Revan membawa Anita tinggal di Apartemennya. Anita mengangkat kopernya yang begitu berat. Jangan harap Revan akan membantunya mengangkat kopernya. Revan sengaja mengajak Anita tinggal di Apartemen kecil miliknya, agar dia bisa membuat Anita mandiri. Tak ada satupun pembantu, Anita harus mengerjakan semua urusan rumah tangga mereka seorang diri. Dari menjaga dan mengasuh anaknya Yura, memasak, mencuci dan membereskan apartemen mereka.
Apartemen ini memiliki tiga kamar. Satu kamar utama dan yang satunya kamar Yura serta yang satunya lagi dijadikan ruang kerja sekaligus perpustakaan milik Revan. Anita berdecak kesal melihat punggung kokoh yang mondar-mandir melewatinya tanpa membantunya untuk mengangkat koper miliknya. Revan sibuk menelepon bawahanya mengenai urusan kantor.
"Hei, bisakah kau membantuku?" Teriak Anita.
"Kau punya tangan, tak perlu merepotkan orang lain..." Jawab Revan dingin.
Anita menggeret kopernya sambil mengangkat boneka beruang kesayangannya dan dua koper lainnya, yang ia seret bersamaan. Ia masuk ke dalam kamar utama dan melihat beberapa baju Revan yang berserakan dilantai.
Arghhhhhhh..
Bisa mati gue jadi pembantu di sini...
Dasar iblis...
Kesal...
Anita membereskan pakaian Revan. Baju Revan yang kotor dan bersih semuanya bercampur membuat Anita bedecak kesal. Anita mengangkat dua buah celana dalam Revan bewarna abu-abu dan bewarna hijau muda.
Ini bersih atau kotor?. Batin anita
Revan seperti mengetahui apa yang ada di pikiran Anita. Ia dari tadi sengaja berada di depan pintu kamar mereka dan melihat Anita yang sibuk membersihkan kamar mereka. "Cium saja celana dalamku kalau harum bearti bersih, kalau baunya menatang bearti itu..sudah aku pakai!" Ucapnya santai.
"Dasar iblis jorok kau!" Teriak Anita sambil menujuk muka Revan.
"Berani-beraninya kau mengatakan suamimu iblis hah? Ini yang kau dapatkan di Jerman. Dasar jalang penggoda laki-laki!" Teriak Revan
"Iya memang aku penggoda laki-laki kenapa? Apa kau berharap aku penggoda perempuan?" Kesal Anita melempar celana dalam Revan.
"Hiks...hiks...mama papa Yura takut jangan marahan!" Ucap Yura yang baru saja pulang dari sekolahnya diantar supir keluarga Revan.
Melihat Yura yang menangis, Anita segera menggendong Yura dan membawanya ke dalam pelukannya. "Siapa bilang mama bertengkar, nih lihat ya...!" Anita mendekatkan dirinya ke Revan dan mencium pipi Revan.
Revan terkejut dengan kecupan singkat dipipinya dan menatap Anita dengan wajah garangnya. Tadi di sekolah belajar apa sayang?" Tanya Anita sambil mengelus rambut Yura.
"Yura menggambar Ma, ini gambarnya". Yura mengambil buku gambar yang berada didalam tasnya, ia menujukkan gambar sebuah rumah dan ada seorang anak perempuan yang di gandeng kedua orang tuanya.
"Ini Mama, ini Papa dan ini Yura!" Jelas Yura. Revan mendekati putrinya dan segera mencium pipi Yura.
"Papa suka sekali cium Yura!" Kesal Yura.
"Karena Papa sayang sama Yura.." Ucap Revan sambil memeluk anaknya.
"Kalau begitu papa cium Mama kata Oma Papa sayang sama Mama" Ucapan Yura membuat Revan membulatkan matanya.
"Tadi Mama kan, udah cium Papa sayang” Ucap Anita mencoba menolak secara halus.
"Kata Oma mama dan papa harus sering cium-cium biar Yura cepat punya adek!" Ucap Yura sambil mengkerucutkan bibirnya.
Dengan isyarat mata Revan meminta Anita mendekat dan ia segera mencium pipi Anita dengan cepat. Wajah Anita memerah, namun bisikan Revan membuatnya kesal.
"Sepertinya kau sangat menikmati peranmu sebagai istri seorang Ceo tampan sepertiku?"
Dasar gila...
Aku benci kamu Revannnnnn....
***
Anita merasa lelah, dua minggu ia menyesuaikan diri, dengan menjadi istri seorang Revan. Ia dan Revan tidur terpisah, Anita tidur di kamar Yura karena setelah membacakan dongeng untuk Yura dia selalu tertidur disana. Sebenarnya Anita menghidar agar tidak terjerumus dengan sosok tampan Revan. Anita tersenyum melihat fotonya bersama Yura dan ia meletakannya di meja kantornya. Namun bunyi ponselnya mengejutkanya.
"Halo Kak ken, ada apa?"
"Aku ingin kau pindah ke kantor cabang utama yang dipimpin suamimu sebagai perwakilan perusahaan kita!"
"Aku nggk mau, gila kau Kak! Jangan macam-macam, atau aku adukan kau dengan Ayah" Kesal anita sambil meremukkan kertas yang ada dihadapanya.
"Aku sudah pernah bilang, jangan ikut campur urusanku dan Ela tapi kau membantu Bunda dan ini akibatnya yang harus kau terima!"
"Aku nggk mau...aku akan bicarakan ini dengan Ayah"
"Percuma saja kamu mengadu kepada Ayah, karena aku yang telah memegang jabatan tertinggi perusahaan Alexsander dan ayah telah berjanji tidak akan ikut campur!"
"Hiks...hiks...jahat kamu Kak, kamu tahu hubunganku dan Revan seperti apa"
"Salahmu sendiri menentangku, Kau tahu? suamimu itu pastinya dengan senang hati menerimamu hahahaha..."
Suara ketukan pintu membuat Anita segera fokus dengan karyawannya yang datang menghadapnya. "Bu ini surat pemindahan ibu, sementara ibu diperintahkan direktur utama untuk mengawasi proyek di Perusahaan Dirgantara!"
"Lalu siapa yang akan menggantikan aku?" Tanya Anita.
"Aku..." kenzi tersenyum kecut. Ia tak pernah berpikir untuk bekerja di perusahaan. Kenzi menganggap perusahaan ini hanya kerja sambilannya setelah ia libur dari dinasnya.
"Kau tidak bercanda kan Enzi?" Tanya Anita tak percaya.
"Cuma sementara sebelum si Ken, mendapatkan direktur baru penggantimu atau masa hukumanmu habis dan kau akan ditarik kembali menjadi pimpinan perusahaan". Jelas Kenzi.
"Berita buruknya Ta, kau harus segera ke perusahaan Dirgantara untuk mengikuti rapat sekarang!" jelas Kenzi tersenyum senang.
Anita membulatkan matanya dan segera bergegas menuju perusahaan Dirgantara. Ia tidak menduga, cara Kenzo membalas dendam padanya begitu sadis. Ia harus menghadapi sosok iblis hampir 24 jam karena bertemu Revan dirumah dan di Kantor. Anita memasuki lobi perusahaan dan di sambut Resepsionis. Anita menggunakan rok ketat diatas lutut bewarna merah marun dan kemejanya bewarna putih. Rambutnya yang berwarna kuning membuatnya begitu mencolok seperti artis korea berwajah arab.
"Ada yang bisa saya bantu, Bu?" Tanya resepsionis.
"Saya perwakilan dari perusahaan Alexsander poperty dan saya ingin menayakan ruang rapat dilantai berapa?" Tanya Anita
"Dilantai 12 bu dekat ruang CEO!"
“Terimakasih” ucap Anita
Anita melangkahkan kakinya melewati beberapa karyawan lainya. Semua orang memandang takjub melihat penampilan Anita yang begitu mengagumkan. Banyak para lelaki yang menelan ludahnya, karena memandang Anita yang begitu cantik. Anita memang sering memakai pakaian kurang bahan. Namun dirumah, ia akan memakai kaos kebesarannya dan legging karena ia merasa tidak nyaman jika berhadapan dengan sosok iblis pengintimidasi itu. Anita menaiki lift khusus Ceo walaupun satpam segera menegurnya, namun Anita seperti tidak peduli dan bersikap acuh.
Asal kalian tahu ya gini-gini gue istri pemilik perusahaan ini. Batin Anita.
Anita memasuki ruang rapat, yang ternyata hampir semua peserta rapat telah hadir. Revan menatap penampilan Anita dengan wajah memerah. Anita segera duduk di tempat yang tidak jauh jaraknya dari Revan. Banyak mata tertuju pada sosok cantik yang dari tadi serius mendengarkan presentasi salah satu karyawan perusahaan ini. Namun yang ditatap sepertinya gugup karena tatapan Anita. Boy pemuda tampan itu, gugup sehingga beberapa kali ia terbatuk dan mencoba untuk memfokuskan dirinya.
Anita mengintrupsi presentasi dari karyawan kenzo. "Maaf saya ingin menyampaikan saran". Anita menatap Revan meminta persetujuan Revan.
Revan menganggukkan kepalanya. Anita berdiri dan segera memperlihatkan hasil rancangnanya, sebuah hunian yang istimewa dengan desain yang sangat unik.
"Sebenarnya ini rancangan rumah untuk kondisi rumah yang memakai tanah padat, bukan tanah timbunan. Karena jika kita membangun hunian dilokasi yang anda sebutkan tadi, hunian yang berlantai dua dengan desain yang tadi maka, akan membuat rumah itu ambruk karena tanah belum memadat. Jika ingin segera dibangun dilokasi ini, kita harus mendesain bangunan yang tidak begitu berat” jelas Anita.
“Jika kalian tetap menggunakan desain bangunan seperti itu, saya yakin kita akan mengalami kerugian yang cukup besar”. Anita menujukan sketsa desain yang ia buat. “ini adalah desain yang saya buat. Rumah ini berlantai dua dan dengan biyaya pembangunan yang tidak begitu besar. Hunian papan campuran ini jika berlantai dua akan sangat tahan dan kuat. Kalian bisa lihat desain ini unik, Atau jika kalian ingin tetap membangun rumah dengan desain yang tadi, kalian harus mencari lokasi lain yang memiliki tanah kuat tanpa timbunan dan pas dengan berat bangunan!" Jelas Anita.
Banyak dari mereka memandang takjub Anita dengan penjelasannya. Revan yang mendengarkan penjelasan Anita, menyetujui apa yang dikatakan Anita. Sebenarnya ia ingin sekali membantah presentasi dari Boy tapi, karena Anita telah menyampaikannya Revan memilih untuk diam. "Rapat kita lanjukan besok dan untuk ibu Anita, segera menemui saya diruangan saya!" Ucap Revan meninggalkan ruangan.
Beberapa karyawan laki-laki memperkenalkan dirinya kepada Anita dan Anita sangat senang dengan keramah-tamahan karyawan Revan. Setelah berbincang dengan beberapa Karyawan, ia memutuskan untuk segera menemui Revan. Sektretaris Revan sangat sexy, ia memakai baju yang pendek dan super ketat sehingga payudarahnya menyebul keluar membuat Anita bergidik ngeri.
Cantik sih, cantik tapi widih d**a sebesar itu lebih baik disembunyiin. Batin Anita
"Ada yang bisa saya bantu?" Tanyanya menatap Anita dengan tajam
"Saya ingin menemui pak Revan" Ucap anita sopan.
"Tidak bisa bapak sedang sibuk, Kamu pasti salah satu wanita yang mengejar pak Revan? Asal kamu tau, kamu bukan tipe Pak Revan!" Tegasnya
Tanpa mempedulikan ucapan wanita itu, Anita segera bergegas memegang gagang pintu namun tarikan sekretaris itu membuat Anita terduduk, dengan pantatnya menyetuh lantai. "Aduh..." rintih Anita.
Wanita itu menjambak rambut Anita. "Saya sudah bilangkan, Pak Revan tidak mau ketemu kamu!" Anita ingin sekali membalasnya namun, ia ingat ia memakai rok dan tak mungkin ia memperlihatkan pahanya jika ingin menendang wanita kasar itu. Revan membuka pintu dan terkejut melihat Mita sekretaris revan menjambak rambut Anita.
"Ada apa ini?" Tanya Revan.
"Kak, suruh wanita ini melepaskan jambakkanya sakit tahu!" Ucap Anita kesal.
"Lepaskan dia Mita!" Perintah Revan dan segera menarik Anita ke dalam ruangannya.
Banyak mata yang melihat kejadian itu dan mereka berbisik-bisik mendengar ucapan-ucapan sinis yang mengatakan Anita jalang. Mita sebenarnya adalah sekretaris pilihan Vio untuk Revan karena dulunya Revan sering membawa pacar-pacarnya masuk kedalam ruanganya. "Apa pakaian seperti ini yang kamu pakai selama ini di kantor?" Menatap Anita dari atas sampai kebawa.
"Kalau iya kenapa?" Anita memutar kedua matanya.
"Jangan kau kira ini di Jerman, kau dasar perempuan liar!" Teriak Revan penuh amarah.
"Apa pedulimu!" Teriak Anita.
Revan menujuk muka Anita "kau memiliki seorang Putri sekarang, Bagaimana jika Yura memakai pakaian kurang bahan seperti ini..." Teriak Revan
"Bagus dong, Fashion zaman sekarang. Kau tahu banyak para wanita menginginkan pakaian seperti aku pakai" Ucap Anita melenggangkan tubuhnya seperti model.
"Mereka itu bodoh memamerkan tubuhnya kepada setiap orang, dan kau, Apa kau tau statusmu sekarang hah? Kau istriku bodoh..." Kesal Revan.
"Ooooo iya-iya aku istrimu aku hampir lupa hehehe" Anita mengejek Revan.
Revan mendekati Anita dan menarik lengannya. Anita mencoba menghidar namun tarikan kasar Revan membuat Anita membentur dadanya dan ia tak sengaja memegang p****t Anita. Pintu terbuka menampakan wajah Mita dan kedua karyawan yang ingin menemui Revan terkejut melihat keduanya. Revan segera melepaskan tangannya dari p****t Anita. Kedua tangan Anita mengepal dan dengan wajah yang memerah, ia segera merapikan pakaiannya dan meninggalkan ruangan Revan dengan kesal.
Wah, bener cewek itu simpanan bos.
Dasar bos, nggk bisa cari wanita yang baik jelas-jelas penampilannya nakal
Ih...cantik-cantik mau jadi simpanan
Gosipnya pak Revan udah nikah loh...
Anita mendengar gosip tentang dirinya menahan diri agar tidak emosi. Kesal? Ia sangat kesal dengan sikap Revan yang menganggapnya wanita perayu lelaki dan w************n. Tapi Revan harusnya tau kalau dia didik Ayah dan Bunda menjadi wanita mandiri. Belum lagi penjagaan ketat kedua Kakaknya dan Omnya Raffa di Jerman.
Anita menahan air matanya, baginya hidup memang keras. Selama ini ia merupakan pribadi yang kuat dan tidak mudah menyerah. Jika hanya dengan kata-kata orang lain yang menyakitinya, ia tidak peduli tapi Revan laki-laki yang akan selalu bersamanya sampai maut memisahkan. Aapakah ia sanggup menghadapi laki-laki keras penuh pesona itu?.
Mita diperintahkan Revan untuk mengantarkan Anita keruangannya. Mita menatap sinis Anita. "Ini ruanganmu!" Ucapnya kasar
"Iya terima kasih!" Kesal Anita.
"Dan kau jangan harap bisa mendekati pak Revan!" Ucap Mita
Anita melototkan matanya "kenapa emang? suka-suka gue dan lo nggk usah ikut campur urusan gue!" Bentak Anita
"Kau, Jika ibu Vio tahu kau mengganggu anaknya, kau akan segera di pecat dari Perusahaan Alexsander tempatmu bekerja karena perushaan Alexsander merupakan milik kerabat dekatnya!" Jelas Mita.
Karena kesal Anita menarik Mita memasuki ruangannya dan segera menutupnya."Kau tau siapa aku?" Tanya Anita
"w***********g yang mencoba mendekati Ceo kami" Kesal Mita.
Anita menghela napasnya "Aku mohon kau jangan memberitahukan siapapun jika aku....istri Revan!" Jelas Anita
"Hahahahaha...kau sangat lucu, Pak Revan itu punya pacar namanya Nona Shelo bagaimana mungkin kau yang menjadi istrinya..." Ejek Mita.
"Apa Mami Vio tahu Shelo pacar Revan?" Anita melipat kedua tangannya.
"Hmmm tidak!" Ucap Mita mengetuk dagunya dengan jarinya
"Apa ia bilang nama istri Revan yang sekarang?" Anita menajamkan pandangannya penuh intimidasi.
"iya, Namanya Anita....tapi ada Alexsandernya" Ucap Mita. Anita memberikan KTPnya dengan senyum misteriusnya dan Mita terkejut lihat KTP Anita.
"Jadi anda istri Ceo kami?" Tanya Mita
"Iya...tapi kecilkan suaramu Mita, aku mohon rahasiakan dari semua orang!" Pinta Anita dengan memohon.
"Hmmm baiklah bu..." Ucap Anita.
"Jangan panggil aku ibu, cukup Anita saja oke! dan kita akan berteman" Anita mengulurkan tangannya.
Mita menatapnya tak percaya dengan uluran tangan Anita namun, ia segera menyambar tangan Anita dengan senyuman. "Tapi penampilanmu jauh dari yang ku bayangkan" Mita menatap Anita dari atas sampai ke bawah.
"Aku bosan menjadi bulan-bulan para lelaki yang mengejarku. Paling tidak dengan gayaku yang seperti ini banyak laki-laki baik yang mundur dan tidak sakit hati akibat aku tolak hahaha"
"Dan aku dengan mudah memukul laki-laki yang berniat jahat bahkan terang-terangan menatapku penuh nafsu!" Ucap Anita.
"Kau ternyata gila Ta, aku tak menyangka kau wanita unik sama sepertiku". Tawa Mita
"Kau tau kenapa aku memakai pakaian kurang bahan seperti ini?" Anita menggelengkan kepalanya
"Karena aku tidak mau dianggap perawan desa yang tidak laku Hehehe. Kau tahu waktukku kuhabisakan dengan menonton kartun dan drama korea setiap pulang dari kantor. Orang-orang pasti menganggapku murahan hahahaha" Ucap Mita.
"Sepertinya pertemanan kita akan sangat menyenangkan" Ucap Anita.
"Iya asal...kau mengenalkanku pada lelaki kaya yang baik hehehehe" Mita Menutup mulutnya
"Hahaha...kau tenang saja, asalkan kau memberikan informasi kepadaku semua jadwal kak Revan dan tentang Shelo kepadaku!"
"Oke deal"
"Deal"
Anita menjemput Yura di rumah mertuanya dan segera pulang ke Apartemen, namun Vio mami mertuanya meminta Anita untuk menginap dirumahnya karena Dava dan Davi sedang ada dirumah mertuanya. Kedua adik ipar Anita sangatlah sibuk dan jarang pulang ke rumah mertuanya. Oleh karena itu, hari ini saatnya keluarga inti mereka berkumpul. Tak lama kemudian Revan sampai dan melihat kedua adiknya yang tampan segera memeluknya. Dava seorang tentara, yang saat ini bertugas di Papua, sedangkan Davi ia merupakan seorang pembalap terkenal sekaligus seorang aktor.
"Kak, aku rindu dengan kakak!" Ucap Davi dan Revan segera memukul lengannya.
"Jangan gila dek, baru kemaren bertemu kamu sok-sokan dramatis hahahaha" Tawa Revan. Namun Anita tersenyum sinis saat melihat ekspresi Revan.
Dasar Revan...kalau sama gue beuh...songong minta ampun! Sama adiknya cih...bersikap seperti kakak yang baik.
"Apa kabar Kamu Dava? Kamu tidak pulang saat pernikahan kakak?" Tanya Revan sambil merangkul kedua adiknya.
Dasar bodoh kita menikah dadakan. Bukan direncanain...
Atau jangan-jangan pernikahaan ini memang sudah direncanakan sejak lama? Batin Anita
"Biasa karena tugas negara kak". Senyum Dava.
"Woy...kakak ipar sini peluk dulu sama Davi si ganteng!" Davi merentangkan kedua tangannya namun Tatapan tajam Revan membuat Davi takut.
Anita segera mendekat dan memeluk Davi tanpa mempedulikan tatapan tajam Revan. Anita mencubit pipi Davi. " Dai...kalau gue jadi aktris cocok nggk?" Tanya Anita.
"Tentu saja cocok, kakak cantik begini sutradara mana yang menolak, jika pemerannya secantik kakak hehehe"
"Wah aku jadi tersanjung hehehe..." kekeh Anita.
Dava tersenyum melihat tingkah kakak iparnya yang berubah. Dulu Anita seorang gadis manis yang selalu tersenyum saat Cia selalu membawanya ke acara keluarga. Anita gadis lugu ini telah berubah menjadi gadis yang gaul menurut Dava. "Kak kenapa di cat seperti itu rambutnya?" Tanya Dava penasaran.
"Oooo...ini agar aku tidak diganggu laki-laki dan dianggap gadis polos. Karena ini untuk melindungiku dari kejahatan di sana!" Jelas Anita.
"Tapi nggk sebaiknya itu rambut di cat coklat saja?" Dava melirik Revan.
"Entar kalau udah bosan" Ucap Anita singkat.
Vio mengajak semua keluarganya makan bersama. Devan memimpin doa saat mereka akan menyatap makanannya. Vio sangat hobi memasak sama seperti Anita. Revan selama tinggal bersama Anita, ia tidak pernah makan malam di luar karena masakan Anita sama lezatnya dengan masakan maminya.
"Revan...kapan kalian memberikan papi cucu?" tanya Devan dengan suara beratnya.
"Entar Pi, tunggu si blonde ini siap hamil" Ucap Revan menunjuk Anita dengan dagunya. Anita melototkan matanya mendengat ucapan Revan.
Gmana mau buat cucu buat papi, Kalau kami berdua seperti Tom and jery saling perang hahahaha. Batin Anita.
"Revan...kalian harus pergi bulan madu lupakan dulu masalah pekerjaan." Ucap Devan.
"Lagi sibuk Pi, entar kalau si blonde minta!"
Blonde...blonde dasar suami gila, kenapa nyinggung rambut gue segala...
"Gimana kalau Mami menemanimu ke dokter untuk program kehamilan dan sekalian kita lakukan papsmear agar kita tahu kesehatan kita ya Ta!" Ajak Vio
Mati gue, kalau gue periksa sama aja gue bunuh diri! Gue masih perawan sampai sekarang!
"Iya Mi, tapi belum bisa dalam waktu dekat Mi, karena Ita dan Revan sengaja menuda kehamilan untuk sementara ini!" Ucap Anita berbohong.
Revan menatap tajam Anita. "Papi nggk mau tau, Revan jangan bilang kalau kamu loyo!" Ucap Devan
Uhuk....uhuk ...Revan, Dava, Davi dan Anita tersedak mendengar ucapan Devan. Davi menatap Anita dengan penuh tanya."Bener ya, Mbak? Kak Revan sudah loyo karena barangnya udah lama tidur?" Tanya Davi.
Anita menutup telinga Yura dan meminta Bibi mengantar Yura ke kamar yang biasanya ditempat Yura tidur jika menginap dirumah Omanya. Anita kesal karena pembicaran mereka sudah tidak sehat untuk telinga anaknya.
"Kak...kok..nggk dijawab sih..." Kesal Davi.
Revan menatap kesal adiknya. "Diam kau Dai, atau aku akan memukul otak mesummu itu!" Kesal Revan
"Revan, memang bener ya nak?" Tanya Vio.
"Kalian semua ini apa-apaan, aku dan Anita ini baru satu bulan menikah. Memang mudah buat anak!" Revan memandang mereka kesal.
"Mudahlah buktinya kamu itu cuma sekali coblos, tanya sama Mamimu!" Jelas Devan.
"Ya...bedahlah Anita saja yang kurang subur, Pi..." Revan menatap Anita kesal.
"Enak aja...aku nggk subur huh" Ucap Anita.
"Buktikan kalau gitu masa wanita secantik kak Anita, jarang dibelai!" Goda Davi. Anita mendengus kesal melihat Revan.
Anita menatap ruangan yang ternyata merupakan kamar Revan yang cukup luas dan nyaman. Ia melihat beberapa koleksi foto Revan bersama teman-temanya saat SMA dan ia melihat wajah perempuan yang mirip dengan Yura.
"Ternyata kau seperti stalker yang mengintaiku!" Ucap Devan.
"Enak saja huh...Siapa juga yang pengen jadi penggemarmu. Aku saja sudah bosan melihatmu, bayangkan hampir 24 jam aku melihatmu!" Ucap Anita.
Revan mendekati Anita dan duduk didekatnya . Anita memakai baju tidur yang berbahan satin yang ada di dalam lemari Revan. Baju satin tanpa lengan dan panjangnya diatas lutut. Revan mendekatkan dirinya dan memegang kedua pipi Anita. Ia menatap kedua bola mata Anita.
"Aku ingin meminta hakku!" Ucap Revan.
Anita menatap Revan dengan wajah terkejut sekaligus takut...
Anita pov
Revan gila! Dia meminta haknya sebagai suami? Enak aja. lagian dia saja tidak mengakui hubungan kami di Kantor dan sekarang meminta haknya. Belum lagi aku harus menghadapi pacarnya Shelomita. "Nggk mau, Kau putuskan pacar-pacarmu itu dulu baru kau minta hakmu" Kesalku
Revan tersenyum sinis padaku "Apa kau tau menolak suami itu dosa?" Tanya Revan mendekati Anita yang mulai ketakutan.
"Tapi...apakah kau tau suami yang punya pacar itu, tak melaksanakan kewajibanya menjaga perasaan istrinya!" Jelasku
Revan diam dan segera membaringkan tubuhnya di ranjang. "Kalau tak mau terjadi sesuatu diantara kita kau tidur dibawah!" Revan menunjuk lantai dan tentu saja aku sanggup tidur disana. Aku menggambil selimut dan membentangnya dilantai. Aku membaringkan tubuhku namun aku tetap saja tidak bisa tidur. Aku bangun dan mendekati kak Revan diranjang.
Aku memikirkan nasibku ke depan, cepat atau lambat aku juga harus melaksanakan kewajibanku sebagai seorang istri. Aku memandanginya yang memejamkan mata dan tidak mempedulikanku. Bisa-bisanya iblis satu ini tidur setelah ia mengatakan hal itu. Aku ingat Mami Vio memintaku melakukan pemeriksaan bersamanya dan aku tidak mau itu terjadi, karena aku masih perawan. Aku melihat Revan memejamkan matanya. Aku menaiki ranjang dan segera menggoyangkan lengannya.
"Kak..."
"Kak.."
Ia membuka matanya dan segera menatapku dengan tatapan lembutnya yang tidak pernah kulihat sebelumnya "Ada apa?" Tanyanya serak.
"Hmmm...Mami mau mengajakku ke dokter tapi aku tidak bisa?" Ucapku pelan
Ia menyangga kepalanya dengan tangannya dan menatapku "Aku masih perawan dan jika mami tahu kita bakalan diledek habis-habisan, kak" Ucapku lirih.
"Hmmm kau tidak berbohong kalau kau masih perawan?" Tanya menaikan sedikit volume suaranya namun tidak setinggi biasanya.
"Tidak aku tidak berbohong, aku bisa digantung Kenzo dan ayah jika aku melakukan dosa" Aku menundukkan kepalaku tak berani menatapnya
"Kalau begitu sekarang kau ambil wudu, Kita sholat dulu!" Ucapnya lembut.
"Kenapa mesti sholat? tadi aku sudah sholat, lagian biasanya aku hanya sholat yang wajib saja" Aku melihat dia tersenyum.
Kalau dia yang begini buat aku meleleh. Dia menarikku dan mengajakku mengambil wudu. Aku mengikutinya dan setelah itu kami sholat dua rakaat. Aku melepaskan mukenaku dan melipatnya. Mami sepertinya telah menyiapkan kamar ini untukku. Baju-baju dilemari masih baru dan semuanya ukuranku.
"Kemarilah!" Kak Revan menyuruhku duduk diranjang mendekatinya dan seperti yang kuduga dan menjadi ketakutanku ia meminta haknya dan aku memang bukan gadis polos yang tidak tahu semua ini. Aku pernah menonton film-film yang menampakan adegan s*x dan aku juga membaca n****+-n****+ dewasa.
"Aku janji tidak akan menyakitimu" Ucapnya sambil menutunku untuk berbaring di ranjang. Ia membisikkan ke telingaku doa dan kemudian menatap kedua mataku. Kak Revan mulai mencium keningku, hidungku kemudian kedua mataku. Dia lalu mencium bibirku dan selanjutnya keseluruh tubuhku "Hmmm Kak...nanti ada yang terganggu dengan suara kita" Ucapku lemah. Dia kembali mengecup singkat bibirku "Kamarku kedap suara!" Ucapnya dan kembali melanjutkannya