Kecemburuan sang mantan

2392 Kata
Mereka sedang mengobrol di ruang keluarga, sekarang Andin akan mengutarakan apa yang ingin dia katakan pada orang tuanya. Andin ingin kembali ke rumahnya. "Ayah, Andin ingin kembali ke rumah." "Ada apa? Bukankah lebih baik di sini?" tanya Rusli. "Rumah Andin sudah dibiarkan kosong sebulan, Yah. Lagi pula Andin ingin mandiri." "Walaupun kosong, rumah itu tetap Ibu jaga dengan baik." Cahya tidak ingin anaknya pindah. Andin tidak ingin rumah hasil kerja kerasnya diabaikan begitu saja. Banyak hal yang Andin perjuangkan untuk membuat rumah itu, dia harus berani untuk pindah karena hidup mandiri adalah hal yang dia inginkan selama hidupnya. "Biarkanlah, Andin ingin hidup mandiri kenapa selalu kamu halangi?" Rusli mengatakan hal itu pada istrinya. "Lagi pula rumah Andin sangat dekat dari sini," ujar Abimanyu. Andin tersenyum, dua laki-laki di rumahnya memang sangat mendukung apa yang Andin inginkan. Mereka selalu mensupport segala hal yang mampu membuat Andin terus berkembang. Andin bukan tidak ingin terus berada di rumah ini tetapi dia hanya ingin sendiri untuk menahan segala hal yang tidak bisa dia ungkapkan, ada rasa kesedihan yang muncul secara tiba-tiba dan tidak bisa dibendung begitu saja. "Ya sudah, terserah saja gimana." Andin mengangguk, akhirnya dia akan pindah ke rumah miliknya sendiri. Andin tahu apa yang dia inginkan bukan pilihan yang mudah, tetapi dia tidak ingin terus berada di zona nyaman. Andin ingin melakukan banyak hal yang belum pernah dia lakukan. "Ibu dan ayah akan menemanimu, Mas Abi sepertinya lagi sibuk." Rusli mengatakan hal itu pada Andin. "Iya, Yah, lagi pula tidak banyak yang akan Andin bawa. Barang Andin juga masih banyak disana." Cahya akhirnya mengijinkan Andin kembali ke rumahnya, dia tidak bisa mengekang anaknya di saat suami dan anak sulungnya mengijinkan Andin untuk kembali ke rumah itu. Rumah itu dibangun sesuai dengan keinginan Andin, Abimanyu sendiri yang membuat designnya untuk mewujudkan keinginan adiknya. "Ya sudah, Andin mau berangkat kerja dulu." Andin mencium tangan orang tua dan kakaknya, dia lalu segera berangkat karena ingin segera menyelesaikan semua pekerjaannya. *** Arshaka menyiapkan sarapan pagi untuk Nelson, dia harus mengantarkan anaknya pergi ke sekolah terlebih dahulu sebelum pergi ke tempat kerja. Ada beberapa hal yang harus dia urus sebelum dia memutuskan untuk bertemu dengan kontraktor untuk membangun restaurant barunya. "Nelson, ingat apa yang ayah katakan. Jangan nakal di sekolah," ujar Arshaka. "Ayah, apakah Ayah bisa menyiapkan bekal untuk Nelson bawa?" "Tentu." Nelson bersorak kegirangan, dia merasa bahagia tiap kali menginap di rumah Arshaka. Ayahnya akan menyiapkan sarapan dan bekal untuk di bawa ke sekolah. Perlakuan Arshaka sangat berbeda dengan Keisha, Nelson sangat bahagia karena ayahnya selalu membuat nya bahagia. "Nelson benar-benar ingin bersama Ayah setiap hari." Nelson menatap mata Arshaka, dia sangat berharap bahwa dia bisa bersama dengan ayahnya. Tetapi dia tahu bahwa hal ini hanya akan menjadi angan-angan saja, Keisha tidak akan mengijinkan hal itu terjadi. "Nelson, kita sudah membicarakan hal ini sebelumya." Nelson lalu kembali diam dan menghabiskan makanannya, Arshaka senang jika Nelson bersama dengannya, tetapi Arshaka tidak mau memperpanjang masalah dengan Keisha perihal hak asuh anak. Sejak awal pengadilan sudah menetapkan Keisha yang mendapat hak asuh anak, maka dengan senang hati Arshaka menyetujuinya. Dia pikir anak akan lebih baik bersama dengan sang ibu, tetapi semakin kesini dia semakin paham jika Keisha belum siap menjadi ibu yang baik untuk anaknya. "Habiskan sarapannya, Ayah antar ke sekolah." Nelson mengusap ujung matanya yang berair, dia merasa sedih karena tidak bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. Selama ini Nelson tidak pernah meminta segala hal yang memberatkan kedua orang tuanya, dia hanya ingin meminta waktu mereka tapi rasanya mereka terlalu sibuk dengan urusan masing-masing dan mengabaikan Nelson yang masih membutuhkan kasih sayang dari mereka. "Tuhan, Berikan bahagia untuk Nelson." *** Andin bersiap, sekarang dia akan bekerja di sekolah TK. Memang kliennya beraneka ragam, Andin tidak pernah menolak jika harga yang dia tawarkan sesuai. "Mas Yanuar, selesai jam 10 acaranya kan? Aku ada acara jam 1 soalnya. Kalau bisa jangan terlalu telat ya," ucap Andin. "Jangan khawatir, semua persiapan sangat matang. Kamu foto anaknya dulu sana, mumpung masih sepi." Andin mengangguk, dia lalu melakukan tugasnya dengan baik. Dia sangat ramah dan anak kecil yang dia foto selalu bahagia dan menurut dengannya. Bagi Andin, bekerja dengan hati adalah kunci jika dia tidak nyaman maka hasil yang di dapatkan juga tidak akan maksimal. "Mas Yanuar, mana boneka adiknya?" Andin memanggil Yanuar, tetapi secara bersamaan dia melihat Yanuar yang sedang berbicara dengan lelaki itu. Andin berjalan mundur dan kembali ke kelas tapi belum genap dua langkah suara itu menghentikannya. "Tante cantik." Nelson memanggil Andin, dia bahkan berlari menghampiri Andin yang berada di dalam kelas. Andin tidak menyangka lagi-lagi bertemu dengan seseorang yang masih berkaitan dengan mantan kekasihnya. "Hai, Mika teman sekelas Nelson ternyata?" Nelson mengangguk dengan semangat, setelah bertemu di ulang tahun Nando kini mereka bertemu lagi ketika perayaan ulang tahun Mika. Astaga, dunia memang sangat sempit. Bagaimana bisa setelah sekian lama tidak pernah bertemu kini sekalinya bertemu setiap hari dengan tidak sengaja Tuhan kembali mempertemukan mereka. "Ada apa Andin?" "Boneka Mika mana, Mas? Anaknya mau foto sama bonekanya." "Bentar, Mas ambilkan. Masih di mobil soalnya." Arshaka diam memandangi Andin yang memalingkan wajah agar tidak melihat wajah masam Arshaka yang ada di depannya. "Kau masih sama seperti dulu." Andin melihat Arshaka yang kini berbicara dengannya. Dia hanya diam dan menunggu kelanjutan apa yang Arshaka katakan padanya. Mulut lelaki itu terlalu pedas dan semakin membuat Andin kecewa ketika mendengar nya. "Kau terlihat dekat dengan Yanuar, Apakah hubungan kalian sudah sejauh itu?" Andin memutar bola matanya dengan kesal, memangnya apa hubungannya dengan Arshaka? Mau mereka jadian atau tidak memang ada masalah baginya? "Itu bukan suatu hal yang bisa kau tanyakan." Arshaka tertawa, Andin memang tidak pernah berubah dari dulu hingga sekarang, dia selalu seperti ini ketika merasa kesal. Arshaka teringat masa lalu, tetapi dia sadar bahwa segala hal yang terjadi tidak bisa dia ulang kembali, Arshaka hanya bisa mengingat nya. "Kau semakin sombong," ujar Arshaka. "Itu hal yang pantas kau dapatkan." Arshaka tahu dia salah, tetapi sampai saat ini Andin tidak pernah tahu alasannya, dia selalu menolak tiap kali Arshaka bercerita dan pada akhirnya Andin kecewa ketika Arshaka menikah dengan wanita lain. "Aku tidak ingin berhubungan segala hal yang berkaitan denganmu." Andin mengatakan hal itu lalu masuk ke dalam kelas. Arshaka tersenyum simpul, dia juga tidak ingin membuat Andin semakin merana, karena itulah dia menjauh dari sini dan Tuhan kembali menemukan mereka di waktu yang tidak terduga. "Kau menolak tetapi semesta mendukungku." *** Andin merasa lega setelah Arshaka pergi, dia bisa bekerja dengan baik dan tidak lagi tertekan akan kehadiran manusia itu, Arshaka hanya ingin menang sendiri. "Tante senang memfoto?" Andin mengangguk, di sela-sela bekerja dia masih bisa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Nelson. Anak itu sangat aktif dan cerewet, sangat berbeda dari ayahnya yang pendiam dan menyebalkan. "Ayo, acaranya di mulai. Semua berkumpul di kursi yang sudah di sediakan." Semua orang yang terlibat dalam acara ulang tahun ini bekerja sesuai dengan job nya masing-masing, mereka bertugas untuk meramaikan acara dan membuatnya menjadi seru. Andin merasa jika Yanuar bekerja dari hati, apapun job nya selalu dia terima. Padahal usahanya sudah di kenal dan menangani project skala besar tapi dia masih mau mengurus project kecil yang terkadang tidak seberapa untungnya. Andin pernah bertanya pada Yanuar, apa alasannya menerima semua ini. Yanuar kala itu mengatakan hal yang tidak pernah Andin lupakan. "Jika kita menjalani semuanya dengan hati maka kita akan bahagia, job besar dan kecil bagiku sama saja. Asal membuat pemilik acara merasa puas dengan kinerja yang aku dan tim berikan." Yanuar benar-benar mendedikasikan dirinya untuk bekerja dalam dunia ini dengan sangat baik. Dia tidak pernah mengeluh dengan segala tantangan yang dia hadapi ketika mengatur acara yang terkadang ada saja masalah yang timbul. Andin menghabiskan segelas air sampai tandas tak tersisa, acaranya sangat seru dan dia lumayan lelah, tetapi dia puas karena acaranya menyenangkan dan berjalan dengan lancar. Bermain bersama anak-anak membuat Andin merasa memiliki kebahagiaan tersendiri. "Setelah acara mereka kembali pelajaran kah Mas?" "Iya, katanya cuma menggambar saja setelah istirahat. Ada apa?" "Aku hanya bertanya Mas, lagi pula aku harus segera pulang karena hari ini aku pindah ke rumah lagi setelah sekian lama." "Apakah ada yang bisa Mas bantu?" "Nanti ada Ayah dan Ibu yang bantu kok, Mas." "Abimanyu pasti sibuk ya?" Andin mengangguk, Yanuar tahu kalau Abimanyu sangat sibuk. Lelaki itu selalu menolak ketika di ajak nongkrong, dengan alasan yang masih sama. "Abi memang terlalu sibuk." "Biarin Mas, lagi pula pekerjaan Mas Abi memang banyak. Tidak bisa di tinggal," ujar Andin. "Setelah pekerjaan Mas selesai nanti akan ke rumah kamu, Mas bantu. Lagi pula pasti merepotkan jika hanya Om dan Tante yang membantu pindah." "Makasih ya Mas," ucap Andin. Yanuar tersenyum manis, dia tahu Andin adalah wanita mandiri. Dia tidak ingin merepotkan keluarganya tetapi mereka tidak ingin Andin tinggal jauh dari mereka. Andin lalu pamit kepada Yanuar dan sang pemilik acara. Dia harus segera menyelesaikan pekerjaan karena sore nanti akan pindah ke rumahnya. "Semangat semangat, sebelum ambil cuti aku harus menyelesaikan semuanya." *** Andin menghela nafasnya lelah, dia baru saja menyelesaikan pekerjaan pukul empat sore. Dia segera memasukkan barang-barangnya ke dalam mobil sebelum pulang. "Aku akan ke rumah pukul lima. Kamu belum berangkat kan?" Yanuar mengirimkan pesan pada Andin, lelaki itu sama sibuknya dengan Abimanyu tetapi dia selalu menyempatkan diri untuk membantunya jika di butuhkan. "Andin baru saja selesai kerja Mas, ini baru mau pulang. Mas Yanuar tidak usah buru-buru, selesaikan pekerjaan Mas aja dulu." Andin membalas pesan Yanuar dan langsung mengemudikan mobilnya menuju rumah orang tuanya.Ada perasaan lega karena pekerjaan sudah selesai tapi ada hal yang mengganjal di hatinya. Semua karena masalah Arshaka yang tiba-tiba muncul dan membuat hatinya kembali berantakan. Hatinya yang sudah dia susun sedemikian rupa tetap bisa luluh lantak setelah perpisahan lima tahun lalu. Arshaka masih mendominasi hatinya, dari dulu sampai sekarang tidak ada yang berubah. "Ya Tuhan, bagaimana bisa kau memberiku cobaan seperti ini lagi? Aku lelah menahan diri." Andin hanya ingin hidup normal dan memulai hubungan baru dengan orang lain, tetapi apa? dia selalu gagal mencoba membangun hubungan dan selalu merasa takut untuk memulai hubungan baru. Andin takut jika hubungannya akan kembali gagal seperti sebelumnya, dia sangat kecewa dan tidak ingin membuka hatinya untuk siapapun. "Jangan pertemukan aku dengannya Tuhan, aku sudah bertekad untuk melupakannya. Jangan buat luka hati ini kembali menganga setelah lima tahun berlalu." *** Nelson diantar pulang oleh Arshaka ke rumah Keisha, hari ini anak itu harus pulang sesuai dengan keinginan Keisha. Walaupun di sepanjang perjalanan selalu murung, tetapi Arshaka mengabaikannya, dia tidak ingin Keisha semakin marah dan membatasi pertemuan mereka. "Sudahlah, jika kamu terus merajuk kita akan semakin sulit bertemu." "Kenapa sih, Sudahlah ayah tidak akan mengerti perasaan Nelson." Nelson akhirnya diam, Arshaka kini mulai memikirkan apa yang ada di dalam otak kecil anaknya. Anak ini terlalu pintar dan dewasa hingga dia sikapnya melebihi umurnya saat ini. Ketika mereka sampai di rumah Keisha, Arshaka turun dan menyempatkan untuk mengobrol. Dia ingin lihat bagaimana Nelson tinggal dan di urus oleh Keisha. "Apakah kau selalu sibuk seperti ini?" "Ya, lagi pula apa peduli mu?" tanya Keisha. Mantan istrinya memang benar-benar tidak memiliki sopan santun, Arshaka bahkan memberikan uang bulanan pada anaknya tetapi bertanya seperti itu saja sudah membuat Keisha marah. "Sudahlah, aku selalu emosi jika bicara dengan mu." Arshaka lalu keluar dari rumah ini, dia ingin segera pulang dan beristirahat. Berbicara dengan Keisha tidak akan memberikan solusi karena yang ada hanya emosi yang terus menerus menumpuk dan membuatnya hilang kendali. Jam lima sore memang jam-jam macet, dia bahkan baru bisa sampai rumah sekitar pukul enam. Seharusnya dia bisa pulang lebih awal, tetapi karena harus mengantar Nelson ke rumah mantan istri dia harus ke arah berlawanan karena itulah saat ini dia masih berada di jalanan dan macet yang semakin membuatnya kesal. "Lama-lama aku tidak sabar!" Arshaka kesal, entah kenapa setelah bercerai dia kembali merasa kesal menghadapi Keisha yang seperti ini padanya. Bukankah seharusnya dia berterima kasih karena Arshaka tidak pernah lupa kewajiban memberi nafkah Nelson? Keisha bahkan lebih bebas bertemu dengan lelaki manapun yang dia sukai. "Jika sampai aku mendengar lagi Nelson terjadi sesuatu maka aku akan merebut hak asuh anak itu." *** Semua barang sudah di masukkan ke dalam mobil, Andin memakai mobilnya sendiri kedua orang tuanya dan Yanuar juga melakukan hal yang sama. Awalnya Andin meminta ayahnya untuk ikut serta dalam mobilnya lalu dia akan mengantar pulang, tetapi ayahnya menolak dan mengatakan akan merepotkan Andin jika bolak balik. sebentar lagi mereka akan sampai di rumah Andin yang pasti sudah di bersihkan sebelumnya. Mereka hanya tinggal menata beberapa barang yang di bawa oleh Andin dari rumah. "Mas Yanuar pasti lelah, sudah membantu Andin pindahan." Cahya mengatakan hal itu pada Yanuar. "Tidak lelah Tan, lagi pula aku yang ingin membantu." Yanuar tersenyum hingga terlihat lesung pipinya, kedua orang tua Andin sangat setuju jika Andin bersama dengan Yanuar. Lelaki ini orang baik dan sangat bertanggung jawab, Rusli sangat percaya ketika Andin bekerja bersama dengan Yanuar dalam satu acara. "Makan malam di sini dulu ya, Tadi Ibu di bawa banyak makanan untuk di makan disini." "Iya." pukul setengah delapan mereka akhirnya selesai makan malam. Terasa sangat kenyang dan entah kenapa Andin bahagia saat ini. Ada kebanggan tersendiri ketika dia tinggal di rumah hasil kerja kerasnya. "Ayah dan Ibu pulang dulu ya, kalau ada apa-apa kabari. Jangan diam-diam saja," ucap Rusli. "Iya, Ayah jangan lupa kasih kabar kalau sudah sampai rumah." Andin mengantarkan orang tuanya ke depan, dia baru masuk ke dalam rumah ketika mobil ayahnya sudah tidak terlihat lagi. Andin segera masuk dan berniat untuk mencuci piring. "Mas, biar aku saja." "Tak apa, ini ungkapan terima kasih karena sudah bisa makan malam di sini." "Ih, lagi pula Mas Yanuar yang bantuan aku pindah. Kalau begitu kita selesaikan berdua saja," ucap Andin. "Kamu belum mengisi kulkas? hanya ada air di sana." "Em, iya ya. Besok aja tidak apa Mas," ujar Andin. "Ayo, Mas antar saja. Kamu pasti susah bawa kalau sendiri," ucap Yanuar. Andin mengangguk, dia memang kesusahan membawa barang jika sendiri, mumpung ada yang menemani dia senang hati untuk pergi. Lagi pula besok dia sangat sibuk bekerja. Pukul delapan mereka sudah berada di supermarket, Yanuar mendorong troli dan diikuti oleh Andin yang mengambil bahan-bahan masakan dan makanan yang dia butuhkan. Dia tidak banyak membeli daging karena dia tahu tidak memiliki banyak waktu di rumah nantinya. "Mau ayam fillet ga?" tanya Yanuar. "Boleh, seperempat aja Mas." Dibalik kesibukan mereka memilih bahan makanan kini ada seseorang yang kesal melihat mereka. Laki-laki itu wajahnya masam dan akhirnya memilih pergi. "Ternyata hubungan mereka sudah serius."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN