“Bagaimana? Kamu sudah melakukannya?” tanya Rudi langsung begitu Aletta baru saja datang bersama dengan Satya.
“Sudah, aku sudah melakukan sesuai dengan keinginan Papa,” jawab Aletta tegas membuat Tyas meringis. Sedangkan Anggara memukul meja dengan cukup keras karena tak suka.
“Mana buktinya kalau kamu sudah melakukannya?” tanya Rudi yang masih belum percaya dengan putrinya itu.
“Tanya saja pada Satya, dia ikut menemaniku,” jawab Aletta lagi membuat semua orang menatap Satya.
“Benar Pak, Nona Aletta sudah melakukannya. Ini surat dari klinik tersebut, kami sengaja memilih tempat terpencil yang cukup jauh supaya aman. Kami sudah pastikan mereka akan diam dan tak mengenal Nona Aletta,” kata Satya menjelaskan sambil memberi surat. Rudi membukanya dan membaca surat tersebut lalu menganggukkan kepalanya paham.
“Baik, Papa percaya sama kamu. Ini aja rahasia kita saja, jikalau ada orang lain yang tahu maka itu dari kalian. Anggap hal ini tak pernah terjadi sebelumnya, jangan melakukan hal bodoh lagi Aletta atau kamu akan menyesali perbuatanmu itu. Papa mengampunimu karena kamu mau menikah dengan anaknya Orlando, jika tidak Papa akan menghukummu. Jika kamu sangat ingin mempunyai anak, beri Papa cucu dari Regan. Bukan dari pria yang tak jelas asal usulnya dan statusnya,” sarkas Rudi membuat Aletta melihat ke arah Satya sejenak ingin melihat bagaimana respon pria itu. Namun Satya sangat pintar mengendalikan dirinya sehingga tak ada yang mencurigakan darinya.
“Apa perlu Papa melakukan hal sejauh ini juga untuk Aletta?” tanya Anggara marah.
“Lalu harus bagaimana? Kamu mau keluarga kita menanggung malu karena perbuatan rendahan yang dilakukan adikmu itu? Papa tidak akan bisa terima siapapun merusak keluarga kita dan bisnis kita. Selama kamu dan Aletta masih anak Papa, kalian harus mendengar apa yang Papa katakan. Kecuali kalian bukan anak Papa, silahkan melakukan apapun sesuka hati. Aletta, apa kamu paham? Jangan melakukan hal bodoh lagi, Satya saya juga akan keras dengan kamu! Sekali lagi kamu gagal menjaga putriku kamu bukan hanya saya pecat, tapi akan saya pastikan kalau kamu akan menderita. Kamu bisa selamat karena Aletta yang menyelamatkanmu,” tegas Rudi pada Satya.
“Siap Pak,” jawab Satya keras. Sedangkan Aletta menghela napasnya kasar tak suka dengan situasi itu.
“Bersiaplah, malam ini kita akan bertemu dengan keluarga Orlando. Jaga sikapmu, jaga penampilanmu juga jangan buat malu. Ingat, kamu sudah berjanji akan menikah dengan Regan. Kita akan membahas tentang pernikahan kalian malam ini,” tegas Rudi.
“Ya,” jawab Aletta cuek sambil naik ke atas menuju kamarnya yang ada di rumah orangtuanya itu.
Ia sangat yakin pakaiannya juga sudah disiapkan, maka itu ia tak perlu memikirkan pakaian apa yang akan dipakainya. Begitu masuk ke dalam kamar benar saja bahwa pakaiannya sudah disiapkan. Tanpa pikir panjang Aletta langsung saja menyiapkan diri karena tak mau kembali ribut dengan Papanya itu.
***
“Nona Aletta, Pak Rudi meminta Nona untuk turun sekarang,” kata Satya sambil mengetuk pintu kamar wanita itu.
“Sebentar!” teriak Aletta.
Wanita itu memakai sepatunya dan langsung saja membuka pintu kamarnya. Satya tertegun melihat Aletta yang terlihat sangat berbeda, menggunakan gaun berwarna hijau tosca dan sedikit riasan membuat Aletta sangat cantik. Wanita itu memakai sepatu hills yang cukup tinggi membuat Satya akhirnya sadar dan berdecak.
“Apa kamu nggak bisa ganti sepatu kamu? Lihat sepatu kamu cukup tinggi, bagaimana kalau kamu jatuh dan itu membahayakan kandungan kamu?” tanya Satya dengan marah.
“Kecilkan suaramu, bagaimana kalau ada yang mendengar? Ingat kita berada dimana sekarang,” balas Aletta kesal. “Ini sepatu yang sudah disiapkan untukku, mereka akan bingung kalau aku tak memakainya. Tenang saja, aku akan berhati-hati. Lagi pula ada kamu yang akan menjagaku, bukan begitu?” tanya Aletta membuat Satya tertegun dengan pertanyaan itu. “Sudahlah, ayo turun. Apa pria itu sudah datang?” tanya Aletta sambil turun dan Satya dengan sigap tepat berdiri di belakangnya.
“Sudah bersama dengan keluarganya,” jawab Satya sambil memperhatikan langkah Aletta takut kalau Aletta akan jatuh. Begitu di ruang makan Satya langsung menarik kursi untuk Aletta duduk tepat di samping Tyas.
“Kamu sangat cantik,” puji Regan yang tepat berada dihadapannya. Aletta tak menjawab, ia hanya tersenyum simpul karena tak mau berbasa-basi. Rudi meminta Satya untuk pergi meninggalkan mereka.
“Jika butuh sesuatu bisa panggil saya Nona,” kata Satya pada Aletta. Setelah itu pria tersebut pergi dan makan malam segera dimulai. Aletta hanya diam saja menikmati makanannya tanpa banyak bicara. Ketika ditanya ia akan menjawab, namun setelah itu ia hanya diam.
“Kita semua tahu bahwa pertemuan malam ini akan membahas rencana pernikahan Aletta dan Regan,” kata Rudi yang memulai pembicaraan setelah makan malam tersebut berakhir.
“Benar, aku sudah tak sabar melihat anak-anak kita menikah. Aku tak sabar mempunyai cucu dari mereka dan rencana bisnis kita juga berjalan dengan lancar,” kata Orlando menimpali. Aletta yang sedang minum teh itu terbatuk ketika Orlando membahas soal cucu.
“Kamu gapapa Aletta?” tanya Erni, Mama dari Orlando.
“It’s okay,” jawab Aletta santai sambil menyeka bibirnya dengan tisu.
“Bagaimana kalau pernikahannya dipercepat saja? Tak ada yang perlu ditunggu lagi, kedua anak kita sudah setuju. Untuk gedung bisa memakai gedungku, untuk persiapan semuanya kita juga bisa atur karena punya rekan bisnis untuk itu. Bagaimana kalau pernikahannya dipercepat saja kalau minggu depan bagaimana?” tanya Rudi.
“Aku setuju,” jawab Orlando.
“Kita tanya bagaimana tanggapan anak-anak kita. Bagaimanapun ini perniakahn mereka, apa tak masalah kalau kalian menikah minggu depan?” tanya Erni.
“Aku nggak masalah, lebih cepat lebih baik. Aku juga sudah nggak sabar menjadikan Aletta sebagai istriku, hidup berdua bersamanya sampai menua,” jawab Regan sambil menatap Aletta lekat dan tersenyum membuat para orangtua tertawa kecuali Tyas yang paham dengan perasaan anaknya. Bahkan Anggara saja memasang wajah kesalnya.
“Bagaimana Aletta?” tanya Erni dan kini semua pandangan tertuju padanya.
“Aku ikut suara terbanyak saja,” jawab Aletta pada akhirnya.
Semua orang berteriak kesenangan setelah Aletta memberikan jawaban. Aletta benar-benar tak peduli kapan pernikahan itu akan digelar, baginya cepat atau lambat ia akan tetap menikah dengan pria tersebut. Justru lebih cepat lebih baik supaya rencana bisnis tersebut berjalan dengan baik. Jika sudah berjalan maka akan semakin juga rencananya berjalan.
“Baik, karena semuanya pada setuju. Para Mama akan membantu menyiapkan semuanya dengan sekretaris kita. Aku yakin anak-anak kita butuh bantuan untuk itu,” kata Orlando dan Erni menganggukkan kepalanya setuju.
Sedangkan Tyas langsung saja menggenggam tangan Aletta membuat wanita itu menoleh dan tersenyum pada Mamanya. Setidaknya Aletta tahu bahwa ada Mamanya yang mengerti situasinya. Sedangkan Anggara juga melakukan hal yang sama, di bawah meja Anggara juga menggenggam tangan Aletta sama seperti yang dilakukan Tyas.
Wanita itu juga tersenyum pada abangnya, setidaknya dua anggota keluarganya saat ini memihaknya membuat Aletta sedikit lega. Begitu acara pembahasan pernikahan selesai Aletta dan Regan diminta untuk meninggalkan ruang makan agar mereka bisa bicara berdua. Maka mereka memilih taman belakang dan Satya ada di sana. Aletta langsung saja mendekati Satya karena tak mau berdua saja dengan Regan.
“Kenapa ada di sini? Pergilah,” usir Regan pada Satya.
“Kenapa mengusirnya? Biarkan aja dia di sini, Satya pengawalku,” tegas Aletta.
“Aku mau bicara sama kamu, mereka juga minta untuk kita saling mendekatkan diri. Apa aku salah?” tanya Regan dengan lembut membuat Aletta tertawa dan melipat tangannya di depan d**a.
“Benar, mereka minta seperti itu. Tapi nggak perlu dilakukan juga nggak akan masalah, kan? Lagi pula gue nggak mau ngobrol berdua sama lo. Jadi kalau ada yang mau dibahas silahkan, biarkan Satya mendengar. Lagi pula dia gue juga nggak mau mendekatkan diri sama lo,” tegas Aletta.
“Kita sudah mau menikah, tolong diubah cara bicaranya. Apa kamu akan tetap pakai lo-gue setelah menikah? Belajar dari sekarang,” pinta Regan membuat Aletta tertawa dengan keras.
“Lo benar-benar lucu. Suka-suka gue mau gimana, lo nggak berhak ngatur gue. Lo nggak lupakan pernikahan ini hanya karena demi binis keluarga kita,” tegas Aletta.
“Jadi apa yang buat kamu akhirnya berubah pikiran? Kenapa kamu mau nikah sama aku?” tanya Regan penasaran.
“Bukan urusanmu,” jawab Aletta ketus dan hendak pergi. Namun Regan menahan lengan Aletta membuat wanita itu menoleh.
“Apapun itu alasan kamu, aku senang karena kita akan menikah. Aku senang kamu akan jadi istriku, akan aku pastikan kamu akan hidup bahagia sama aku. Aku juga akan buat kamu jatuh cinta sama aku dan bisa terima aku,” tegas Regan. Aletta sempat tertegun dengan perkataan Regan, namun wanita itu segera menepis tangan Regan dan pergi meninggalkan pria itu. Satya mengikuti Aletta kemana wanita itu pergi.