaka bahkan tidak tahu harus bersikap. Andin kembali hadir dalam hidupnya setelah sekian lama mereka tidak pernah bertemu. "Jangan terlalu akrab," ujar Arshaka. "Tante itu baik, kenapa tidak boleh? Lagi pula Tante itu bekerja dengan, Ayah." Arshaka mengangguk, dia tidak berharap anaknya dekat dengan Andin. Dia takut jika hal yang tidak menyenangkan akan terjadi setelah itu. Keisha bukan wanita yang mudah di hadapi apalagi semuanya berkaitan dengan masa lalu Arshaka. Sebelum mengajak Nelson pulang, Arshaka mampir ke restoran agar anaknya bisa makan terlebih dahulu. Arshaka yakin, setelah Keisha meninggalkan Nelson di tempat pesta dia pasti tidak sempat makan dan minum karena takut sendirian. "Lain kali tidak usah menghadiri acara yang tidak penting! Mamamu bahkan meninggalkan dirimu sendiri," ujar Arshaka. "Ayah pasti tahu kalau mama memaksa ku," ucap Nelson mengadu. "Tingkah Mamamu bahkan tidak berubah sama sekali, bagaimana aku bisa percaya dia merawat dirimu dengan baik? Dia selalu mengutamakan kesenangannya sendiri dari pada merawatmu." Nelson merasa sedih, hidup dalam keluarga berantakan akibat perceraian membuatnya merasa tidak nyaman. Nelson iri dengan temannya yang lain, dia tidak bisa merasakan apa yang seharusnya keluarga normal lakukan. "Ayah, apakah kedepannya Nelson akan baik-baik saja?" "Kenapa bertanya seperti itu? Ayah akan menjagamu dengan baik. Jika Mamamu bersedia memberikan hak asuh itu, maka kamu akan bebas tinggal bersama Ayah selamanya." Nelson berkaca-kaca, semua hal yang dikatakan oleh ayahnya adalah suatu hal yang sangat sulit di penuhi. Ibunya tidak akan mengijinkan Nelson terlalu lama bersama dengan ayahnya. "Mama pasti tidak akan memberikannya, Ayah. Semua ini hanya akan sia-sia." Nelson memalingkan wajahnya, Arshaka merasa sedih ketika melihat anaknya kembali kecewa. Arshaka tidak bisa berbuat lebih, semua yang terjadi sudah di putuskan oleh pengadilan beberapa tahun lalu ketika dia bercerai dengan Keisha. "Maafkan ayah, Nelson."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN