Greylock 4

1514 Kata
Kyteler Klan ini berada di posisi kedua setelah Le Fay. Klan yang tidak segan-segan untuk membunuh penyihir yang melakukan kesalahan atau mengganggu mereka. Kepala keluarga klan ini adalah Saveri Kyteler, pemegang kendali atas keamanan di dunia sihir. Tugas untuk menjaga perbatasan juga ada di tangan klan ini. Ia adalah saudara kembar Saveri, namanya Edzard Kyteler. Seorang pria dingin yang mengabdikan hidupnya hanya untuk keamanan dunia sihir, bahkan ia sudah tak ingin berurusan dengan dunia percintaan ataupun lainnya. Edzard memiliki pengalaman buruk mengenai percintaan, yang kini membuatnya harus terus berada di perbatasan. Berbeda dengan Edzard, Saveri memilih untuk berkeluarga. Istrinya Felysia, seorang wanita yang berasal dari klan murni Kyteler. Mereka memiliki dua anak bernama Hara Kyteler dan Nami Kyteler. Hubungan Hara dengan adiknya tidak begitu baik, mereka memiliki masa lalu yang membuatnya tidak begitu dekat satu sama lain. Sebagai kepala keluarga Kyteler, Saveri memang harus selalu berjaga. Setiap satu jam sekali ia akan mengeluarkan kekuatannya untuk melihat seluruh dunia, hanya untuk memastikan bahwa keadaan aman dan tanpa gangguan Dark Magic. Saveri sangat berharap pada anaknya Hara. Karena ia sendiri tak tau bagaimana kekuatan anak perempuannya. Nami lebih pendiam dan tertutup, hanya Devan yang dekat dengan Nami. Mereka bisa saling memahami satu sama lain. Terkadang Saveri mengutus orangnya untuk melihat perkembangan Nami di asrama. Hara hampir sama dengan Saveri, kekuatan terbesarnya hanya untuk melawan penyihir jahat atau mereka yang berbuat kesalahan. Selain itu, kemampuan Hara bisa berkembang karena bersekolah di Greylock. *** "Aparecido!!" Saveri mengatakan satu mantra untuk mendatangkan seseorang "Kenapa kau memanggilku?" Edzard tengah hadir di hadapannya "Kau yakin akan berangkat bersama Qiandra?" "Kenapa? Apa kau meragukannya? Padahal kau sendiri yang mengutusnya!" "Ya, aku tahu itu.. Hanya saja.. Firasatku sangat buruk kali ini" "Moll akan ku binasakan kali ini!!" "Bukan itu! Kau pasti tahu bahwa Moll hanya mengirim kloningannya saja.. Kekuatannya memang hampir sama.. Namun itu bukan Moll yang asli!!" "Ya.. Aku berharap kali ini benar-benar wujud aslinya!!" "Tidak mungkin.. Karena Moll tidak akan menyerang dunia manusia, kekuatannya tidak begitu cukup untuk bertahan lama disana!" "Sudahlah.. Kali ini biarkan aku menjalankan tugasku sebagai penjaga dunia sihir!" "Baiklah..." "Vete!" BUSHHH.... Ceklek "Sayang.. Kau sedang berbicara dengan siapa?" ujar Felysia yang baru saja masuk keruang kerjanya "Edzard akan memburu Moll bersama Qiandra" "Begitu rupannya.. Apa kau sudah tau kalau banyak penyihir dari dunia manusia kembali kedunia kita?" "Ya, aku tau... Chen juga bertanya-tanya mengenai hal itu, dan itu semua bisa di pastikan karena teror yang di buat oleh Moll disana" Meski khawatir, Felysia percaya pada suaminya itu. Saveri memiliki ambisi yang sangat tinggi, jika ia ingin membunuh seseorang atau sesuatu, ia akan turun sendiri. Namun kali ini ia mengirim saudara kembarnya untuk pekerjaan yang biasa ia kerjakan. *** GREYLOCK SCHOOL "Nami.." panggil Devan yang sedang mengerjakan tugas bersama Nami di perpustakaan "Hmm.." "Mau coba mantra ini?" "Kau yakin?" "Tentu.." "Kau yang pertama, aku tak yakin kau bisa menahan jika aku yang mulai" "Kau terlihat sombong kali ini, tapi.. Baiklah" Devan terdiam sejenak ia sedang meminimalis kekuatannya, agar tak menyakiti Nami. "... Duele..." "Akh.." "Nami... Kau tak apa? Maaf, aku sudah menekan kekutanku.." ujar Devan menyesal "Lumayan.. Giliranku.." Nami mengambil nafas dan memikirkan satu mantra untuk Devan. "Me enamoré" "Hmm.. Mantra apa itu?" tanya Devan yang terlihat biasa dan tak terjadi apa-apa "Hmm bukan apa-apa, sepertinya mantranya gagal.. Sudahlah.." "Hei.. Cepat beritahu! Mantra apa itu?" "Nami.. Datang ke kantorku!" suara Felysia bergema di kepalanya "Baik, ma" "Dev, aku ke kantor mama dulu.." pamit Nami yang kini tengah membereskan buku dan alat tulisnya "Oke.." Nami berjalan keluar dari perpustakaan. Ia berjalan malas menuju kantor Felysia. Tok tok tok Ceklek "Ada apa, ma?" "Masuk sayang" Nami masuk dan duduk di kursi yang ada di sana. Felysia mendekati anaknya itu dan memulai perbincangan mereka. "Nami.. Bisa ceritakan pada Mama tentang kegiatanmu di asrama?" "Hmm.. Hanya kegiatan biasa, Ma . Nami banyak tugas juga beberapa hari ini" "Apa kau sudah memiliki teman?.... Selain Devan tentunya" "Tidak ma.. Hanya Devan yang dekat denganku!" "Cobalah membaur sayang, kau tak ingin seperti kakakmu kan?" "Iya, ma.. Hanya saja, aku belum menemukan yang cocok" "Baiklah.. Mama akan mencoba untuk membuatmu dekat dengan siswa lainnya" "Tidak perlu, ma.. Aku bisa sendiri!" "Ehm..." "Jika sudah selesai aku ingin kembali ke asrama.. Tugasku masih banyak!" Nami berdiri dan keluar dari kantor Felysia. Felysia hanya bisa mendengus kesal dengan sikap anaknya yang terbilang cuek dan dingin. Hampir sama dengan Hara, namun Nami bahkan tak ingin berteman dengan siapapun selain Devan. Seperti ada magnet di antara mereka, sehingga membuat mereka dekat. Dekat sebagai teman, menurut Devan. *** Asrama Le Fay Hara sedang bersama Rosa di ruang santai asrama. Mereka memang lebih sering menghabiskan waktu bersama dari pada lainnya. "Sayang..", "Hmm..", Cup.. Satu ciuman mendarat di bibir Rosa saat ia menengok ke Hara. "Kau ini! Kita sedang di hukum! Jangan berbuat yang bisa memancing kemarahan uncle!" ujar Rosa memperingatkan Hara "Ayolah sayang.. Sebentar saja.." "HARA!!!" Suara teriakan Saveri membuat Hara terdiam kaku didepan Rosa "Papa.." "Kembali ke kamarmu! Atau kau ingin pulang ke mansion sekarang juga?" "Baik pa" Rosa tersenyum melihat wajah pucat Hara, ia tau bahwa baru saja papanya terhubung dengannya. "Sayang, aku kembali ke kamar dulu.." "Iya.." Hara mengumpat dalam hati, ia sangat tak suka jika kebersamaannya dengan Rosa terganggu. Sampai di depan kamar ia bertemu dengan Yuwen, Revian, dan Seth. Hara berpikir, jika ketiga lelaki itu tahu bahwa Rosa sedang sendiri maka mereka pasti akan mengganggunya. "Kalian mau kemana?" tanya Hara "Kami akan ke ruang baca, sepertinya tugas kali ini tak bisa hanya di kerjakan dengan praktek" jawab Yuwen "Kau anak terpintar disini, jika anak terpintar saja tidak bisa mengerjakan apa kabar dengan lainnya?!" "Hahaha... Kau salah.. Rosa lah yang saat ini menduduki peringkat teratas, lalu Revian berikutnya aku, dan selanjutnya Seth dan Kau!" jelas Yuwen "Kau mulai menyebalkan setelah kedatangan mereka!" "Ayolah Hara, kita sudah lama tidak bertemu... Masih untuk yang datng kami berdua! Kau tau, bagaimana jika Alvin yang datang?!" "Aku berharap anak itu sudah mati dan tak akan kembali!" "Hahahaha... Tak semudah itu membunuh Alvin! Apa kau takut jika Alvin datang, bisa ku pastikan bahwa Rosa akan selalu berada di sampingnya.. Bahkan kau tak akan sempat melihat Rosa lagi jika Alvin datang" Perkataan Revian membuat Hara kesulitan menelan salivanya. Hara sangat takut jika kehilangan Rosa. Karena Alvin dan Rosa memiliki satu ikatan sejak kecil. Mereka terpisah karena Abinaya menugaskan Alvin menjaga perbatasan di dekat Death Forest. Tempat dimana Dark Magic tercipta. Tentu Hara tak akan membiarkan Alvin kembali sebelum ia mendapatkan Rosa sepenuhnya. Hara berhasil membuat ketiga lelaki itu tak bertemu Rosa kali ini. Mereka berbincang di kamar Hara dengan meneguk minuman di minibar miliknya. *** Dunia Manusia Edzard sedang bersama Qiandra di sebuah tempat yang di yakini sebagai gerbang menuju dunia milik Moll. "Ed, kau yakin ini tempatnya? Sihirku melemah jika didunia manusia!" ujar Qiandra "Tentu, aku bisa merasakannya.. Aura yang dimiliki Moll sangat kuat disini" "Baiklah.. Akan ku keluarkan sihirku.." Qiandra mengambil posisi, ia akan menghapus sihir yang menutupi tempat itu. "Eliminarlo!!" SLING.... WUUUSSSHHH... "Bagus.. Kita masuk!" ujar Edzard Mereka mencium bau yang tak sedap di tempat itu, saat mereka mulai masuk kedalam sebuah mansion besar. Mereka telah di sambut oleh puluhan mayat manusia dan juga beberapa penyihir yang ada di dunia manusia. Sepertinya mereka melawan Moll tanpa mengetahui bagaiamana kekuatannya. "Kau baik-baik saja, Qia?" Edzard melihat wajah Qiandra yang sudah pucat melihat mayat itu "Aku baik-baik saja.. Ayo kita lanjutkan!" "Abre la puerta!!" Edzard mencoba membuka gerbang yang ada di depannya CEKLEK.. KRRIIIEEETTT... BRAK... "Ed.. Tempat ini terlalu sunyi untuk seorang Moll.. Aku curiga ini hanya jebakan!" "Kau benar, kita harus lebih hati-hati.. Aktifkan perisaimu!" "Baik.. El escudo!!", PRANG... SWING... BRAAKKK... "EDZARD!!!", Tubuh Edzard sudah terpental dan menabrak sebuah lemari besar hingga hancur. SWING... CTAK.. TAK.. Serangan itu tak mempan untuk Qiandra karena ia memakai perisai di tubuhnya. Edzard yang sudah tau terlebih dahulu tentang serangan itu, sebisa mungkin mencoba untuk melindungi Qiandra. "Ed, kau tak apa?" "Aku baik-baik saja... Tetap gunakan perisaimu! Dia bukan Moll, itu hanya kloningannya!" "Apa?!" "Mudah untuk memusnahkannya, kita hanya perlu mencari tempatnya di ciptakan, dan sepertinya di belakang sana adalah tempat yang ia lindungi" "Kalau begitu kita serang bersama!" "Tidak Qia! Aku akan mengalihkan perhatiannya, kau masuk kesana dan hancurkan tempat ia di ciptakan!" "Kau yakin? Terakhir kau bilang seperti itu tubuhmu sudah berada di antara lemari besar dan tembok!" "Ayolah, bukan waktunya bercanda!" "Baiklah, aku akan masuk..." Edzard mengalihkn perhatian Moll, ia membawa Moll itu keluar dari tempatnya. Membuat Qiandra dengan mudah masuk kedalam ruangan itu. "Ah Sial..kenapa ada begitu banyak eksperimen disini.." gumam Qiandra Qiandra terus mencari sebuah tabung tempat Moll kloningan itu diciptakan. Hingga ia melihat ada satu tabung kosong dengan beberapa alat yang menyala di sampingnya. "Destruido!!", PRANG... PYARRRR.... ZZZ.. ZZZZ.... ZZZ.. TIT TITT TIIIIIIIIIIIITTTTTT... "Gawat, tempat ini akan meledak... Aku harus segera menemui Edzard" Qiandra berlari menuju pintu keluar, ia melihat luka di sekujur tubuh Edzard. Namun Moll yang ia lawan sudah tiada. "Ed, cepat lari... Tempat ini akan meledak!" "Berikan tanganmu! Desaparecer!!", WUUSHHH... DUAR.... BOOMMM.... SRING.... BRAK... "Kau baik-baik saja?" "Kau yang sekarat, Ed! Cepat obati lukamu!" Kini mereka berada di markas, sebuah mansion besar tempat pada penyihir penjaga berada. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN