44 | Keluarga dan Ayang

1914 Kata

Marco memegangi pipinya yang masih meninggalkan jejak kecupan Mika, lalu kepalanya geleng-geleng kecil lantaran tak habis pikir dengan setiap tingkah ajaib cewek itu. Tidak ada gengsi atau sok jual mahal sama sekali seperti kebanyakan cewek. Mika begitu jujur dan apa adanya. Senyum Marco memudar begitu ia menyadari satu hal, yakni ‘jujur’. Baru beberapa saat lalu Marco menegur Mika karena ketahuan berbohong dan meminta untuk tidak bohong, apapun alasannya, sekecil apapun masalahnya. Bagaimanapun, kebohongan tetaplah kebohongan. Semestinya tidak ada alasan yang bisa mentolerir itu. Namun, lihat Marco. Cowok itu tak ubahnya seorang munafik. Ia menuntut Mika selalu jujur di saat dirinya sendiri tengah menyimpan rahasia besar. “Kalau mau rusak, jangan ajak anak orang.” Marco agak berj

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN