Revan cemburu

2370 Kata
Revannnn cemburu     Anita merasakan seluruh tubuhnya lemas dan ia tidak bisa menolak keinginan suaminya. Revan memperlakukan Anita dengan sangat lembut dan mengelusnya dengan sayang. Anita merasakan sakit yang luar biasa saat tubuhnya dan Revan menyatu. Ia meneteskan air matanya. Revan mencium keningnya dan mengusap air mata di pipinya lalu mengecup bibirnya dengan lembut. Revan menyelimuti tubuhnya dan Anita. Ia memeluk tubuh Anita dan menarik Anita bersandar didadanya. Anita merasakan kenyaman dan hangat berada didalam pelukan Revan. Namun rasa canggung membuatnya gelisah dan tidak bisa memejamkan mata.         "Tidur sekarang  atau kau ingin kita melakukanya sampai pagi dan kau tidak akan bisa berjalan!" Perintahnya sambil mencium kening Anita dan memeluknya posesif.         Pukul 4 pagi Anita merasakan tubuhnya melayang dan ternyata Revan menggendongnya dan membawanya ke kamar mandi. Revan adalah laki-laki yang sangat bertanggung jawab. Ia sangat mencintai keluarganya. Apa lagi saat ini ia tahu jika istrinya bukan w***********g seperti pikiranya dan ucapan kasarnya selama ini. Ia membaringkan Anita di bathup yang telah berisi air hangat. "Mandilah aku kan mandi  disana, setelah ini kita sholat berjamaah!" Peritah Revan. "Iya!" Jawab Anita mengerucutkan bibirnya. Revan mengusap kepala Anita dan segera menutup pembatas dengan horden dan mandi dengan mengunakan Shower. Kenapa ia jadi baik gini sih... Dasar laki-laki kalau ada maunya Wajah anita memerah mengingat kejadian tadi malam. Bodoh-bodoh kenapa gue mau si begituan sama Revan. Tapi kalau nolak dosa.. trus kalau si Shelo itu muncul gimana? Arghhhhhhh... Pokoknya mulai saat ini jangan berpikir dia lari dari tanggung jawabnya. Awas saja! Seharusnya aku memberikanya kepada suamiku... Tapi dia kan suamiku.         Anita mencoba berjalan dengan memakai handuk yang melilit tubuhnya. Revan telah menyiapkan sajadah dan mukena. Anita segera memakai pakaiannya dan memakai mukena. Mereka sholat bersama. Anita mencium punggung tangan Revan. "Papa...mama buka!" Teriak Yura di depan kamar mereka.         Anita melipat mukenanya dan menyusunnya dilemari. Ia lalu menguncir rambutnya keatas dan mencepolnya. Revan berdiri dan segera membuka pintu kamar mereka. "Kenapa sayang?" Tanya Revan sambil menggendong Yura dan membawanya duduk diatas kasur. Yura melihat bercak darah di seprai yang belum sempat Anita ganti.         "Hiks...hiks...darah pap...takut!” Mendengar suara Yura, Anita segera mengambil seprai dan menggulungnya. Revan mendiamkan Yura sambil tertawa.         Dasar iblis..ups....dosa gue ngatain suami sendiri...tapi dia ketawa sudah tau ini gara-gara ulahnya!         Anita ingin mengambil alih Yura namun Revan menggelengkan kepalanya. "Emang kamu bisa?" Tanya Revan sambil menujuk bagian bawah Anita yang masih nyeri. Anita segera meninggalkan Revan yang tertawa sambil menggendong Yura yang sedang menarik pipi Papanya itu. Dasar lebay bisalah...aku masih bisa jalan, dasar duda gila, m***m tak tau diri. Duh...kok gini ya     Anita mencoba berjalan normal walaupun masih sedikit nyeri. Ia melihat Vio yang sibuk memasak sarapan pagi. "Mi, Ita bantu apa Mi?" Tanya Anita sambil melihat masakan maminya. "Mana Revan?" Vio mengaduk supnya "Lagi main sama Yura!" Ucap Anita. "Itu tadi ada telphone dari panitia MTQ di provinsi mana gitu lupa Mami! Dia telepon Papi, minta Revan jadi Juri!" Jelas Vio "Juri apa Mi?" Tanya anita "Lomba ngaji, Revan dulu salah satu pemenang wakil provinsi!" Vio tersenyum bangga Gile pantasan saja Ayah maksa gue nikah sama nih duda ternyata dia pernah lurus juga.         "Kamu takjub ya? Sama Revan?"  Anita menganggukkan kepalanya karena ia akui ia sangat kagum "Kamu tau Revan itu dulunya anak pesantren, tapi semenjak kenal Intan dia yah...jadi begitu tingkahnya!" Maksud mami suka cium-cium wanita-wanita jalangnya? Batin Anita         Revan menggendong Yura yang telah memakai seragamnya. Menuruni tangga dan menuju meja makan. Ia melihat Anita masih memakai pakaian rumah "Ta...ganti baju kamu! Kamu nggak ke kantor?" Tanya Revan "Bajunya kan kotor!" Ucap Anita. "Baju kamu udah aku siapkan!" Revan menunjuk kamarnya.         Anita segera menuju lantai dua dan melihat pakaian yang dipilihkan Revan. Rok panjang dan blezer panjang "Ini namanya baju guru! Argggghhhh!"         Revan berdiri dipintu kamar dan menatap Anita tajam "Kenapa?" Tanyanya dingin "Aku kayak guru pakek pakaiaan kayak gini kak..." Protes Anita "Lalu kamu mau pakek baju apa? Baju kurang bahan lagi?" Anita menatap Revan kesal "itu namanya fashion kakak!" Teriak Anita.         Mendengar teriakan Anita Revan segera menutup pintu dan mendekati Anita. "Pakai atau aku akan meminta Kenzo untuk memecatmu!" Ancamnya.         Dengan sangat terpaksa Anita menuruti keinginannya dan memakai pakaian itu. Anita menekuk bibirnya dan menuju dapur mengambil air dingin di kulkas. "Kenapa Ta,  PMS?" Tanya Vio. "Enggk Mi". "Kamu ini ceroboh itu sprei sampai tembus" Ucap Vio. "Iya Mi, hari pertama!" Ucap Anita berbohong "Tadinya mau Ita bawa pulang,  buat dicuci". Vio tertawa melihat ekspresi Anita yang lucu. Dari cara jalan Anita yang pelan ia bisa menebak apa yang terjadi tadi malam. "Nggk usah nak itu udah di cuci bibi kok!"         Anita bergabung bersama mereka dimeja makan. Davi dan Dava tertawa melihat pakaian Anita. "Ini pasti selera kak Revan, habis jelek banget modelnya!" Davi menunjuk baju Anita.         Anita menggukkan kepalanya."Itu biar mata laki-laki nggk sembarangan  menatap istri orang!" Ucap Revan sambil menggendong Yura dan menarik tangan Anita.  "Lo tu Dai,  nggk pernah berubah.  lo tahukan sifat kakak posesif gila". Ucap Dava.         Devan dan Vio hanya tersenyum melihat tingkah anak sulungnya dan menantunya. Revan dan Anita mengantar Yuri ke sekolah lalu keduanya bergegas ke Kantor. Anita sengaja meminta Revan memberhentikannya agak jauh dari kantor. "Kenapa kamu berhenti disini?" Tanya Revan "Biar kamu nggk malu punya istri jalang kayak aku, kamu malu kan punya istri kayak aku?" Kesal Anita. "Sudah ngomelnya? Turun kalau mau turun atau kau ikut turun di depan lobi kantor bersamaku. Terserah pandangan orang lain aku tidak peduli!" Tegas Revan.         "Enggak....aku mau turun disini saja. nanti pacar  dan penggemar kamu, ngelitin kita dan kamu bakal marah-marah sama aku" Kesal Anita lalu segera membanting pintu mobil.         Revan melihat Anita yang berjalan pelan dan mengikutinya dari belakang. Namun ketika salah satu karyawannya yang bernama Boy menghampiri Anita dan mengajak Anita naik motor bersamanya membuat Revan kesal. Anita menaiki motor Boy dan melaju menuju kantor, ia melihat ke belakang, ada mobil Revan yang masih memantaunya.         Cih...dia bilang nggk menyukaiku, lalu malam tadi minta haknya sebagai suami... Malam nanti jangan harap gue mau tidur seranjang sama dia...dosa biar saja dia juga ntar nggk peduli sama aku kalau pacarnya pulang! Batin Anita           Anita mengucapkan terima kasih kepada Boy dan dia menuju ke ruangannya yang satu lantai dengan Revan. Anita melihat lift sudah penuh dan dia sebenarnya ingin naik lift khusus Ceo. Namun satpam sudah memperingatkanya. Anita melihat Revan masuk ke lift dan ia segera menahan pintu lift agar tidak tertutup dan segera masuk. Tapi saat la melangkahkan kakinya tangannya ditarik satpam dan membuatnya terduduk hingga rok yang dipakainya robek. Revan segera membantu Anita berdiri dan mencoba menutupi belahan rok yang robek sampai ke pinggangnya. Satpam menatap paha Anita yang mulus.           Revan segera menarik Anita bersembunyi di balik tubuhnya. "Biarkan dia naik lift ini dan kau jangan pernah melarangnya!" Ucap Revan dingin. Satpam itu menganggukan kepalanya hormat.         Revan segera menutup lift. "Ini semua gara-gara kamu kak, rok ini robek kau lihat! Aku malu!" Kesal Anita Revan melepaskan jasnya dan berjongkok membalut pinggang Anita untuk menutupi paha Anita.         Revan mengambil poselnya di saku celananya dan menghubungi Mita "Halo Mita sekarang juga kamu beli pakaian kantor untuk Anita dan bawa ke ruanganku!" Perintah Revan tegas. Revan menarik Anita menuju ruanganya. "Duduk!" Perintah Revan Anita mendudukan pantatnya dan melipat kedua tangannya.         Revan menggulung lenganya sampai siku, ia menatap Anita dengan kesal lalu segera menghubungi bagian HRD. "Halo Haris...segera mutasikan Boy bagian Perencanaan ke Surabaya dan promosikan dia mengagantikan pak Dimas dan tarik Dimas ke kantor pusat!" Sambil menatap tajam Anita. Anita terkejut melihat amarah Revan dan mengatakan Boy akan dimutasi sambil menatatapnya.  "Kenapa Boy kau mutasikan?" Tanya Anita kesal. "Dia nggk kompeten!" Ucap Revan dingin. "Boy itu berbakat, dia hanya perlu mengasah perencanaan agar lebih rinci itu saja!" Jelas anita Tanpa mengatakan apapun, Revan menatap Anita kesal dan memfokuskan kembali dengan pekerjaanya.     Dasar gila mana ada karyawan betah sama laki-laki arogan yang bertindak semena-mena sama karyawanya.          Mita masuk dan memberikan paper bag kepada Anita sambil mengedipkan matanya. Anita segera mengganti pakaianya di kamar yang ada dirungan Revan. Kamar dengan tempat tidur yang cukup luas dan kamar ini seperti kamar yang ada di Apartemen Revan. Anita melihat pakaian yang diberikan Mita merupakan pakaian kesukaanya. Baju hijau muda dengan celana belel yang jatuh dan elegan rompi hitam yang sangat manis dan terkesan modis. Revan melihat Anita dengan pakaian yang dibelikanya membuat keningnya berkerut karena potongan d**a Anita yang renda mengekspos belahan dadanya.   "Ganti pakaian itu!" Revan menatap Anita kesal. "Nggk mau!" Anita menatapnya dengan Amarah."Apa kau ingin memerkan dadamu itu?" Anita memutar kedua matanya. "Pokoknya nggk mau!" Kesal Anita Brak.... Revan Menutup pintu ruangannya dengan kasar.          Revan memerintahkan Mita, agar Anita tidak boleh keluar dari ruangannya. Revan sengaja memberikan pekerjaan cukup banyak agar Anita tidak keluar dari ruangannya. Anita kesal dan sengaja pulang naik taxi dan ia mematikan ponselnya. Ia menjemput Yura dirumah mertuanya dan segera pulang ke Apartemen. Anita menyiapkan bahan masakkan untuk makan malam mereka. Ia memasak sup daging, sambal mangga dan ayam goreng kesukaan Yura. Ia melihat jam menujukan pukul 5 sore, biasanya Revan sudah pulang. Ia mengambil ponsel dan segera menghidupkanya. Dan tak lama kemudian Yura mendekatinya menyerahkan ponsel miliknya.  "Ma, Papa mau bicara sama Mama!" Ucap Yura.  "Halo" "Kemana saja kau?" . "Aku menjemput Yura dirumah Mami dan langsung pulang. Emang kenapa? dan nggak perlu teriak-teriak aku nggk tuli!".  "Kenapa ponselmu?"  "Habis batrai...!" "Aku sudah memeriksanya pagi tadi, batrai ponselmu penuh. Jangan coba membohongiku!" "Aku matikan,  puas?" Jujur Anita "Kalau begitu kau tidak usah punya ponsel"  "Kamu kenapa sih? marah-marah nggk jelas, Udah aku mau masak, gangguin aja!" Klik.. Anita       memutuskan sambungan ponselnya dan mendekati Yura yang sedang bermain barbie.        "Sayang mandi ya! tadi Mama lupa mandiin kamu. Sekarang udah sore banget!" Yura menganggukkan kepalanya dan mengikuti Anita kekamarnya.      Revan merasa kesal dengan Anita yang pulang tanpa seizinnya, Ia segera pulang menuju Apartemen. Kekesalannya bertambah karena Anita memutuskan sambungan ponselnya. Ia mencari keberadaan Anita dan Yura, ia tersenyum saat Anita menyisir rambut Yura sambil bernyanyi bersama. "Burung kakak tua hinggap di jendela nenek sudah tua giginya tinggal dua" ucap Anita dan Yura ceria.          Revan mendekati keduanya dan Yura segera mendekati Revan dan memeluknya. "Anak Papa harum sekali udah mandi" Revan mencium kedua pipi Yura.          "Iya Pa...enak dimandiin Mama dinyanyiin..papa kalau mau mandi minta dimandiin sama mama aja biar dinyanyin burung kakak tua!" Ucap Yura semangat.       Waduh nak...jangan dong, Mama disuruh mandiin bekicot iblis ini bukannya mandi ntar dia minta yang lain. Batin Anita          Yura melepaskan pelukannya dan berlari ke ruang depan bermain dengan boneka barbienya. Revan mendekati Anita dan tersenyum sinis. "Burung kakak tua? Apakah kau merasa milikku sudah tua? Bukannya tadi malam kau mengatakan lagi kak...lagi cepat kak...!" Ucap Revan sinis.         "Dasar gila...itu cuma lagu, Apa kau tidak pernah merasa kecil dan mendengar lagu burung kakak tua? Dasar piktor!" Anita meninggalkan Revan namun tangan Revan berhasil meraih tanganya.          "Jangan pernah pergi tanpa seizinku!" Menarik Anita hingga jarak mereka semakin dekat. "Suka-suka aku dong, Aku bukan bekerja diperusahaanmu, dan aku pulang karena Yura!" Revan melepaskan tangannya dan segera membuka bajunya.          "Ta...mandikan aku! Tapi nggk usah pake nyanyi burung kakak tua, tapi burung kakak saja yang jadi..!" Ucapan Revan segera dipotong Anita.         "Dasar gila! Jangan harap aku mau melakukan hal kayak gituan seperti semalam!" Ucap Anita meninggalkan Revan yang tertawa.          "Hahaha, lagi kak lagi hmmmmm...terus...hahahaha!" Goda Revan. Anita menghentak-hentakan kakinya karena kesal dengan sikap Revan. Revan menyeka keringatnya karena masakan Anita yang begitu nikmat. Ia melirik Anita yang sibuk menyuapi Yura makan. Sungguh pemandangan yang mengharuhkan. Melihat Yura dan Anita layaknya ibu dan anak kandung. Yura benar-benar beranggapan jika Anita adalah ibu kandungnya. Lamunan Revan terganggu saat suara ponselnya dan ia melihat nama Shelo tertera di ponselnya. Ia segera menjauh dari Anita dan Yura. Anita berdecak kesal melihat tingkah Revan yang meninggalkannya dan Yura demi mengangkat ponselnya.        Pasti dari pacarnya! Dasar playboy... Rasanya ingin sekali aku menonjok muka Revan yang menyebalkan itu. Batin Anita. Anita mengajak Yura untuk tidur karena jam tidur Yura adalah jam 8 malam.         Sebelum tidur Yura biasanya dibacakan cerita oleh Anita, Revan atau Omanya. Anita membacakan cerita putri salju. Yura mendengarkan cerita  sambil berbaring. Anita mengusap punggung Yura dan ikut berbaring. Revan setelah menerima telepon dari Shelo, ia langsung ke ruang kerjanya dan melakukan pengecekkan beberapa file dari perusahaan yang ia miliki. Sebagai seorang Ceo perusahaan Dirgantara ia sangatlah sibuk, dan bisnisnya saat ini telah merambah pangsa Asia dan keinginan terbesarnya yaitu bisnisnya bisa mencapai Eropa.        Revan melihat jam menujukan pukul sebelas, Ia memutuskan untuk kembali ke kamar. Revan mencari keberadaan Anita yang tidak tidur dikamar mereka. "Kemana dia?" Gerutu Revan dan segera mencari keberadaan Anita         Revan melihat yura telah tertidur pulas bersama Anita. Ia  mendekati kedua wanita yang berada dihidupnya dan menjadi tempatnya pulang. Ia menggendong Anita dan membawanya kekamarnya. Revan membaringkan Anita dan ikut tidur disamping Anita. Ia mematikan lampu dan menghidupkan lampu tidur. Ia tahu dari kenzo jika Anita tak bisa tidur jika semua lampu dipadamkan. Anita merasakan kecupan-kecupan ditubuhnya dan terkejut saat Revan mencium bibirnya. Ingin sekali rasanya Anita memukul kepala Revan sekarang juga namun tenagannya seakan hilang mencair karena sentuhan nakal Revan. Menjelang pagi, Revan membangunkan Anita dan seperti biasa Anita tidak akan terbangun. Revan segera memencet hidung Anita sehingga Anita sulit untuk bernapas. "Apa yang kau lakukan!" Teriak Anita kesal dan segera duduk "Jadi sekarang kau mau terang-terangan merayuku!"ucap Revan.         Anita terkejut mendengar ucapan Revan dan melihat ia tidak memakai apapun ditubuhnya. Ia ingat jika ia tidur dikamar Yura dan ia ingat jika semalam ia bermimpi sedang begituan dengan Revan. Dan ternyata...jeng...jeng..mimpi itu benar.         "Dasar m***m kenapa kau membawaku ke kamar ini dan bisa tidur bersamamu? Aku sudah bilang aku nggk mau lagi begituan!" Kesal Anita.         Revan mengangkat bahunya tak peduli dan meninggalkan Anita yang menatapnya penuh amarah. Revan pagi-pagi sekali telah pergi ke kantor. Amarah Anita kepada Revan dianggap angin lalu oleh Revan. Anita sengaja memancing kemarahan Revan dengan memakai pakaian ketatnya. Anita memasuki lobi kantor dengan memakai kemeja biru laut dan rok coklat beserta sepatu yang warnanya senada dengan bajunya, tak lupa ia memakai kacamata hitam di hidung mancungnya. Rambut kuningnya tergerai indah. Ia tersenyun ketika para karyawan lain menyapanya ramah. Namun ada juga wanita-wanita penggemar Revan yang secara terang-terangan menyatakan perang padanya.        Bu Dina, manager pemasaran dengan lancang mengatakan jika Anita salah satu p*****r peliharaan Revan karena melihat baju-baju mahal yang dikenakan Anita. Dina wanita 33 tahun itu mengancam Anita akan memberitahukan istri Revan dan  Anita menanggapinya  dengan  tertawa terbahak-bahak.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN