Greylock 5

1645 Kata
Ravenwolf Penyihir yang ahli dalam hal percintaan dan perdamaian di dunia sihir. Kepala keluarga dari klan ini adalah Abinaya Ravenwolf, seorang lelaki yang hangat dan sangat mudah berubah perasaannya. Istrinya Fidelya juga klan murni Ravenwolf. Mereka memiliki tiga anak yaitu Rosalind, Madava, dan Devan. Ketiganya bersekolah di Greylock School. Abi juga salah satu penjaga di dunia sihir, biasanya ia akan mengutus orang kepercayaannya untuk menjalankan tugas. Seperti Alvin yang dulu ia kirim untuk bertugas di gerbang Death Forest. Saat mengirim Alvin, Abi hampir saja terbunuh oleh putrinya sendiri. Itu karena selama ini Alvin hanya menjaga Rosalind dari apapun yang dapat membahayakan nyawanya. Saat itu usia Rosalind masih beberapa ratus tahun, untuk usia penyihir saat itu ia masih sangat muda. Beruntung Fidelya dapat menenangkan anaknya itu, dan kini Rosa dekat dengan Hara setelah temannya yang lain juga pergi. Rosalind memiliki sisi gelap dalam dirinya. Hal ini membuat Rosa istimewa, karena sewaktu-waktu bisa saja Ia memberontak jika Abi salah mengambil langkah untuk masa depan putrinya itu. Di tambah lagi, Rosa sangat cepat belajar. Ia terus berkembang pesat, bahkan hampir semua mantra dapat ia lakukan dengan baik. Karena kemampuannya ini, Chen mewaspadai Rosa. Dan juga merencanakan perjodohan itu. Abi menyebut sisi gelap Rosa sebagai Rose (mawar). Dan sudah empat ratus tahun sisi gelap itu tidak muncul, membuat Abi sedikit lega namun tetap waspada. Madava anak kedua pasangan ini, memiliki kekuatan di bawah Rosa. Meski tak ada yang tau, namun Mada memang cukup pendiam dan tak suka mencari masalah. Didalam asrama, Mada sangat terkenal akan ketampanannya, sayangnya tak ada satupun yang berhasil mendapatkan perhatian Mada kecuali Fadiana. Devan anak bungsu Abi dan Fidelya, beberapa ratus tahun ini kemampuannya mulai terlihat. Meski perkembangannya tak seperti kedua kakaknya, namun Devan memiliki kekuatan untuk menyakiti. Sejak berusia  seratus tahun, Devan sudah berteman dengan Nami Kyteler. Mereka bersahabat baik hingga kini, meski Devan memiliki banyak teman, namun ia selalu mengutamakan Nami dari siapapun. *** GREYLOCK SCHOOL Setiap hari jum'at, sabtu, dan minggu, Greylock School meliburkan muridnya. Beberapa murid akan pulang ke mansion masing-masing, dan ada juga yang memilih untuk liburan bersama teman sendiri, bahkan yang memilih tinggal di asrama juga banyak. Hari ini Madava dan Devan pulang ke mansion mereka. Berbeda dengan kedua adiknya, Rosa memilih untuk berlibur bersama ke empat lelaki yang mengejarnya. "Ros... Hari ini kau ada waktu?" tanya Revian yang maju selangkah dari lainnya "Tentu.. Apa kau akan mengajakku pergi?" "Jika kau mau... Dengan senang hati.." "Baiklah.. Kita pergi.. Sekarang? Atau?.." "Sekarang juga bisa, sebelum Hara datang dan menyihirku menjadi abu .. Tapi sebentar-" CTIK.. Revian menjentikkan jarinya dan membuat Rosa tertidur Revian membawa Rosa menuju mansion miliknya. Ia sangat mencintai Rosa sejak dulu. Hanya saja karena ia mengikuti pamannya, ia tak bisa bersaing dengan Hara. Revian meletakkan Rosa di atas ranjangnya yang berukuran king size. "Maaf Ros.." bisik Revian CTIK... "Ehm.. Rev... Kita dimana?" Rosa mengwrjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya disana "Mansionku, Ros.." "Hmm.. Apa yang akan kita lakukan disini?" "Bermain..." "Rev, apa kau masih mencintaiku seperti dulu?" "Tentu saja.. Kau tau.. Aku sangat tersiksa saat jauh darimu selama beberapa ratus tahun ini" "Kemarilah Rev" Rosa menepuk ranjang agar Revian duduk di sampingnya Revian tersenyum miring, ia duduk di samping Rosa. Dengan raut wajah memelas, Revian mendapatkan pelukan hangat dari Rosa. "Rev.. Aku sudah menjadi milik Hara.. Kau tau itu kan?" "Tapi kalian belum menikah! Jadi kau belum menjadi milik Hara seutuhnya" "Tapi Rev.. Kau tau bagaimana Hara!" "Aku tau, kita buktikan saat pertarungan memperebutkan gelar raja" "Rev.. Aku ada disana saat itu tiba.. Apa kalian akan menyerangku?" "Ros... Kau tak perlu mengikuti pertarungan itu! Kami tidak ingin menyakitimu!" "Rev...-", Ucapan Rosa terhenti karena Revian tengah melumat bibirnya. Revian tak peduli dengan amukan Hara. Saat ini apa yang ia lakukan, justru membuat Rosa menikmatinya. "Ehm.." desah Rosa saat Revian mulai bergerak menindih tubuhnya "Ros.. Aku mencintaimu.." bisik Revian sembari melepaskan ciumannya "Aku juga Rev.." Revian meremas p******a Rosa yang kini tengah mengeras karena terangsang. Revian melepaskan pakaian Rosa dengan merobeknya, begitupun dengan pakaian yang tengah ia kenakan. Awalnya Rosa nampak terkejut dengan apa yang dilakukan Revian. Setelah melihat ketulusan dari Revian, Rosa hanya bisa pasrah dan menerima sentuhan yang dibuat oleh Revian. Permainan Revian sungguh membuat Rosa semakin menggila. Rosa menggeliang dan menegang. Tubuhnya seakan menginginkan lebih. Revian meninggalkan beberapa tanda di tubuh Rosa. "Akh.. Revi.. Kau membuatku frustasi... Akh" desah Rosa yang kini memejamkan matanya merasakan setiap rangsangan yang Revian lakukan "Tubuhmu sangat indah Ros.. Aku ingin bermain sedikit lama.. Apa kau mau Ros?" Revian nampak ingin membuat Rosa semakin tenggelam kedalam perminannya "Akh.. Just do it, Rev.." Revian tersenyum mendengar ucapan Rosa. Ia mengecup seluruh tubuh Rosa, bermain di setiap inci bagian tubuhnya. Tak hanya itu, kini jari Revian  berada di area intim kewanitaan milik Rosa. Jarinya menekan klitorisnya, membuat Rosa mendesah penuh nikmat. " Akh.. Revi.. Akh.." Berulang kali Rosa menyebut nama Revian di setiap desahannya Revian memasukkan dua jarinya kedalam liang nikmat milik Rosa. Ia mengocok di dalam sana, membuat Rosa sudah mendapatkan pelepasannya beberapa kali. Sudah satu jam permainan itu berlangsung, kini tubuh Rosa sedikit lemas dibuatnya, namun Revian tetap bermain dengan tubuh indah itu. Revian sungguh ahli membuat Rosa mencapai puncaknya hingga berkali-kali. Dan kini giliran kejantanannya yang ingin di manjakan didalam liang kewanitaan milik Rosa. "Akh... Revi.." desah Rosa saat kejantanan milik Revian tengah memenuhi miliknya "Ouh.. Ros.. Milikmu sangat sempit.. Sangat menjepit didalam sana.." Kini Revian mulai memompa tubuh Rosa, ia melakukan in out dengan tempo yang tak beraturan. Hingga Rosa pun mendapatkan pelepasan lagi. "Akh.. Akh.. Rev.. Aku keluar.. Akh.." "Keluarkan sayang.. Akh.. Kau sungguh nikmat" Tubuh Rosa lemas karena serangan yang Revian berikan. Namun Revi tak berhenti sampai disitu. Ia terus memompa tubuh Rosa hingga beberapa kali mencapai k*****s. Dan Revian menumpahkan cairan percintaannya di dalam liang kewanitaan milik Rosa. Dua hari sudah Revian membawa Rosa, membuat Hara murka dan menyerang beberapa pengawalnya. Revian mengembalikan Rosa ke asrama, meletakkan tubuh lemas wanita itu di atas ranjangnya. BRAK... "b*****t!" teriak Hara yang bersiap menyerang Revian BUUK... BUUK.. BRUKK.. "Calmarse!!" ujar Rosa "Sayang.. Kau tak apa?" Hara mendekati wanitanya yang terbaring lemas "Aku hanya kelelahan saja, Revi mengajakku jalan-jalan selama dua hari ini.. Kau ingat kan kalau kita dalam masa hukuman.. Tentu kita tidak bisa bepergian bersama.." jelas Rosa "Baiklah.. Istirahatlah.. Aku akan duduk disana mengawasimu" "Rosa.. Aku pergi dulu.." pamit Revian dan pergi begitu saja dengan wajah lebam akibat pukulan Hara Hara bermain dengan ponsel yang ia dapat dari dunia manusia, sesekali ia melihat ke arah Rosa yang sedang tertidur. *** Taman Asrama Mada tengah melatih dirinya dengan beberapa mantra baru yang ia pelajari di kelas. Saat ia sedang mengayunkan tongkatnya, kesialan tengah menghampiri Mada saat mantranya terkena Fadiana. "Altibajos!!" "Eh