13

1017 Kata
Alfin yang mendengar ucapan Alisha melirik Alisha karna lagi-lagi Alisha membahas uang, apa benar dia sematre itu, batin Alfin terus bertanya-tanya. “Bukannya kamu sudah punya banyak uang sekarang? Memangnya masih kurang untuk membiayai hidup kamu sendiri?” tanya Alfin yang fokus menatap jalan. “Oh tidak Pak, tentu tidak kurang, tapi saya harus menghemat,” jawab Alisha kembali. “Menghemat untuk bangun rumah?” tanya Alfin. “Kalau ada uang lebih mungkin iya, tapi itu tidak terlalu penting, ada hal yang lebih penting lagi dari sekedar rumah,” jawab Alisha tersenyum. “Memangnya apa yang lebih penting selain rumah?” “Ibu. Saya harus mencari banyak uang supaya bisa mengobati ibu saya,” jawab Alisha yang ujung matanya sudah menganak sungai. “Ibu kamu sedang sakit?” tanya Alfin. “Iya, ibu depresi berat karna ditinggal nikah lagi sama ayah, dan ibu harus masuk rumah sakit jiwa,” jawab Alisha membuat Alfin serasa tertampar karna sudah menganggap Alisha matre dan menilai Alisha dengan penilaiannya yang sangat buruk. “Lalu kenapa kamu tiba-tiba berdandan seperti ini?” Alfin masih saja kepo dengan hidupnya Alisha. “Oh ini, haha, ini kerjaan Filda, dia melihat saya jadi model untuk busana yang kemarin, jadi dia menyuruh saya untuk dandan supaya ... ah, ide dia memang selalu gila, untung saya punya teman si gila dia, sehingga membuat hari-hari saya sedikit berwarna karna kegilaan yang dia buat,” ucap Alisha yang menghapus ujung matanya yang tadi hampir saja sukses menjatuhkan butiran beningnya. “Dia ingin kamu jadi model seterusnya?” Alfin pun menebak. “Ah, lupakan Pak, itu ide gila teman saya, saya sendiri sangat sadar siapa saya, dan saya tidak berharap akan hal itu, saya akan fokus mendesain saja, bukankah dengan mendesain kita juga bisa punya banyak uang?” tutur Alisha membuat kebenaran dengan pemikiran yang dia punya. Alfin mengangguk-angguk tanda paham. Mereka telah sampai kembali di butik membuat Farel tersenyum sumringah saat melihat Alfin dan Alisha naik satu mobil berdua. “Hai Alisha, maaf ya, jadi harus kembali lagi ke butik,” ucap Farel yang sekaligus ingin mengejek Alfin karna Alfin harus satu mobil bersama perempuan yang sering disebut matre olehnya. “Kerja Farel!” sahut Alfin sambil menepuk pundaknya Farel agar tidak lagi cengengesan di depan Alfin dan Alisha. “Siap Bos!” jawab Farel yang masih menggoda Alfin. “Yuk Alisha, ganti busana kamu,” pinta Farel pada Alisha. Alisha segera masuk ke dalam ruangan tersebut, sudah ada tukang make up model yang disediakan oleh Alfin untuk pemodelnya. Setelah Alisha memakai busana tersebut, dia keluar memperlihatkan dirinya di depan semua orang yang sedang bekerja. “Dia benar-benar cantik,” batin Alfin yang seketika terkesima menatap kecantikan Alisha. Sebenarnya dari pemotretan yang awal, penampilan Alisha sangat luar biasa, karna Alfin masih tertutup hatinya untuk Alisha dan menganggap Alisha cewek matre, semua kecantikan itu seolah tak ada harganya bagi Alfin. Mereka mulai melakukan pemotretan, kali ini Alisha tidak terlalu kaku untuk menunjukkan bakatnya sebagai model, dan Alfin sudah mulai menunjukkan kedekatannya pada Alisha. Alfin tidak lagi risih saat berpose seperti pasangan sesungguhnya, dia dengan suka rela memegang pinggang Alisha dan menatap dua mata Alisha tanpa berkedip. “Aku ingin mengenalmu lebih jauh lagi,” batin Alfin yang masih saja menatap Alisha, padahal pemotretan sudah selesai. “Ehem!” ejek Farel berdehem menyadarkan Alfin yang masih memegang pinggangnya Alisha. “Sudah cukup tatap-tatapannya, istirahat dulu, besok lanjut lagi,” lanjut Farel membuat Alisha mengulum senyum karna malu. Sedangkan Alfin pergi menggantikan busananya untuk mengacuhkan ejekan Farel terhadapnya. Alisha kembali berdandan seperti awalnya. “Kamu mau saya antar lagi?” tanya Alfin pada Alisha. “Bukan begitu basa-basinya, aduh akibat kelamaan jomblo, dekati perempuan saja sudah tidak berbakat lagi, ‘Mau pulang, saya antar biar kamu aman di jalan,” ejek Farel membuat Alfin melotot pada Farel. “Tidak perlu Pak, saya pulang naik angkot saja, biar tidak merepotkan,” jawab Alisha. “Oh tidak boleh membantah Alisha, Pak Alfin sudah siap sedia untuk mengantar, lagian ini sudah malam, tidak baik perempuan masih berkeliaran sendirian di jalan, ayo Pak Alfin silakan antar Alisha pulang sampai rumahnya,” jawab Farel sambil mendorong tubuh Alfin agar pergi secepatnya bersama Alisha. Alfin menatap Farel yang sangat pintar dalam berdrama membuat Farel tersenyum manis ke arah Alisha dan Alfin sambil mengedip-ngedipkan matanya menggoda mereka berdua. “Yuk pulang, biar saya saja yang antar,” ajak Alfin lagi pada Alisha membuat Farel mengangguk dengan cepat sambil menatap Alisha. Alisha tersenyum melihat tingkah Farel lalu dengan malu-malu mengiyakan ajakan Alfin untuk pulang bersamanya. Alfin segera berjalan lebih dulu menuju mobilnya sedangkan Alisha mengikutinya dari belakang. “Sukses terus kawan ya,” teriak Farel yang masih ingin berada di butik, “Sukses terus untuk mengubah status jomblo dalam tahun ini,” lanjutnya lagi dengan suara kecil dan tersenyum melihat Alfin membuka kan pintu mobilnya untuk Alisha. Alisha masuk ke dalam mobil, begitu juga dengan Alfin dan mereka mulai jalan menuju rumahnya Alisha. Selama di perjalanan, mereka berdua sama-sama diam hingga sampai di rumah Alisha. “Terima kasih banyak Pak sudah mengantar saya sampai ke rumah,” ucap Alisha pada Alfin. “Sama-sama,” jawab Alfin merasa pilu melihat rumah yang ditempati oleh Alisha seperti gubuk yang hampir roboh, lampu yang redup di luar rumah Alisha malah menambah kesan menyedihkan bagi Alfin yang terbiasa hidup di dalam bangunan mewah. “Kenapa kamu tidak sewa kontrakan buat tinggal? Atau kamar kos?” tanya Alfin, dia tahu ini lancang, tapi hatinya tidak bisa menahan rasa penasarannya untuk tidak bertanya pada Alisha. Alisha menatap rumahnya, lalu tersenyum, dia tahu apa tang dipikirkan oleh Alfin, pasti rumah itu sudah tidak layak huni lagi. “Saya tidak punya uang,” jawab Alisha membuat mata Alfin terbelalak. Bagaimana bisa Alisha jawab tidak punya uang, sedangkan dia sebulan bergaji lima juta yang tiap bulan tidak pernah telat dibayarkan oleh Alfin. “Uang yang 5 juta tiap bulan?” tanya Alfin. “Untuk pengobatan Mama,” jawab Alisha sambil menunduk. Mama? Sepertinya Alfin benar-benar tidak bisa menebak bagaimana proses hidup perempuan di depannya ini, dia harus tahu apa yang terjadi. “Mama kamu sakit?” tanya Alfin kembali.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN