Alvaro memainkan-mainkan bibirnya sembari menyenderkan bahunya pada kursi. Pemuda itu menatap nanar ruang tunggu yang sudah di padati beberapa penumpang yang sedang berpamitan pada keluarga masing-masing. Cowok itu meringis kecil dengan merunduk memandangi kakinya yang terbungkus sepatu hitamnya. "Gak usah sedih. Mungkin Azura masih belum bisa terima keputusan kamu, apalagi ini terlalu mendadak untuknya," kata papanya dengan menyempatkan memukul pelan bahu Alvaro. Alvaro terdiam. Sama sekali tidak bersemangat untuk menggubris omongan sang papa yang sedari tadi menemani kesendiriannya di bandara. "Jadi beneran Azura gak mau kesini buat antar kamu?" Tanya Dimas lagi menatap iba kearah putranya yang hanya merunduk sendu. Dimas menghela nafas panjang sembari mengusap lembut kepala Alvaro,