Marco membiarkan layar ponselnya menyala-nyala dalam mode senyap, menampilkan telepon dan pesan berulang lagi. Tapi Marco sama sekali tak peduli dan sibuk dengan segala pikirannya sendiri. Marco sungguh tidak percaya dengan apa yang Rizman Akbar tunjukkan padanya. Pasti akan lebih jika menganggap bukti-bukti ini hasil rekayasa, alih-alih fakta yang selama ini konon sengaja Rizman tutupi demi kebaikan Marco. Apa ini masuk akal? Bagaimana bisa sosok yang selama ini Marco kira sebagai korban yang terdzalimi, ternyata adalah penyebab dari segala masalah terjadi? Bagaimana mungkin sosok yang selama ini Marco kira sebagai penjahat, sebetulnya adalah malaikat? Marco merasa begitu bingung dan sulit percaya. Tapi di sisi lain penjelasan papanya terdengar masuk akal. “Kamu mungkin masih ingat, d