Jam kuliah telah usai, Filda tidak membiarkan Alisha pulang sendiri begitu saja, Filda langsung menggiring Alisha untuk ikut dengannya menuju salon.
“Eh aku gak ada uang,” ucap Alisha beralasan saat Filda menariknya untuk masuk ke salon.
“Pakai uang aku, kalo kamu udah kaya nanti kamu bayar!” jawab Filda membuat Alisha tertawa.
“Mbak, tolong servis teman saya ini ya, cuci rambutnya sampai bersih dan biarkan terurai, gak usah di ikat lagi, lulur badannya juga kuku-kukunya di buat cantik, wajahnya juga servis semua, pokoknya kulit teman saya ini dari dekil jadi kinclong!” ucap Filda membuat Alisha melotot tajam ke arah Filda karna seperti mengerjainya.
“Siap Mbak, mari ikut saya masuk ke ruangan sana,” ajak karyawan salon tersebut pada Alisha.
“Lu ikut juga yuk, gua bayari gak apa-apa, gua takut sendirian di dalam,” rengek Alisha pada Filda.
“Cemen banget Lu, udah masuk terus sono, gua baru keluar kemarin dari sini,” jawab Filda mendorong tubuh Alisha supaya cepat ikut masuk ke dalam tanpa bantahan.
Alisha mulai mengganti pakaiannya untuk memulai perawatan, sedangkan Filda memilih untuk belanja di butik sebelah untuk Alisha.
Filda tahu Alisha memang cantik orangnya, selain cantik, Alisha cantik hati, pekerja keras dan pintar, itu yang membuat Filda betah berteman dengan Alisha, padahal Filda termasuk mahasiswa yang ikut model di kampusnya, dia tidak pernah merasa tersaingi dengan Alisha, karna Alisha bukan perempuan yang suka ikut model.
Filda selesai berbelanja, begitu juga dengan Alisha yang sudah selesai melakukan perawatan.
“Mbak, bilang sama Mbak Alishanya, suruh pakai baju ini ya,” ucap Filda menitipkan baju untuk Alisha pada pelayan salon di sana.
“Iya Mbak, akan saya sampaikan,” jawabnya sambil menerima plastik pemberian Filda.
“Mbak Alisha, kata teman Mbak disuruh pakai baju ini,” ucap pelayan tersebut seperti yang diminta oleh Filda.
“Baju? Baju apa lagi ini?” ucap Alisha bingung dan segera mengeluarkan baju pemberian Filda.
“Seriusan dia menyuruh aku pakai baju seperti ini?” tanya Alisha pada dirinya sendiri sambil menatap baju kemeja berwarna baby pink yang bercorak perempuan dan rok mini yang hanya sampai sebatas lututnya.
“Bilang sama Filda baju ini tidak cocok untuk saya,” ucap Alisha yang mengembalikan baju tersebut.
“Loh, tidak cocok kenapa Mbak? Ini bajunya sangat cantik di pakai sama Mbak Alisha, saya bantuin cara pakainya biar mbak Alisha makin terlihat cantik,” ucap pelayan salon tersebut.
“Tidak perlu, saya bisa pakai sendiri,” bantah Alisha dengan cepat, dia menggerutu sambil masuk ke dalam kamar ganti. Dia kembali membolak-balikkan baju tersebut, karna merasa enggan memakainya.
Alisha keluar dengan kemeja feminimnya dan juga roknya yang masih melewati lututnya.
Alisha terlihat sangat tidak nyaman dengan rok yang agak sempit itu, karna dia biasanya memakai kaos dan juga jins longgar, sedangkan pergi ke butik dia terbiasa memakai kemeja lengan panjang dengan rok longgar di bawah lututnya.
“Wow, luar biasa,” ucap Filda histeris melihat penampilan Alisha yang sangat luar biasa saat Alisha keluar dari ruang ganti.
“Lu sekarang mau ke butik kan?” tanya Filda kembali.
“Iya, dan lu gila suruh gua bawa motor pakai pakaian seperti ini,” ucap Alisha memandang malas ke wajah Filda membuat Filda tertawa.
“Tidak Alisha, lu tidak akan naik motor hari ini, lu akan langsung pergi ke butik, gua panggilkan taksi untuk lu,” sahut Filda membuat mata Alisha terbelalak.
“Gua belum makan, gila lu, lu mau bunuh gua demi pertahanin penampilan gua ini?”
“Gua order sekarang juga buat Lu, biar mereka anterin ke tempat lu kerja.”
“Terus motor gua bagaimana?” tanya Alisha kembali, karna Filda juga bawa motor sendiri.
“Gua suruh anterin nanti ke rumah lu, tenang saja, semua beres,” jawabnya santai.
Taksi pun datang, Filda langsung menyuruh Alisha untuk masuk ke dalam taksi dan menuju butik tempatnya kerja.
“Terima kasih banyak Pak ya,” ucap Alisha pada sopir taksi tersebut.
“Sama-sama Mbak.”
Alisha masuk ke butik tempatnya bekerja, semua mata tertuju padanya.
“Nah kan, ini pasti karna penampilan gua yang tiba-tiba jadi aneh seperti ini, makanya orang-orang pada ngelihatin aku terus, bikin malu aja Filda itu!” gerutu Alisha dalam hati.
“Ini Lu Alisha, cantik banget!” puji karyawan senior butik tersebut.
“Bos!” dia malah memanggil Alfin lagi membuat Alisha bingung.
“Eh kok malah panggil Pak Bos,” tegur Alisha takut dia punya salah.
Alfin yang sedang memantau pekerjaan karyawan yang lain mendekati mereka.
“Ada apa?” tanya Alfin datar.
“Lihat perubahan penampilan karyawan Jenius kita, sangat wow!” puji Farel karyawan sekaligus teman dekatnya Alfin.
Alfin menatap Alisha dari atas hingga bawah.
“Cantik banget perempuan ini,” batin Alfin. “Tapi Sayang, matre!” lanjutnya lagi dalam hati.
“Iya, lumayan,” jawab Alfin sekenanya membuat Alisha jadi malu sendiri karna Alfin tidak tertarik sama sekali, padahal bukan Alisha yang ingin memamerkan penampilannya pada Alfin, malah orang lain yang sibuk memamerkan pakaian Alisha pada Alfin.
“Apa? Ini lumayan? Gila, dia bisa jadi model untuk kita selamanya Fin, lu jangan ngaco!” ucap Farel.
“Kamu sudah tidak ada lagi keperluan di sini kan? Silakan ke ruangan kamu untuk bekerja,” suruh Alfin pada Alisha.
“Baik Pak,” jawab Alisha sambil berlalu masuk ke ruangan kerjanya sambil menggerutu karna merasa di ejek oleh Alfin.
Farel masih menggeleng-gelengkan kepalanya menatap Alfin yang sangat tidak tertarik pada Alisha.
“Sepertinya gua harus bawa lu ke dokter spesialis mata supaya matanya tidak lagi rabun Fin,” ucap Farel saat Alisha sudah tidak terlihat lagi di antara mereka.
“Untuk apa cantik kalo matre!” jawab Alfin sambil mengayunkan langkah kakinya meninggalkan Farel, tapi Farel tetap mengikuti Alfin, dia tidak tau apa maksud Alfin bilang seperti itu, lagian apa kaitannya bekerja dengan profesional dan sifat seseorang yang matre.
“Tunggu ... tunggu,” Farel menarik lengan Alfin dan menghentikannya.
“Kok lu tau dia matre?” tanya Farel menyelidiki Alfin.
Alfin menarik nafas kesal karna Farel masih terus membahas Alisha.
“Dia itu berencana keluar dari butik kita dan membuka usahanya sendiri, dan aku mencoba membujuknya supaya dia tidak keluar, kamu tau kan bagaimana kinerja dia selama ini, karyanya sangat bagus-bagus, dan aku tidak ingin kehilangan karyawan seperti dia, dan kamu tau, dia hanya mau bertahan kalau gajinya naik dua kali lipat dari yang biasanya!” jawab Alfin membuat Farel tertawa.