Keesokan harinya Andin kembali datang, dia merasa lemas dan tidak semangat untuk melakukan project pekerjaan ini. Entah kenapa berhubungan dengan Arshaka hanya akan membuatnya merasa sial.
"Apakah ada hal yang terjadi?"
Yanuar merupakan seseorang yang membantunya selama ini, lelaki ini banyak membuatnya mendapatkan project dari pekerjaan yang dia geluti. Lelaki ini membuat harinya sibuk dan itu semakin efektif untuk menyembuhkan hatinya.
"Mas Yanuar, aku hanya merasa tidak semangat."
Yanuar memang sebagai event planner, pekerjanya sangat berhubungan dengan jasa karena itulah hubungan mereka semakin dekat antara satu dengan yang lain. Yanuar selalu memberikan pekerjaan kepada Andin karena dia senang dengan hasil kerjanya.
"Setelah event pembukaan restoran ini, Mas Yanuar ada event apa lagi? Bisalah Mas kalau ada event birthday party. Bisalah aku jadi Fotografer nya," ujar Andin.
"Kamu itu bisa saja, bukankah jadwal sebulan ke depan sudah full? Jika bukan permintaanku mana mungkin kamu mau ngambil job untuk katalog makanan dengan waktu yang sangat mendadak ini?"
Andin tersenyum tipis, bagaimanapun yang Yanuar katakan adalah suatu kebenaran. Andin bukan pengangguran, hobinya ini benar-benar menghasilkan uang yang lumayan banyak untuknya. Dia bisa memenuhi kebutuhan hidup dan membuat keluarganya bahagia dengan pekerjaan ini.
"Masih lama, Mas?"
"Bentar lagi. Nanti kamu bisa foto makanan yang sudah jadi, jika ada yang dibutuhkan nanti kabari saja."
Andin mengangguk, semua aktivitas ini tidak luput dari perhatian sepasang mata yang terus memperhatikan sikap Andin. Lelaki itu merasa tidak suka dengan Andin yang bersama dengan lelaki lain seperti wanita gatal.
"Putus dariku, kau berubah menjadi wanita gatal."
Andin terkejut, baru kali ini ada seseorang yang berani mengatakan hal yang menyakitkan seperti itu. Dari segi mana dia menilai Andin wanita gatal? Bukankah dia hanya berbicara sebutuhnya, pakaiannya saja masih tergolong sopan. Jadi, bagaimana Arshaka bisa menilai bahwa Andin adalah wanita gatal?
"Maaf apakah kau tidak salah bicara?”
"Lupakan!"
Arshaka meninggalkan Andin, jujur saja mood nya sudah menghilang berantakan. Andin tidak menyangka bahwa Arshaka akan mengatakan kalimat menyakitkan seperti itu, dia ingin menangis tetapi dia menahan diri. Dia ingin segera menyelesaikan pekerjaannya dan pergi dari sini dengan segera.
"Tuhan, kuatkan hatiku."
***
Arshaka kesal melihat keakraban Andin dengan Yanuar yang semakin dekat, jika begini bisakah dia bertahan? Menahan amarah untuk tidak berteriak saja sudah membuatnya sangat kesal. Arshaka tidak suka melihat Andin bersama lelaki lain.
"Kenapa hal ini terjadi lagi?"
Ada rasa ingin menyapa dengan baik, tetapi ketika dia mulai berbicara hanya kata-kata menyakitkan yang keluar dari mulutnya. Arshaka merasa menyesal sudah membuat wanita itu merasa sakit hati atas apa yang telah dia katakan.
Arshaka kembali menjauh dan melihat bagaimana wanita itu bekerja, Yanuar terlihat cekatan membantu tugas Andin. Dia merasa ada hal lain yang dimiliki oleh Yanuar hingga repot membantu tugas yang seharusnya tidak dia kerjakan.
"Yanuar, aku ingin mengundang semua yang ada di sini untuk makan malam. Aku merasa berterima kasih atas kerja keras mereka."
Arshaka mengatakan tujuannya pada Yanuar, lelaki itu menanggapinya dengan semangat. Dia mengatakan akan memberi tahu semua petugas yang bersiap untuk memperlancar acara pembukaan restaurant ini.
"Terima kasih."
Arshaka ingin melihat wanita itu lagi, wajahnya semakin terlihat cantik ketika dia sedang serius seperti sekarang ini. Entah kenapa dia menginginkan wanita itu kembali, tetapi dia tahu hal itu akan sulit dia lakukan mengingat segala rasa sakit yang sudah dia berikan pada Andin dulu.
"Apa yang harus aku lakukan?"
***
Andin membereskan perlengkapannya, pekerjaannya sudah selesai dan waktunya dia pulang. Andin menolak ajakan Yanuar untuk ikut makan malam, dia merasa tidak mood karena Arshaka yang mengatakan dia sebagai wanita gatal.
"Tidak, Mas, Aku harus pulang. Lagi pula aku belum mengedit foto ini sebelum aku kirimkan hasilnya padamu."
"Bos besar yang menginginkan kita semua ikut, Ndin. Apakah kamu benar-benar harus melewatkan hal ini? Aku pikir ini hal yang bagus untuk karirmu."
"Tapi, Mas—"
"Ayolah, Ndin, aku akan mengantarmu pulang. Aku tahu kakakmu sedang sibuk saat ini."
Andin menghela nafasnya, dia ingin menghindari Arshaka, tetapi melihat Yanuar yang sudah memaksanya membuat dia merasa tidak nyaman. Andin akhirnya mengikuti apa yang Yanuar katakan, menghadiri makan malam yang sudah disiapkan oleh Arshaka.
"Mas Abi memang sangat sibuk akhir-akhir ini," ujar Andin ketika mereka sedang perjalanan menuju tempat makan malam.
"Dia benar-benar passion dalam membuat bangunan, sangat berbeda denganku. Kuliah dan lulus di jurusan yang sama dengan Abimanyu, tetapi memilih bekerja sebagai event planner."
"Kita tidak tahu takdir dari Tuhan, Mas. Lagi pula ini kan usaha Mas sendiri jadinya Mas udah jadi bos."
"Kamu bisa saja, Ndin, Mas sudah lama tidak mampir ke rumah. Om Rusli sehat, kan?"
Andin mengangguk, ayahnya sangat sehat dia bahkan terus mengomel pada Andin agar lebih berhati-hati karena pekerjaan yang diambilnya semakin banyak akhir-akhir ini. Andin berniat untuk mengambil libur sejenak di bulan depan karena itulah dia mengambil semua pekerjaan di bulan ini tanpa ada yang terlewat sekalipun.
"Kenapa bulan depan kamu menolak semua job?"
"Andin pengen liburan, Mas. setahun ini kan Andin nggak pernah libur ambil job."
Andin memang sangat cantik, banyak yang selalu bertanya pada Yanuar tentang Andin. Wanita itu memang masih sendiri, banyak yang ingin menjadikannya istri, tetapi wanita itu terlalu tertutup dengan laki-laki lain. Andin tidak akan berhubungan dengan mereka selain masalah pekerjaan. Hanya Yanuar yang dekat dengan Andin karena lelaki itu merupakan sahabat Abimanyu ketika kuliah dulu, Yanuar sering bermain di rumah Andin hingga mereka menjadi akrab seperti saat ini.
"Mas, nggak diajak nih?"
Andin tersenyum manis, bagaimana dia harus mengajak Yanuar pergi jalan-jalan di saat pekerjaan Yanuar sangat banyak akhir-akhir ini. Banyak job pernikahan dan event-event kecil yang Yanuar tangani.
"Mas banyak job tau."
Andin tertawa begitu lepas, Yanuar merasa senang melihat Andin seperti ini. Yanuar bisa sedekat ini karena Andin percaya padanya. Abimanyu pernah bercerita jika Andin di selingkuhi oleh lelaki dan hal itu membuatnya menutup diri. Dia tidak tahu siapa lelaki yang tega membuat Andin kecewa, dia pasti akan menyesal meninggalkan wanita sebaik Andin.
"Mas, juga mau. Makanya, kalau liburan jangan diam-diam."
"Kalau nggak diam-diam nanti gagal terus."
Mereka akhirnya sampai di tempat makan malam, Andin tahu selera Arshaka memang sangat mewah. Lelaki itu memang memiliki selera yang bagus tentang makanan. Jadi, dia tidak terkejut jika lelaki itu pada akhirnya melebarkan sayap pada bisnis makanan.
"Harta berhargaku, apakah aman aku taruh sini?"
"Aman Ndin, kau tahu bukan? Ini hotel mewah dan penjagaan juga ketat. Tidak akan ada maling yang berani masuk."
Andin memang selalu mengatakan seperti itu, kamera yang dia gunakan sangat mahal. Dia bahkan sampai harus menabung untuk membelinya. bagi Andin segala hal yang bisa menambah hasil dari kualitas fotonya apapun pasti akan dia usahakan.
"Ayo."
***
"Ayah."
Arshaka lalu menengok ke arah Nelson yang sedang memanggilnya. Sudah dua hari anak itu tinggal bersamanya, untung saja Keisha tidak marah dan kembali berbuat onar karena masalah ini.
"Bagaimana Nelson? Ayah sedang bekerja."
"Tidak, ayah sedang makan malam. Ini bukan bekerja," ujar Nelson dengan pandai.
Arshaka mengusap kepala Nelson dengan lembut, semua hal yang dilakukan lelaki itu tidak luput dari perhatian Andin. Dia tidak menyangka mantan kekasihnya berhasil menjadi ayah yang baik untuk anaknya.
"Terima kasih atas kerja keras kalian, aku harap kalian juga akan menghadiri launching restoran milikku. Tanpa kalian, persiapan pembukaan tidak akan berjalan dengan lancar."
Semuanya bertepuk tangan, mereka merasa senang karena Arshaka menghargai kerja keras mereka.
"Aku menginginkan itu," ucap Andin berbisik pada Yanuar.
"Sup? Atau yang mana?"
"Sampingnya."
Yanuar mengangguk dan mengambilkan sedikit makanan itu untuk Andin. Wanita itu tertarik dengan warna makanan yang sangat menggoda seleranya, dia tidak menyangka di hotel ini makanannya sangat beragam.
"Tidak, kau tidak bisa memakannya!"
Semua yang ada di sana terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Arshaka, Yanuar bahkan tidak percaya Arshaka mengatakan hal itu pada Andin.
"Kenapa?" Yanuar bertanya pada Arshaka.
"Di makanan itu ada udangnya."
Andin teringat dan langsung menjauhkan makanan itu darinya. Untung saja dia tidak memakannya jika terjadi maka dia harus berurusan dengan alergi yang tak kunjung sembuh dan membuat kerjaannya semakin berantakan. Yanuar tidak tahu kenapa Arshaka mengetahui hal itu, padahal sebelumnya mereka tidak pernah mengenal satu sama lain.
"Kamu alergi udang?"
"Iya, Mas, badan Andin akan gatal-gatal dan bengkak."
"Mas, akan lebih berhati-hati. Terima kasih sudah mengingatkan ya, Ka."
Walaupun banyak pertanyaan yang ada di dalam dirinya, tetapi Yanuar memilih untuk menyimpan semua itu. Bisa saja semua itu hanya kebetulan, karena sebelumnya Andin pernah mencoba makanan di restoran Arshaka.
Arshaka selalu melihat interaksi di antara mereka berdua, terlalu intim untuk di bilang tidak ada hubungan. Arshaka kini menebak-nebak hubungan di antara keduanya, sialnya, dia merasa panas memikirkan Andin memiliki hubungan dengan Yanuar.
Makan malam berjalan dengan lancar. Para tamu undangan yang hadir pun sudah terlihat meninggalkan restoran. Namun, Arshaka semakin kesal melihat Andin tersenyum dan pulang bersama dengan Yanuar.
"Apa hubunganmu dengannya? Kenapa kalian sangat dekat?"
Arshaka mematung beberapa menit hingga Nelson memanggilnya, dia mulai tersadar dan segera masuk ke dalam mobil untuk mengantarkan Nelson pulang ke rumah Keisha.
"Nelson tidak ingin pulang."
"Tidak, Nelson, jika kamu tidak pulang maka Ibumu tidak akan mengijinkan kita bertemu lagi."
Nelson menangis mendengar apa yang Arshaka katakan. Dia senang bersama dengan ayahnya, hal itu sangat berbeda ketika dia bersama dengan ibunya.
"Bagaimanapun dia mamamu, Nak. Temani mama di sana, ya?" ujar Arshaka.
Nelson memalingkan wajahnya, dia tidak suka dengan kenyataan ini. Bagaimana bisa ayahnya selalu menolak ketika Nelson ingin bersama? Apakah ayahnya juga akan bertemu dengan kekasihnya jika tidak ada Nelson di sana? Nelson sangat sedih dengan perpisahan kedua orang tuanya itu.
"Apakah Ayah juga akan bertemu dengan wanita lain kalau tidak ada Nelson?"
"Apa yang kamu katakan, Nelson? Ini bukan suatu hal yang bisa kamu bahas. Kamu fokuslah sekolah, jangan jadi anak yang nakal."
"Ayah sama saja! Nggak ada yang ngerti keinginan Nelson."
Arshaka bingung, entah apa yang dia harus katakan untuk menenangkan anak itu. Dia tahu perpisahan ini sungguh membuatnya merasa sedih dan kecewa, tetapi Arshaka harus mengambil jalan itu untuk tetap membuatnya waras dalam menjalani hidup. Sudah cukup segala kebohongan yang Keisha lakukan, dia tidak akan lagi percaya. Perjodohan ini hanya membuat hidupnya sengsara dan kehilangan orang yang dicintainya.
"Masuklah!"
Nelson masuk ke dalam rumah ketika Keisha berbicara dengan Arshaka. Dia masuk ke dalam kamar ketika melihat ayah dan mamanya terus berdebat. Nelson tidak suka melihat kedua orang tuanya terus bertengkar seperti itu.
"Apakah kau tidak bisa mengurus anak dengan benar? Bagaimana bisa dia mengatakan bahwa kau sibuk dengan kekasihmu dan mengabaikannya?"
"Kau mempercayainya?" tanya Keisha pada mantan suaminya.
"Bagaimanapun aku lebih percaya pada Nelson.”
Keisha mendengus kesal, anak itu terus saja mengadu pada Arshaka. Seharusnya Nelson bisa menjaga rahasia, bukan malah membuat Keisha semakin buruk di mata Arshaka.
"Jika kau terus seperti ini, aku akan mengambil hak asuh Nelson."
"Kau tidak berhak mengambilnya!"
"Aku tidak peduli."
Keisha mengumpat setelah kepergian Arshaka, lelaki itu memang sialan. Dia menyesal pernah menerima perjodohan keluarga itu. Jika bukan karena hal lain, dia tidak akan pernah menerima lelaki kaku yang membuatnya kesal dan merasa tidak di hargai.
"Anak ini memang benar-benar tidak bisa menjaga rahasia."
***
Arshaka menghela nafasnya, dia merasa lelah menghadapi mantan istrinya yang tidak pernah berubah. Arshaka mengemudikan mobilnya menuju rumah untuk menenangkan diri, hanya rumah itu yang bisa membuatnya merasa nyaman.
"Kenapa sendiri terasa lebih menenangkan?"
Arshaka merawat rumah ini dengan baik, dia membersihkan semuanya sendiri tanpa ada pembantu. Arshaka tidak ingin hidupnya terganggu oleh orang lain, dia hanya ingin memiliki banyak waktu sendiri untuk memperbaiki hidupnya yang rusak karena keegoisan seseorang.
"Aku tetap menjaga diri, apakah kau juga melakukan hal yang sama?"
Memandang indahnya bulan dari atap kaca membuat ketenangan itu semakin terasa, rumah ini dibangun dari hasil kerja kerasnya sendiri tanpa ada campur tangan dari kedua orang tuanya.
"Apakah kamu tahu, Ndin? Aku tidak bisa melupakan semua hal tentangmu."
Arshaka hanya seorang anak yang tidak bisa membantah keinginan ibunya, dia hanya bisa diam ketika melihat kekasihnya terluka karena keputusan yang dia ambil secara sepihak. Setelah semua berlalu, Arshaka hanya ingin membahagiakan hatinya. Arshaka tidak akan lagi mengorbankan hidupnya untuk kesenangan orang lain, termasuk kedua orang tuanya. Arshaka menarik nafasnya dengan perlahan, lalu menghembuskannya dengan pelan. Arshaka berharap setelah semua kesakitan yang dia alami Tuhan akan berbaik hati memberikan kebahagiaan kepada dirinya.
"Tuhan, janganlah membuatku kecewa. Aku sudah melakukan tugasku, untuk menjadi anak yang tidak durhaka."
Arshaka memejamkan matanya, dia harap hari esok akan berjalan lebih baik dibandingkan hari ini. Dia ingin melihat wanita itu tanpa harus menahan kecemburuan di dalam hati.
"Aku masih mencintaimu."