eh.. Auh.." "Fa... Maaf.." Mada berlari menghampiri Fadiana "Iya gapapa kok, lagi latihan Dav?" tanya Fadiana "Iya.." "Mau di temenin? Sekalian ajarin aku dong?! Sihirku masih tetap itu-itu aja.." "Baiklah.." Deg Deg Deg Jantung Mada berdetak kencang saat ia berdekatan dengan Fadiana. Konsentrasinya tidak bisa penuh karena Fadiana menatapnya terus. "Coba kau ayunkan tongkatmu, lalu ucapkan Altibajos!! Arahkan sihirnya padaku" terang Madava "Kau serius? Tapi aku takut jika menyakitimu..", "Tidak apa-apa.. Aku akan baik-baik saja.. Lagipula itu hanya sihir untuk main-main saja" "Baiklah.." Fadiana terdiam sejenak, ia menutup mata beberapa detik lalu mengambil napas dan menyebutkan mantra yang di ktakan Mada. "Altibajos" SRING... "Auh.. Wowww.." tubuh Mada terjatuh dan bangkit lagi "Dava.. Kau baik-baik saja?" "Iya aku baik-baik saja.. Kau berhasil.." "Benarkah?? Yeay... Makasih Dava.." Fadiana terlalu senang hingga ia memeluk Madava dengan erat. "Eh.. Maa-.." Belum sempat Fadiana meminta maaf, Madava sudah membungkam bibir Fadiana. Ia melumat bibir dengan rasa cherry manis milik Fadiana. Awalnya Fadiana tak membalas ciuman Madava, namun saat Madava menggigit bibir bawahnya, akhirnya Fadiana membalas ciumannya. "Fa.. Aku mencintaimu.." bisik Madava setelah melepaskan ciumannya Wajah Fadiana memerah karena malu, ini adalah pertama kalinya ia berciuman dan ada yang mengatakan cinta padanya. Fadiana menunduk, namun tangan Madava mengangkat kepalanya perlahan. "Kau tidak perlu menjawabnya sekarang, Fa.. Aku akan menunggu hingga kau siap" "Dav.. Tidak perlu menunggu.. Aku juga mencintaimu.. Namun mungkin cintaku tak sebesar dirimu, aku harap kau bisa membuat cintaku semakin besar padamu" "Tentu, Fa... Terima kasih " Mada kembali melumat bibir Fadiana, kali ini ciumannya lebih dalam. Madava menjulurkan lidahnya, hal itu di sambut baik oleh Fadiana. *** Kelas Junior Devan sedang berada dikelas, ia duduk di samping temannya Lauren, sedangkan Nami ada di depannya. Lauren mengutarakan bahwa ia menyukai Nami, dan meminta pendapat Devan. Entah kenapa Devan sedikit kesal, ia hanya menjawab asal pertanyaan Lauren. Teng Teng Teng Bel sekolah berbunyi menandakan waktunya makan siang Nami menunggu Devan didepan kelas. Namun sayangnya yang keluar lebih dulu adalah Lauren. "Hi Nami.. Kita ke ruang makan bersama yuk?" "Maaf aku menunggu Devan.." "Devan sedang sibuk dengan latihannya untuk mengikuti turnamen" "Benarkah? Kalau begitu aku akan menemaninya.." "Hei.. Kau tak perlu sampai begitu dengan Devan! Lagipula kalian hanya berteman.. Beri Devan ruang untuk bersama teman lainnya!" "Begitu menurutmu? Baiklah.. Aku tidak ingin ke ruang makan. Pergilah sendiri! Aku akan ke perpustakaan!" Nami pergi menuji perpustakaan, ia meninggalkan Lauren didepan kelas. Saat itu Devan keluar dari kelas dan mencari Nami. "Dimana Nami? Dia tidak pernah meninggalkanku jika jam makan siang" ujar Devan pada Lauren "Dia pergi ke perpustakaan, katanya ia sedang tak ingin di ganggu!" "Benarkah.. Kau bisa duluan ke ruang makan. Aku akan coba berbicara padanya!" "Terserah kau saja.." Lauren pergi menuju ruang makan, sedangkan Devan menuju perpustakaan untuk menghampiri Nami. "Nami.." Panggilan Devan tak di gubris, Nami tetap menatap bukunya. "Hi.. Ada apa denganmu? Kenapa kau meninggalkanku?" "Lauren mengatakan bahwa kau tengah sibuk dengan turnamen dan beberapa temanmu" "Dasar Lauren!! Dia membohongimu! Aku bahkan ikut turnamen jika kau juga ikut.." "Benarkah?" wajah Nami nampak berseri mendengar perkataan Devan "Tentu saja.. Kau mau ikut?" Nami mengangguk, ia sangat bersemangat karena Devan yang mengajaknya. Mereka akhirnya keluar dari perpustakaan dan menuju runag kepala sekolah untuk mendaftarkan diri mengikuti turnamen yang di adakan oleh Greylock School. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN