BAB 3 – Pertemuan

1294 Kata
Adu mulut terus terjadi. Orang-orang semakin ramai menonton kejadian tersebut. Pria kemayu itu tetap bersikeras minta ganti rugi, sementara Juleha mencari-cari alasan agar tidak perlu mengganti rugi mobil pria itu. “Heh, gadis tarzan. Kamu sudah membuang-buang waktu aku yang begitu berharga.” Pria kemayu itu mengambil gawaynya dan mengambil foto sebagai barang bukti. Ia mengambil gambar bagian belakang mobilnya yang ringsek, mengambil gambar kendaraan milik Juleha yang memperlihatkan nomor plat yang sangat jelas, dan terakhir, pria itu mengarahkan kamera ponselnya ke wajah Juleha. Cekrek ... Pria itu berhasil mengambil gambar Juleha. Posenya pas ketika wanita itu tengah menganga. “Hei, apa-apaan lu banci kaleng ... untuk apa lu ngambil-ngambil foto gue.” Juleha marah dan berusaha meraih ponsel pria kemayu itu. “Aku akan buat laporan di kepolisian.” Sang pria kemayu segera berlalu dan masuk ke dalam mobilnya. Dengan cepat, ia segera meninggalkan tempat itu. Ia tidak ingin mempermalukan dirinya lebih lama lagi dengan berdebat dan bertengkar dengan wanita tomboi yang tidak ia kenal sama sekali. “HEY, TUNGGU ... BANCI KALENG JANGAN KABUR LU ....!!” Juleha berteriak, namun diabaikan oleh pria itu. Pria itu tetap berlalu meninggalkan Juleha yang masih kesal dan uring-uringan. Juleha benar-benar kesal, ia juga sedikit khawatir. Khawatir kalau-kalau pria tadi benar-benar akan melaporkannya kepada polisi. Bisa-bisa dia diomelin lagi oleh atasannya. Walau demikian, ia harus tetap meninggalkan tempat itu. tidak mungkin’kan ia harus berada di sana selamanya? *** Juleha sudah sampai di halaman rumahnya. Ia menekan langkah kasar menuju pintu rumahnya, dan membuka pintu utama dengan keras lalu membantingnya dengan kasar. “Meledak ... meledak ... meledak ... haduh, astagfirullah ... Leha, apa-apaan lah kau ini. Mau kau papamu mati karena serangan jantung, ha?” Edo yang tengah melihat vidio penyerangan yang terjadi di Gaza, begitu kaget mendengar suara pintu yang dihempaskan Juleha. Pria latah itu pun tak kuasa menahan kebiasaan latahnya. “Aku lagi kesal, Pi. Jadi papi jangan macam-maca dulu sama aku.” Juleha duduk di sebelah ayahnya. Wanita itu melipat tangannya ke d**a, bibirnya monyong dan bergerak-gerak kecil. “Hahaha ... apa-apaanlah kau ini. Mulut sudah kayak itik yang sedang mencari bini.” Edo menggoda putrinya. Ia meremas-remas bibir putrinya yang memang sangat menggmaskan. “Papi ... aku beneran lagi kesel. Lihat ni, sikuku lecet.” Juleha yang begitu manja memperlihatkan sikunya yang memang sedikit memar. “Ah, kau itu berlebihan lah Juleha ... luka sedikit macam begini pun sebentar lagi juga sembuh. Biasanya kau dapat luka yang lebih parah dari ini.” Edo memukul lembut siku Juleha yang memar. “Auuhh ... papi ... kenapa papi malah pukulin siku aku. Sakit tau, Pi ....” Juleha mengusap-usap sikunya itu. Edo memeluk putrinya, hangat. Walau sikap juleha sering nyeleneh dan terkadang kasar, namun pria itu tetap mencintai putri semata wayangnya itu. Ia begitu mencintai Juleha sehingga sering memperlakukan putrinya itu seperti anak kecil. Bagi Edo, sampai kapan pun, Juleha tetap gadis kecilnya yang imut dan lucu. “Sudahlah, tak perlulah kau kesal-kesal begitu. Nanti hilang cantiknya tu.”Edo menghibur putrinya. “Eehh ... ada acara apa ni pakai peluk-pelukan segala. Ada apa dengan putri mama. Biasanya kalau sudah begini, kalau tidak karena ada maunya, pasti karena ada apanya?” Aminah mendekati dua orang yang begitu ia cintai, lalu duduk di sebelah Juleha. Juleha beralih masuk ke dalam pangkuan tubuh tambun ibunya. “Mami ... lihat ni, sikuku lecet lagi.” Juleha merajuk dan mengadu pada ibunya. “Halah, luka sedikit seperti ini mah kecil buat mama ... memangnya apa yang sudah lu lakuih, Leha?” “Aku habis nabrak mobil orang, Lagi.” “APA?” Aminah dan Edo sama-sama kaget dan berpura-pura pingsan. “Tuhkan? Pura-pura lagi. Leha nggak mau tau, itu orang minta ganti rugi, Mi ... Pi ... Leha minta transferan untuk mengganti kerusakan mobil itu, ya?” Juleha memperhatikan ke dua orang tuanya yang memang jelas tampak tengah berpura-pura. “Okay, kalau mami tidak mau membantu Juleha. Juleha akan membatalkan pertemuan kita nanti malam sama tate Wiwik.” Juleha mengancam. Aminah segera tersadar dan bangkit dari kursinya, “Baiklah, jangan batalkan pertemuan nanti malam, mama dan papa akan mengirim uang untuk mengganti kerusakan mobil yang sudah lu tabrak itu.” “Gitu dong, dari tadi kek. Malah pakai acara pura-pura pingsan, hahaha. Aku cinta mami dan papi.” Juleha mencium pipi Edo dan Aminah, kemudian berlalu menuju kamarnya. *** Akhirnya, malam yang di tunggu-tunggu itu pun datang. Aminah sudah memilihkan gaun cantik untuk putrinya. Malam ini, putrinya harus terlihat sangat cantik dan bersinar. “Mi ... harus ya pakai baju kayak gini. Aku nggak nyaman, Mi. Aku mau pakai celana saja.” Juleha mendekati lemarinya dan mulai mencari pakaian yang lain. “Leha, mama kagak nerima penolakan ye ... lu harus pakai baju ini dan dandan yang cantik. Lu bakal ketemu calon laki lu, jadi jangan aneh-aneh.” Aminah memegangi lengan putrinya. Juleha kembali tidak punya pilihan selain menuruti kemauan ibunya. Pasalnya, Aminah sudah mengancam. Jika Juleha tidak mau menurut juga, maka namanya akan dicabut dari daftar ahli waris tunggal. Setelah Aminah selesai mendandani putrinya, mereka berdua pun keluar dari kamar itu. Juleha sungguh berubah. Ia tampak sangat cantik dan memesona di balik gaun yang sudah dipilihkan ibunya. Aminah juga piawai memoles wajah putrinya itu sehingga Juleha tampak semakin bersinar. “Alamak ... Kaukah itu Leha? Cantik kali anak papa ini. Persis wajah papanya.” Edo terpesona menatap putrinya. “Persis wajah papanya dari hongkong, jelas-jelas Leha mirip ame mamanye. Lihat tu, cantik ... tinggi ... langsing ....” Aminah memutar-mutar tubuh putrinya kesayangannya itu. “Hahaha ... mirip mamanya? Tinggi dan langsing? Hahaha ... Kiamat dunia .....” Edo tertawa terbahak-bahak. Juleha memang tinggi dan langsing, tapi kalau di bilang mirip sama ibunya? Impossible. Aminah mendekati suaminya seraya berkacak pinggang, “Maksud papa apa ngomong begitu. Jadi mama nggak cantik? Nggak cantik kenapa papa mau?” Aminah memegangi kerah suaminya, netranya menatap tajam netra suaminya. Edo seketika terdiam dan mulai menggombali istri tercintanya. “Ah ... mama ini, Mama itu adalah wanita tercantik di dunia. Lihatlah, bibirnya saja seksi. Gincunya merah menyala, udah kayak ruko kebarakan. Tubuhnya? Aduhai ... bak gitar yang habis di banting-banting ... seksi.” “Papa memuji apa meledek?” Aminah semakin memperkeras cengkramannya. “Ya memujilah. Kalau mama tidak cantik, dan kalau papa tidak cinta. Tidak mungkin papa akan bertahan hidup dengan mama. Hehehe.” Edo tertawa ringan seraya terus menatap wajah istrinya. Aminah terpedaya, wanita tambun itu segera melepaskan cengkramannya dan balik mengelus-elus pundak suaminya. “Mama ... mama juga cinta sama papa.” Aminah merona. “Ehem ... ehem ... jadi pergi nggak ni? Kalau enggak, Leha mau tidur aja lagi.” Juleha memecah suasana romantis antara ibu dan ayahnya. “Eh, iye ... iye ... ayo dach berangkat, nanti bu Wiwik kelamaan menunggu kite.” Aminah segera berlalu, disusul Edo dan Juleha. Sesampainya di restoran yang di maksud, Aminah dan keluarganya segera menyusul meja yang sudah dipesan Wiwik. “Hai, Jeng ... apa kabar?” Aminah memeluk dan mencium pipi calon besannya itu. “Hai ... Baik. Mana putrimu yang katanya cantik bak bidadari itu?” Wiwik begitu bahagia bertemu dengan sahabat lamanya. “Ini anak saya, namanya Julia Shasmita, dia seorang polisi wanita.” Dengan bangga, Aminah memperkenalkan putrinya kepada Wiwik. “Wah ... cantik sekali. Benar, putrimu cantik banget. Cocoklah sama putraku.” Wiwik mengelus lembut wajah Juleha, ia terpesona. “Mana Bambang, putramu itu?” “Sebentar, dia sedang ke toilet.” “Mama, apa ini keluarga wanita yang akan mama jodohkan sama aku?” tiba-tiba Bambang datang dan sudah berdiri di belakang Juleha. Juleha merasa tidak asing dengan suara itu. Ia menoleh ke belakang, dan ternyata dugaannya benar. Bambang adalah pria kemayu yang sudah ribut dengannya tadi sore. Pria pemilik mobil yang sudah ia tabrak.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN