12

1005 Kata
Farel menarik nafasnya, lalu menghembus perlahan. “Jadi Cuma karna itu kamu mengecap dia perempuan matre? Hahaha ... aduh Fin, lu harus sadar, hidup ini keras, mungkin saja dia sedang butuh uang banyak, lagian setahu aku dia juga masih kuliah, makanya jadwal kerja dia kadang setengah hari, kadang libur,” ucap Farel yang hanya direspons dengan cebikan oleh Alfin. “Pokoknya Fin, kalau Prisa masih tidak hadir hari ini untuk melakukan pemotretan, jangan halangi aku menggunakan Alisha untuk model setiap pengeluaran busana terbaru,” sahut Farel membuat Alfin melirik Farel dengan ujung matanya. “Lu tau tidak berapa total penjualan kita hari ini?” tanya Farel kembali, dan Alfin hanya diam, karna dia belum melakukan cek data untuk hari ini, karna belum diserahkan oleh karyawannya. “Dua kali lipat dari yang biasanya!” lanjut Farel lagi dengan semangat membara. Alfin merasa ragu dengan data yang diucapkan oleh Farel, dia berjalan menuju meja karyawan yang mengelola unit baju yang diperjual belikan. “Berapa unit penjualan kita hari ini?” tanya Alfin yang berdiri Farel di belakangnya. “Untuk hari ini terjual dua kali lipat lebih Pak dari biasanya, bahkan ini hampir mendekati angka tiga kali lipat Pak,” jawab karyawannya tersebut. Tentu itu bukan harga yang kecil yang Alfin perolehi dari hasil penjualan baju tersebut, itu baju berkualitas tinggi dan harganya pun tidak main-main. “Bagaimana? Sudah percaya kan? Makanya aku bilang lebih baik modelnya ganti saja, biar Alisha saja yang jadi pasangan foto model kamu,” tutur Farel yang masih saja jadi nyamuk di telinga Alfin. “Aku tidak mau dia fokus jadi model dan melupakan bagaimana cara mendesain yang bagus,” jawab Alfin membuat Farel menghela nafas kecewa. “Ya lu bilang sama dia, dia harus mendesain dan juga jadi model untuk desainnya sendiri,” ucap Farel. “Dan dia akan minta gaji entah berapa kali lipat lagi agar dia mau bekerja seperti itu,” jawab Alfin mencibir. Farel kembali tertawa. “Mungkin dia benar-benar butuh uang, kamu harus mengikutinya sekali-kali, biar kamu lihat dengan mata dan kepala kamu bagaimana kelakuan dia aslinya,” tutur Farel. “Untuk apa? Seperti tidak ada pekerjaan lainnya saja!” bantah Alfin. “Ya biar Lu tau, bagaimana aslinya, lagian aku heran, sempat-sempatnya kamu menilai sifat seseorang, Prisa yang selalu cari perhatian sama kamu, tapi kamu tidak peka untuk menilai,” ucap Farel datar tanpa berniat menggoda Alfin. “Tidak ada hal yang menarik padanya,” jawab Alfin singkat. “Jadi, apakah pada dirinya Alisha ada hal yang menarik?” goda Farel membuat Alfin menatap Farel dengan tatapan malas. “Jangan ngaco kalau bicara!” jawab Alfin berlalu pergi masuk ke ruangan kerjanya. Farel hanya bisa tertawa melihat tingkah temannya itu. “Semoga hari ini Prisa tidak bisa datang kembali untuk pemotretan, dan Alfin akan kembali berkolaborasi dengan Alisha,” ucap Farel sambil cekikikan. ... Di ruangan kerjanya Alisha, dia mulai fokus membuat desain, sedangkan Alfin kembali terbayang wajah cantiknya Alisha. “Ah sial! Kenapa aku harus mengingatnya!” ucap Alfin membuyarkan lamunannya dan mulai fokus memeriksa