Mungkin karena pengalaman menghadapi serta mengenal beragam tipe perempuan, Anung bisa menghadapi Ajeng, tipe perempuan yang tidak bisa didesak. Saat sudah berada di dalam mobil, Anung tidak dulu mengajak gadis itu bicara, dia diamkan beberapa menit dengan sesekali melirik Ajeng yang duduk dengan tatapan kosong lurus ke depan. Anung yakin Ajeng pasti sedang bimbang, memikirkan tentang apa yang sudah mereka bahas sebelumnya di restoran. “Suka sama makanan dan minuman tadi, Jeng?” Anung dengan cepat mengalihkan pikiran Ajeng, dan berhasil membuat Ajeng sedikit tersentak dari lamunan. “Iya, Mas. Enak.” “Nanti kalo Mas ajak lagi, mau?” Ajeng menggigit bibir bawahnya sebentar, lalu menjawab dengan penuh keraguan, “I … ya. Tapi liat keadaan kalo aku ada waktu.” Anung tertawa dalam hati, dia