Hampir lima belas menit Freya menghabiskan waktu untuk mandi, bersiap untuk keluar kamar menggunakan bathrobe dan handuk kecil di kepalanya yang basah. Sebelumnya Freya nyaris keluar menggunakan handuk biasa yang hanya menutupi d**a sampai setengah pahanya saja, tapi karena khawatir Zyan masih berada di dalam kamarnya, Freya langsung menggantinya dengan jubah handuk tersebut.
Feeling Freya benar, ternyata sang suami masih berada di dalam kamarnya. Dan yang lebih mengejutkan ia berdiri di depan pintu kamar mandi, membuat kepala Freya menabrak d**a kekar itu tanpa sengaja saat keluar dari dalamnya.
"Astaga," ucapnya terkejut sambil mundur beberapa langkah.
Zyan menatap Freya dengan seksama, mata elangnya membuat Freya bergedik ngeri. "Apa lihat lihat?" tanyanya sambil bergerak ke samping untuk menghindar dari Zyan.
"Pulang sekarang!" Nada suaranya terdengar seperti ancaman untuk Freya. Tapi perempuan itu masih melenggang dengan santai ke walk in closet miliknya.
Merasa di abaikan begitu saja, Zyan membuntuti istrinya dengan wajah yang memerah padam. Ia bersiap untuk kembali mengancam sang istri, tapi entah kenapa dirinya yang justru merasa terancam saat melihat punggung mulus Freya yang setengah terbuka dari belakang. "Ka-"
"Eh, kenapa ikuti aku? Kamu mau ngintip aku ganti pakaian ya?" Freya langsung menaikkan kembali bathrobe yang nyaris terlepas dari tubuhnya dan langsung mengikat erat talinya dengan wajah terkejut bercampur panik.
Zyan tampak gugup, ia segera berbalik badan dan keluar dari tempat sialan itu.
'Ah, s**t! Hampir saja aku ... Argh...' Mengacak acak rambutnya setelah berhasil keluar dari walk in closet itu.
Aneh bin lucu. Padahal mereka suami istri yang sah. Wajar dan pantas saja jika keduanya melihat bagian tubuh masing masing yang jarang terekspos itu. Tentu saja untuk pasangan normal lainnya itu bukan rahasia lagi, tapi untuk keduanya itu sangatlah privasi dan aset berharga yang tidak boleh terlihat sama sekali, apa lagi tersentuh. Mengingat hubungan keduanya yang terikat dengan perjanjian sialan itu.
Sudah satu menit ini Zyan berjalan bolak balik menunggu Freya keluar. Entah kenapa jantungnya menjadi tak karuan setelah melihat punggung putih mulus itu. Bahkan Zyan sempat berpikir jika dirinya memiliki hak pada tubuh Freya, meski pun dirinya hanya suami kontrak.
'Jangan mulai liar otakmu, Zyan! Ingat, kalian hanya pasangan kontrak. Kau harus menjaga mata dan nafsu! Argh... Sialan!' batinnya mengutuk dirinya sendiri.
Setelah lima menit menunggu, akhirnya Freya keluar dengan dress lurus selutut tangan panjang yang menampilkan leher jenjang dan bahu mulusnya dengan wajah yang masih natural dan handuk yang masih melilit di rambutnya yang basah.
"Loh, masih di sini?" tanya Freya berjala mendekati meja rias lalu melepaskan handuk dari kepalanya dan membiarkan rambutnya tergerai asal. Hal itu sukses membuat Zyan menelan ludah dengan susah payah.
'Ya Tuhan. Aku baru sadar kalau dia ternyata can-' Zyan tak menyelesaikan pengakuannya yang di ucapkannya dalam hati karena suara Freya lagi lagi memotongnya.
"Aku mau siap siap mas. Kamu keluar dulu sana," pintanya dengan nada yang sopan. Bagaimana pun juga Zyan tetaplah suaminya. Freya tak ingin semakin lancang. Karena setelah tubuhnya di guyur air dingin, emosinya lebih membaik dari sebelumnya.
Freya menghidupkan hair dryer untuk mengeringkan rambutnya, sambilan memoles make up tipis di wajahnya. Ajaib kan? Dengan dua tangan menyelesaikan dua pekerjaan sekaligus? Ya, begitu lah Freya yang sangat lihai tanpa ingin menyusahkan siapa pun.
Tanpa Freya sadari, ada sepasang mata yang tengah mengamati pergerakannya dengan dahi yang berkerut dan ekspresi yang berubah ubah. Antara takjub dan heran.
"Sini sini... Biar aku." Dari arah samping, Zyan langsung mengambil alih hair dryer yang hendak di ambil Freya.
Freya terkejut, bahkan membuatnya terlonjak dari duduknya. "Mas... Kamu ngapain?" Menatap Zyan dengan dahi berkerut. "Ini yang kedua kalinya kamu ngagetin aku." Mengelus dadanya.
"Duduk." Mengarahkan hair dryer yang menyala pada kursi khusus untuk Freya merias dirinya.
"Ta-"
"Duduk, cepat!" Memegang bahu Freya dan mengarahkannya untuk duduk kembali.
Zyan mulai menggerakkan tangannya, sebelah tangannya mengacak acak asal rambut Freya yang belum kering itu. Meski pun tidak terlalu mengerti, tapi Zyan tetap melakukannya. Sementara Freya menatap bengong dari dalam pantulan kaca, tak percaya dengan apa yang di lakukan suaminya itu. 'Salah minum obat deh kayaknya,' batinnya.
"Aku tahu aku tampan," ucap Zyan percaya diri. "Pakai make up kamu," titahnya kemudian.
Freya tersadar dari lamunannya, dan langsung menjalankan perintah sang suami. Tak butuh waktu lama bagi Freya untuk merias wajahnya menjadi cantik seperti saat ini. Hanya dengan polesan bedak tipis, alis seadanya, sentuhan blush on serta lipstik mate berwarna peach yang memberi kesan natural dan tetap fresh. Untuk bagian matanya, Freya tidak menggunakan apa pun, hanya maskara yang semakin membuat bulu mata lentik alaminya hidup.
"Oke, siap." Meletakkan kuas blush on pada tempatnya kembali. "Sini mas, biar aku saja." Mengambil sisir bulat yang akan membantunya memudahkan menata rambut.
Mata Zyan tak sengaja menatap Freya dari dalam pantulan kaca besar di hadapan mereka saat ini. Lagi lagi Zyan terpesona dengan kecantikan Freya yang tidak berlebihan dalam memoles wajah. Luar biasa, pikirnya.
"Lah, malah bengong lagi." Menarik paksa hair dryer dari tangan Zyan.
'Gila! Benar benar gila kalau aku lama lama di dalam kamar ini. Aku harus pergi,' batin Zyan semakin tak karuan. Ia pun segera berbalik badan untuk keluar dari kamar. Zyan tidak tahan melihat kecantikan Freya, meski pun tak ada perasaan cinta di hatinya, tapi sebagai laki laki dewasa yang normal, iman Zyan langsung goyah begitu saja.
"Mas," panggil Freya saat menyadari langkah Zyan yang menjauh.
Laki laki itu berhenti sejenak, mengontrol napasnya yang tak teratur, sebelum akhirnya menoleh dan berdehem.
"Makasih ya," ucap Freya sambil menggerakkan hair dryer di tangannya, lalu menggigit bibir bawahnya karena gugup.
'Oh tidak! Hentikan itu, Freya! Argh... Otak liarku semakin bekerja dengan cepat,' Zyan kembali membatin.
Tanpa menjawab, Zyan langsung pergi dengan cepat dan membanting kasar pintu kamar Freya.
"Astaga." Freya kembali terlonjak karena terkejut. "Dasar tiang listrik bertegangan tinggi. Enggak bisa santai apa? Dari tadi ngagetin terus," gerutu Freya yang mulai kesal karena beberapa kali terkejut dengan sikap suami kontraknya itu.
***
"Kamu berantem lagi sama dia?" tanya Gista. Kini keduanya tengah berjalan memasuki lokasi syuting yang berada di area taman bermain. Freya juga tidak tahu sebelumnya jika kali ini dirinya akan melakukan adegan menaiki wahana ekstrem di sana. Membuatnya sedikit panik.
"Ya gitu deh," sahutnya asal sambil memperhatikan ke sekeliling.
"Kamu pulang deh ntar malam, kasian juga lihatnya, lagian kan salah Bisma bukan suami kamu." Gista tidak tahu masalah apa yang sebenarnya sedang di alami sahabat sekaligus artisnya tersebut. Karena memang Freya tidak memberitahu tentang pernikahan kontrak itu.
Freya menggedikkan kedua bahu dan alisnya bersamaan. Lalu mengalihkan pembicaraan. "Beneran nih syutingnya harus naik itu?" Menunjuk wahana histeria.
"Masih takut?" tanya Gista, ia tahu betul jika sahabatnya itu sangat takut dengan wahana itu sejak dulu.
Freya hanya menghela napas lesu. Belum apa apa tubuhnya rasa tak bertulang.
"Oh... Ternyata kamu takut?" suara seseorang dari arah belakang membuat kedua perempuan itu memutar tubuh untuk mencari tahu siapa pemilik suara tersebut.