berkas yang masuk hari ini. Jam pulang kerja Alisha tiba, dia duduk di kursi luar menunggu taksi yang lewat. Dia masih belum mengganti ponselnya dengan ponsel smart yang bisa dia gunakan untuk memesan taksi online, sehingga mau tidak mau dia harus menunggu taksi yang lewat. Meminta bantuan pada Filda juga dia merasa tidak enak, karna sudah banyak merepotkan Filda selama ini. “Prisa tidak hadir juga hari ini?” tanya Alfin dengan wajahnya yang kesal karna Prisa tidak bisa bekerja dengan profesional. “Kan gua sudah bilang, mending lu ganti saja modelnya, sudah berapa kali dia begini? Dia seperti bekerja di butiknya sendiri, bisa seenak dia dan semood dia untuk kerja,” jawab Farel sambil menyesap kopi di dalam gelasnya. “Alisha mana?” tanya Alfin tanpa basa-basi. “Tuh di depan lagi nunggu jemputan,” jawab Farel. Alfin segera berjalan ke depan untuk menyusul Alisha, tapi ternyata dia telat, kata satpamnya, Alisha baru saja pergi dengan taksi, dan satpam tersebut menunjuk taksi yang hampir menjauh dari penglihatan mereka. Alfin segera mengambil mobilnya dan mengejar Alisha dari belakang. Tapi kecepatan taksi yang ditumpangi oleh Alisha selalu bisa lolos dari Alfin hingga Alfin tidak bisa menghentikan taksi tersebut untuk segera. Taksi tersebut berbelok ke arah gang sempit membuat Alfin jadi menikmati kejarannya saat ini karna mendapatkan pemandangan baru. Taksi yang ditumpangi oleh Alisha berhenti tepat di depan bangunan reot yang hampir roboh, terlihat juga motor butut di depannya yang tak lain adalah motor Alisha yang diantar pulang oleh Filda. “Terima kasih banyak Pak ya,” ucap Alisha pada sopir taksi dan membayar ongkos taksinya. Setelah taksi tersebut pergi, Alisha baru sadar kalau Alfin sudah berdiri di luar mobilnya menatap ke arah rumah Alisha. “Eh Pak Alfin kok ada di sini?” tanya Alisha berjalan mendekati Alfin. “Kamu tinggal di sini?” tanya Alfin tanpa menjawab pertanyaan Alisha. “Iya Pak, maaf Pak ya, bapak jadi ke tempat kumuh seperti ini, oh ya, memangnya bapak ngapain ke sini?” tanya Alisha masih dengan pertanyaan yang sama. “Saya mau menjemput kamu untuk melakukan pemotretan,” jawab Alfin yang pikiran masih kacau melihat penampakan rumahnya Alisha. “Mbak Prisanya tidak hadir lagi?” tanya Alisha. “Iya, apa kamu mau?” tanya Alfin. “Boleh Pak, kita pergi sekarang juga biar cepat selesai,” jawab Alisha. “Kamu tidak pamit dulu sama orang tua kamu?” tanya Alfin kembali. Alisha tersenyum mendengar penuturan dari Alfin. “Saya tinggal sendirian di sini, orang tua saya ...,” suara Alisha tercekat. “Ah panjang ceritanya, lebih baik sekarang kita kembali lagi ke butik dan melakukan pemotretan,” lanjut Alisha lagi membuat Alfin mengiyakan ucapan Alisha. “Silakan masuk,” ucap Alfin membuka pintu mobilnya untuk Alisha, begitu Alisha sudah masuk, dia menutupnya dengan hati-hati. Alisha masuk ke dalam mobil, dan mereka kembali ke butik bersama-sama. “Kalau saya tau bapak menyusul saya sampai ke rumah, saya kan bisa minta nebeng saja, biar lebih hemat ongkos,” tutur Alisha memecahkan keheningan antara mereka berdua.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN