Mika perlahan menurunkan tangan yang semula memegangi dadanya. Oke, jantungnya masih aman. Cuma deg-degan brutal saja. “Makan.” Perlahan pandangan Mika naik ke wajah Marco, tapi hanya sedetik karena Mika tidak kuat mengatasi kebrutalan jantungnya. Takut-takut copot ke dengkul. Akhirnya Mika hanya mengaduk-aduk isi rice bowl-nya tanpa minat sedikit pun untuk memakannya. Mika berharap orang-orang di sekitar mereka tak cepat-cepat beranjak agar Mika bisa mendapat alasan untuk lebih lama mengunci mulutnya, sebab ia butuh waktu untuk memikirkan sikap apa yang akan ia tunjukkan setelah ajakan pacaran Marco. Kebisuan ini membawa ingatan Mika terbang ke kejadian tempo hari lalu, jadi saat Marco mengakui dia menyukai Mika saat Mika bertanya, itu jawaban jujur dari hatinya? Ah, apa-apaan ini? M