Greylock 6

1552 Kata
Aradia Dalam dunia sihir, klan ini adalah dewi dari dunia sihir. Mereka terkenal akan kecantikannya, dan juga memiliki keistimewaan. Mereka tidak memerlukan lelaki agar bisa hamil, itu karena mereka memiliki sebuah pohon yang berbuah ajaib. Jika memakannya dan mengatakan jenis kelamin janin yang ingin di kandungnya maka keesokan harinya klan ini akan mengandung. Kepala keluarga klan ini bernama Chalissa Aradia. Ia memiliki adik bernama Selena Aradia. Merekalah yang meneruskan klan Aradia. Karena selain mereka kebanyakan klan murni sudah berpindah ke dunia manusia. Selena memiliki anak perempuan yang ia dapatkan dari buah ajaib di wilayah Aradia. Namanya Zaphire Aradia, perempuan cantik namun sangat dingin dan menakutkan. Meski cantik, Zaphire sangat sulit untuk di dekati, ia lebih memilih sendiri dari pada berteman. Namun saat masuk asrama, Zaphire menjadi dekat dengan Fadiana. Itu karena mereka berada di asrama yang sama. Asrama Kyteler, dimana ia hanya memiliki kekuatan yang terbatas dan sulit untuk di kembangkan seperti lainnya. Klan ini juga tidak suka berbaur dengan klan lainnya, meski mereka sering bertemu terkadang klan Aradia lebih memilih untuk menghindari klan lainnya. Klan ini sudah menyebar di seluruh dunia, hanya saja mereka memang memutuskan untuk tidak terikat dengan anggota inti. Seperti yang dilakukan Tasha Panthea, ia menikahi seorang lelaki dari dunia manusia dan memiliki anak darinya. *** Zaphire sedang berada di ruang latihan, ia bahkan tak kelelahan sedikitpun meski tubuhnya sudah penuh luka. Zaphire sedang marah, ia tidak menerima tentang perjodohnnya yang di batalkan. Ia tahu bahwa Hara hanya mencintai Rosa, bahkan keempat lelaki lainnya juga. "Kenapa semua lelaki memilih wanita itu? " gumam Zaphire yang kini menebas sandsak di depannya. "Za, udah dong!! Liat badanmu yang penuh luka itu!" Fadiana yang menemaninya sejak tadi mulai khawatir "Kenapa Fa!!?? Kenapa semua milih klan Ravenwolf itu?!!" Lagi-lagi Zaphire menyesalkan pilihan Hara "Za... Udah dong.. Kita ga bisa maksain keinginan orang.. Kamu pasti bisa dapet yang lebih baik dari mereka, Za!" "Aku juga cantik! Aku juga pintar, aku hanya tidak memiliki kekuatan seperti Rosa!!" Zaphire memuji dirinya sendiri "Za.. Jangan mulai deh! Kalo kamu ga bisa nahan diri, aku juga ga bakal bisa terus disini! Aku takut kamu tebas kayak sandsak itu!!" ujar Fadiana jujur Mata hitam Zaphire berubah menjadi putih, menandakan ia sedang marah kali ini. Fadiana melangkah mundur agar tak terkena dampaknya. Begitupun dengan yang lain, beberapa yang berada di ruangan itu mulai keluar. Fadiana bersembunyi di balik pohon tepat di depan ruang latihan. Ia melihat Zaphire keluar dari ruang latihan menuju asrama. SRING... SRING.. Suara gesekan katana milik Zaphire " Dava.. Dav.. Kamu bisa denger aku ga?" "Ada apa Fa?" "Zaphire sedang marah.. Sekarang lagi jalan ke asrama Le Fay.. Cepat kasih tau kakakmu Rosa untuk menghindari Zaphire!" "Oke... Biarin aja Fa.. Gapapa.. Zaphire ga ada apa-apanya sama Rosa!" "Kamu gila ya! Zaphire bawa senjata andalannya! Dia bawa katana, Dav!" "Iya iya.." Zaphire berjalan menuju asrama Le Fay, ia mencari keberadaan Rosa yang kini tengah berada di ruang belajar bersama empat lelaki. "Dasar w************n!!" teriak Zaphire didepan asrama Rosa merasakan aura ingin membunuh dari tubuh Zaphire. Ia berdiri dan justru menghampiri Zaphire. Awalnya Yuwen dan Hara sudah mencegah Rosa, namun mereka gagal karena Rosa akan menjentikkan jarinya dan membuatnya kini berada dihadapan Zaphire. "Za.. Ada apa ini?" tanya Rosa dengan polosnya SRING.... CTAK... Rosa melompat mundur, kini di hadapan Rosa tengah berdiri empat lelaki yang melindunginya. "Kalian!" Rosa terkejut melihat keempatnya berada di depannya "Ros.. Kau tak apa?" tanya Yuwen "Sayang, mundur..." ujar Hara "Kau hanya w************n yang berlindung di belakang prajuritmu ternyata! Hah!!" Zaphire mulai lebih serius menyerang "Deja de atacar!!" ujar Rosa Seketika mereka berhenti saling serang. Zaphire nampak kesal dengan kelebihan yang dimiliki Rosa. "Za, bisa kita bicara baik-baik?" tawar Rosa "Tidak! Aku tak sudi berbicara padamu!" "Kau tau jika melawanku.. Hasilnya akan sama saja seperti sebelumnya!" "Aku tak peduli" "Akan ku ijinkan kau menyerangku, jika kau berhasil melukaiku dan membuatku tak sadarkan diri, aku akan melepaskan Hara untukmu!" "Sayang!!" teriak Hara terkejut "Diam kamu!!" "Kalian mundur!" lanjut Rosa Rosa mengeluarkan senjatanya, jika Zaphire memiliki katana. Rosa mengeluarkan nunchaku miliknya. "Sombong sekali kau! Mau melawan katanaku dengan mainan itu?!" "Majulah, Za" SRING SRING CTAK CTAK BUUK.... "Akh..." Zaphire sedikit mundur terkena serangan Rosa SRING.. SRING... "Akh.." kini lengan Rosa tergores katana milik Zaphire "Rosa!!" teriak keempat lelaki yang melihatnya Mereka hanya bisa menonton apa yang terjadi. Bukan karena tak ingin membantu, mereka tau bahwa Rosa bisa dengan mudah mengalahkan Zaphire. Rosa pasti hanya sedikit mengalah, agar Zaphire lengah. Benar saja belum ada setengah jam, Zaphire terkena pukulan keras di bagian tengkuknya dan tersungkur. "CUKUP!!!"Teriakan Birdella membuat semua yang melihat tertunduk "Aunty..." sapa Rosa dengan wajah menyesal dan menunduk "Rosa, ikut keruanganku.. Tolong bawa Zaphire bersamamu" "Baik aunty" CTIK Tubuh Zaphire melayang mengikuti langkah Rosa dan Birdella. Sedangkan keempat lelaki yang sejak tadi diam, kini juga mengikuti Rosa menuju kantor Birdella. Ceklek Brak "Baringkan Zaphire disana" Birdella menujuk ke arah sofa panjang di ruangan itu "Aunty.. Maaf.. Aku.. Lepas kontrol" ujar Rosa menyesal setelah melihat kondisi Zaphire yang tak sadarkan diri "Sudahlah.. Zaphire salah sudah menyerangmu.. Kau tak apa?" "Tidak, aunty.. Aku baik-baik saja.." "Kau bohong.. Katana milik Zaphire berhasil melukai tubuhmu.." "Akh.. Aunty.. Kau sangat mengenalku.. Maaf sudah berbohong" "Lukanya cukup dalam, Ros. Kau yakin tak apa?" "Tidak... Au..." BRUUKK... Ceklek "Hara, bawa Rosa ke ruang kesehatan.. Yuwen, bawa Zaphire juga" "Aunty.. Rosa kenapa?" tanya Hara "Kau hanya melihat tapi tak mengetahui apa yang terjadi!"celetuk Yuwen "Sebaiknya cepat bawa Rosa, atau ia akan kehilangan banyak darah!" ujar Revian Hara menggendong Rosa dan menuju ruang kesehatan bersama yang lainnya. "Selena.. Anakmu berbuat ulah! Bisakah kau kemari!" Birdella menghubungi Selena, ibu dari Zaphire "Baiklah" Tak lama kemudian, Selena datang. Birdella memberitahukan tentang kejadian hari ini di asramanya. Ia sangat kecewa dengan sikap Zaphire, untuk hukumannya. Zaphire tidak diijinkan berada di asrama selama seminggu. Ia harus berangkat dari mansion Aradia menuju Greylock School. "Anak itu memang tidak bisa menahan amarahnya" gumam Selena "Seperti dirimu.. Hahahaha" sahut Birdella "Ya.. Maaf atas sikapnya.." "Setelah sadar, aku ingin dia meminta maaf pada Rosa! Rosa terluka cukup serius, ia harus dirawat setidaknya dua minggu, karena luka yang ia dapat dari katana milik Zaphire" jelas Birdella "Ros.. Apa dia menglah?" Selena nmpak terkejut mendengar Rosa terluka "Ya, ia hanya ingin Zaphire mereda.. Namun apa yang ia rencanakan tak sesuai dengan kenyataannya" "Akan ku hukum Zaphire! Hah.. Maaf Dell" Selena mendengus kesal "Cukup hukuman dariku, Sel.. Jangan terlalu keras padanya" "Aku tahu itu, Dell" Perbincangan itu berlanjut hingga Zaphire sadar dan kini ia sudah bergabung bersama ibunya diruangan Birdella. "Mama.." "Za.. Sini!" "Aunty.. Maaf"ujar Zaphire menyesal "Hukumanmu berlaku mulai besok, hari ini kau bisa pulang bersama ibumu" "Ma..." "Kamu salah.. Belajar menerimanya itu lebih baik sayang!" "Baik ma.." Selena memeluk anaknya itu, ia tau bahwa Zaphire sangat mencintai Hara. Hanya saja Hara lebih memilih Rosa. "Dell, aku pamit dulu.. Aku bawa Zaphire bersamaku.." "Iya.. Ingat! Jangan terlalu keras padanya.. Zaphire anak yang manis.." Zaphire tersipu mendengar perkataan dari Birdella. Mereka keluar dari ruangan itu dan pergi menuju mansion Aradia. *** Mansion Aradia Chalissa sedang mencoba beberapa resep untuk ia masak di dapurnya. Ia sudah mengetahui bahwa keponakan tersayangnya akan pulang di hari itu. Chalissa atau Lissa, ia sangat menyayangi Zaphire melebihi Selena. Lissa selalu memenuhi setiap permintaan Zaphire tanpa perlu berkata dua kali. Ceklek "Mami Lissa...." Panggilan Zaphire untuk Lissa "Sayang, udah dateng aja nih.. Sini sama mami.. Mami lagi masak buat kamu" "Yeay..." "Zaphire, ingat hukumanmu!" ujar Selena tegas "Iya iya ma.. Maaf.." "Minta maaf sama Rosa!!" "Ga mau!!" "ZAPHIRE!!!" teriakan Selena menggema di mansion membuat Zaphire tak berkutik Zaphire berlari menuju kamarnya, selena berharap bahwa anaknya bisa merenungi sikapnya hari ini. "Sel.. Cukup!! Kau selalu keras padanya!! Biar aku yang bicara pada Zaphire untuk meminta maaf ke Rosa" Lissa mencoba membela keponakan yang ia sayang itu "Kakak terlalu memanjakannya!! Itulah jadinya jika kakak terlalu memanjakan Zaphire!! Lihat kan!! Ia menjadi tak terkendali!" "Zaphire hanya ingin mempertahankan apa yang ia cintai!, pergilah bertugas! Aku akan menjaganya di rumah!!" "Aku pergi" Brak.. Lissa menghampiri Zaphire kekamarnya, ia membelai rambut panjang Zaphire perlahan. "Sayang.. Maafin mama ya?" "Kenapa mami yang mengatakannya?" "Sudahlah sayang.. Terkadang kita memang gengsi mengatakan maaf, namun terkadang kita harus berani untuk meminta maaf.. Apalagi jika kita salah.." "Mami, aku hanya ingin Hara.. Aku tak ingin menikah dengan lainnya!" "Mami tau.. Tapi lawanmu itu Rosa! Kau tak akan bisa mengalahkannya.. Jika Chen saja sangat memperhatikan Rosa, maka kita bukan apa-apa untuknya" "Sehebat itukah Rosa, mami?" "Ya sayang, mami tidak ingin terjadi sesuatu padamu saat melawan Rosa!" "Tapi mami-" "Kali ini dengarkan mami.. Akan ada jodoh untuk Zaphire.. Belajarlah untuk melepaskannya" "Baik mami.." "Dan.. Minta maaf pada Rosa.." "Baiklah.." "Kau bisa menemui Rosa dua minggu lagi, ia tak sadarkan diri terkena katanamu!" "Apa?! Tidak mungkin.. Ia selalu menghindar mami", "Rosa tidak menghindar, sayang. Ia mengalah agar kamu senang" "Mami.. Maaf.." "Beruntung Rose tidak hadir saat itu, namun hampir saja.. Birdella datang tepat pada waktunya" "Mami.. Latih aku untuk menahan diri.." "Iya.. Akan mami ajarkan.." Mereka lebih terlihat sebagai ibu dan anak kandung. Sejak kecil, Zaphire memang tidak begitu dekat dengan Selena. Karena Selena memilih untuk bertugas membantu Saveri dan Abinaya. Terkadang Selena juga menemui Tasha di dunia manusia. Membuatnya tidak ada waktu untuk Zaphire anaknya sendiri. Zaphire tertidur dalam pelukan Lissa, ia nampak sedikit tenang sekarang. Dan keesokan harinya ia harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk kesekolah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN