10

1062 Kata
Alisha sudah menyelesaikan desainnya untuk hari ini, dia bahkan sudah menyetor pada Alfin sendiri, Alfin terlihat puas menerima karyanya Alisha yang memang patut diacungi jempol. Saat Alisha hendak pulang, Alfin terlihat sedang marah-marah pada karyawan lainnya, Alisha mencoba mendekat ingin mengetahui apa yang sedang terjadi. “Dia sudah berjanji akan hadir nanti malam untuk pemotretan, tapi kenapa dia tiba-tiba membatalkan secara mendadak seperti ini?! Kalau begini caranya saya yang rugi!” ucap Alfin dengan wajahnya yang kesal. “Kami minta maaf Pak, Mbak Prisa tidak bicara apa-apa sama kami, dia hanya mengabarkan kalo dia tidak bisa hadir malam ini,” jawab karyawannya sambil menunduk. “Sekarang siapa yang akan jadi penggantinya? Kalian mau gaji kalian saya potong karna kalian bekerja tidak becus?” ancam Alfin membuat kedua bibir Alisha menarik lurus merasa ngeri. Memang, bagi Alisha tidak ada hal yang lebih mengerikan lagi selain gaji yang dipotong, dia bahkan rela kena marah asalkan gajinya tetap aman. “Maaf, apa kalian sedang butuh model?” tanya Alisha dengan gugup. “Iya, kenapa? Kamu mau bantu?” tantang Alfin menatap Alisha dengan sinis. “Sebentar, mungkin teman saya bisa datang ke sini untuk menggantikan Mbak Prisa,” jawab Alisha yang langsung mengeluarkan ponsel kecilnya model jaman baheula, dan langsung menelpon Filda. Alfin yang melihat ponsel Alisha mengerutkan keningnya, pikirannya penuh tanda tanya, tapi dia malas mengutarakannya, ada hal yang lebih penting dari sekedar mempertanyakan ponsel Alisha. “Aduh, ponselnya mati,” ucap Alisha yang merasa bersalah. Alfin menatap Alisha dari atas hingga bawah dengan mata melotot membuat Alisha gemetaran. “Solek dia dan jadikan dia sebagai model hanya untuk malam ini!” perintah Alfin pada periasnya membuat Alisha kaget. Alisha ingin membantah, dia ingin pulang dan bergumul dengan buku-buku kuliahnya, tapi melihat muka Alfin yang sudah memerah membuatnya mengurungkan niat untuk membantah Alfin. Alisha dibawa ke ruangan make up, dan di dandani oleh beberapa perias, yang satu merias bagian rambut, yang satu bagian wajah dan satunya lagi bagian kuku. Setelah semua selesai, Alisha langsung dipakaikan baju yang akan di gunakan untuk pemotretan. “Sudah siap?” tanya Alfin yang jam kerja fotografernya sudah dimulai. “Sudah Pak,” jawab perias tersebut sambil memperlihatkan Alisha pada Alfin. Alfin terkesima dengan kecantikan Alisha, matanya bahkan tidak mengedip saat menatap wajah Alisha bak boneka. Beberapa karyawan butik saling menyenggol satu sama lain melihat tatapan Alfin pada Alisha. Alfin segera menyadari tatapan berlebihannya pada Alisha, dia langsung mengalihkan pandangannya dan pura-pura membenarkan letak bajunya Alisha, padahal baju tersebut sudah sangat pas ukurannya di tubuh Alisha. “Kita mulai pemotretan sekarang juga,” ucap Alfin pada Alisha. “Pe ... pemotretan? Tapi saya tidak bisa bergaya,” jawab Alisha yang memang sangat kaku untuk bergaya, dia tidak pernah mengikuti sesi pemotretan, jadi dia tidak pernah tahu bagaimana caranya bergaya. Alfin memijat keningnya mendengar jawaban Alisha. Mereka mulai menuntun Alisha untuk bergaya sendirian, tapi selalu saja gayanya Alisha sangat norak. “Bagaimana kalau pemotretannya berpasangan saja, biar Mas Alfin bisa menutup kekurangan di model ceweknya,” ucap tukang foto tersebut. Alfin dengan cepat mengiyakan supaya pekerjaannya cepat selesai dan segera pulang ke rumah untuk melepaskan rasa lelahnya. Alfin dan Alisha bergaya seperti pasangan, Alisha tetap saja terlihat kaku, canggung dan malu, tapi karna penampilan Alfin yang sudah mahir menjadi model membuat masalah tersebut bisa teratasi dengan sempurna. *** Keesokan harinya. Majalah dan website butiknya Reva Boutique mengeluarkan foto terbaru. Semua mahasiswa di kampus yang mengikuti trend terbaru menjadi heboh. “Ini Alisha mahasiswa di kampus kita kan?” tanya mereka sambil memperlihatkan foto Alisha. “Mirip sih, tapi masak iya dia, dia kan tidak ngerti apa-apa masalah model, lihat saja penampilannya setiap hari ke kampus,” jawab mahasiswa yang lain membuat mereka tertawa. Tentu saja mereka tidak akan percaya, karna Alisha tidak pernah ikut model, pakaiannya pun hanya itu-itu saja, apalagi Alisha pergi ke kampus hanya dengan motor bututnya, bahkan seringnya numpang sama temannya Filda. Filda yang mendengar kehebohan tersebut langsung membuka ponselnya dan mencari website Reva Boutique, begitu melihat foto Alisha, Filda langsung menutup mulutnya dengan tidak percaya. “Ini Alisha teman gua? Tapi, ah masak iya? Tapi gak mungkin juga bukan, bisa jadi iya, karna kan Alisha kerja di sana, kecuali ada perempuan yang sangat mirip dengan Alisha, baru iya ini bukan Alisha, tapi gua yakin ini Alisha, gayanya aja kaku begini, iya dia kaku banget kalo di ajak foto,” ucap Filda yang berbicara sendiri sambil menatap ponselnya. Tidak berapa lama, Alisha sampai juga di kampus dengan motor bututnya. Filda langsung menghampiri Alisha dengan cepat. “Ada apa? Kok lu ngos-ngosan seperti itu?” tanya Filda santai sambil membuka helmnya yang juga udah butut. “Tolong katakan padaku, ini benar kamu kan?” tanya Filda yang langsung memperlihatkan foto modelnya Alisha. Alisha menatap tidak percaya foto yang diperlihatkan oleh Filda, dia terlihat cantik di foto tersebut. “Editannya keren ya, muka aku yang kampungan bisa semulus itu,” jawab Alisha yang malah berbeda dari pertanyaan Filda. “Jadi ini benar-benar kamu, gila! Hari ini kamu harus segera masuk ke salon, tidak ada kata tidak mau, pokoknya harus!” ucap Filda yang bersikeras supaya Alisha masuk salon. “Untuk apa?” tanya Alisha menautkan kedua keningnya dengan sempurna. “Lu itu sudah punya peluang untuk jadi model terkenal, Lu jangan sia-siakan kesempatan ini, semua mahasiswa heboh ngomongin foto Lu, mereka mau bilang keren, tapi gengsi karna penampilan Lu seperti ini,” protes Filda sambil merepet. “Tidak usah Filda, itu Cuma untuk kemarin karna model aslinya lagi gak bisa hadir, makanya di gantiin sama aku, padahal awalnya aku telpon kamu loh, kamu kan pernah tuh jadi model di mana itu, aku gak ngerti, eh tapi malah ponsel kamu tidak aktif, lagian mana mungkin aku akan jadi model terkenal, ada-ada saja kamu ini kalau bicara,” jawab Alisha sambil mengejek. “Pokoknya nanti pulang kuliah kamu harus ikut sama aku, titik gak pake koma, kalau kamu membantah, kita gak usah temenan lagi!” ucap Filda pura-pura ngambek. “Sampai segitunya Lu, kayak bocah, main ngambek pula,” ejek Alisha. Filda segera menarik tangan Alisha untuk masuk ke dalam kelas, semua mata menatap Alisha, antara kagum dan merasa aneh karna perempuan seperti Alisha bisa jadi foto model untuk butik yang sedang tren saat ini. Mereka tidak ada yang tahu Alisha bekerja sebagai perancang busana di sana, dia sengaja meminta Filda menutupi hal tentang pekerjaannya, supaya dia bisa bekerja dengan nyaman.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN