1. BCP - Tidur Bersama
“Apa Anda belanja akan lama Nona?” tanya pria matang yang berada di belakang Aletta itu. Wanita itu langsung saja berhenti berjalan dan berbalik menatap pria tinggi yang mempunyai tubuh tegap itu. Aletta menatapnya tajam dan melipat tangannya di d**a.
“Kenapa? Mau mengaturku?” tanya Aletta dengan sarkas.
“Saya hanya ingin mengingatkan bahwa Nona ada acara makan malam hari ini bersama dengan Pak Rudi. Keluarga dari calon suami Nona juga akan hadir dalam makan malam tersebut.” Aletta menghentakkan kakinya dan berdecak kesal, lalu kembali berbalik dan melanjutkan perjalanannya.
“Aku tak akan datang, aku benci perjodohan itu. Kamu jelas tahu bahwa aku mempunyai kekasih, kalau kamu jadi aku apakah kamu mau dijodohkan seperti itu?” Pria itu hanya diam.
“Saya hanya mengingatkan saja Nona, saya hanya mengikuti perintah saja,” jawab pria itu dengan tenang membuat Aletta kesal.
“Diamlah, tugasmu hanya sebagai supir dan pengawalku saja. Tak perlu ikut campur dengan urusan pribadiku,” kata Aletta dengan kesal.
Wanita itu masuk ke dalam salah satu toko yang memang terkenal dengan barang brandednya. Gladys, teman dari Aletta sudah lebih dahulu di dalam. Keduanya sibuk belanja sedangkan pria itu menunggu di depan, namun pandangannya tak pernah lepas dari Aletta untuk memastikan bahwa wanita itu aman. Setelah belanja keduanya langsung saja membayar belanjaan mereka.
“Setelah ini kita pergi makan atau belanja lagi?’ tanya Gladys.
“Bagaimana kalau kita membeli lingerie? Aku lihat ada yang baru saja keluar,” kata Aletta dengan semangat. Gladys tertawa mendengarnya.
“Untuk apa membelinya tapi tak bisa dipakai di depan kekasihmu? Seharusnya lo bisa pakai dan menggoda Leon,” ejek Gladys membuat Aletta berdecak.
“Aku akan memakainya nanti tenang saja. Untuk sementara biarkan aku memakainya untuk diriku sendiri,” ucap wanita itu bangga.
Keduanya masuk kembali ke dalam toko yang menjual pakaian dalam wanita, pria tersebut kembali menunggu di depan sambil memastikan bahwa Aletta aman. Setelah memilih beberapa lingerie mereka kembali membayarnya. Begitu berjalan keluar langkah kaki Aletta berhenti ketika melihat pria yang cukup dikenalnya sedang bermesraan dengan seorang wanita.
Pria itu akhirnya tak sadar namun begitu melihat Aletta, pria itu berhenti dan melepaskan tangan wanita yang ada di sampingnya itu. Pria itu mendekat dengan senyuman yang tak merasa bersalah. Aletta langsung saja mendekat dan langsung menampar pipi kekasihnya itu.
“b******k! Ini yang lo lakukan di belakang gue?” teriak wanita itu marah.
“Baby! Jangan marah, ini nggak seperti yang kamu lihat. Sepertinya kamu salah sangka, ini saudaraku,” kata pria itu berusaha membela dirinya sendiri.
“Apa maksud kamu saudara Leon? Dia siapa? Gue pacarnya, lo siapa?” tanya wanita yang ada di samping pria bernama Leon itu.
“Sudah berapa lama kalian pacaran?” tanya Aletta dengan berani.
“Satu tahun,” jawab wanita itu dengan berani.
“Dasar murahan!” teriak Aletta sambil menampar pipi wanita itu.
“Baby, sudah jangan seperti itu. Dia bukan pacarku, kamu harus percaya sama aku,” mohon Leon. Pria itu hendak memegang tangan Aletta namun wanita itu langsung saja bergerak mundur dan menampar pipi pria itu kembali.
“Gue percaya dengan apa yang dilihat, kalau lo bosan harusnya bilang dan akhiri hubungannya sama gue b******k! Sia-sia dua tahun gue selama ini sama lo! Mulai dari sekarang kita putus,” desis Aletta. Wanita itu mengambil kunci mobil yang ada di kantong pria itu dan mengambil dompet pria itu.
“Baby, kamu mau apa?” tanya Leon panik.
“Mau mengambil barangku. Mobil yang lo pakai dan kartu yang lo pakai itu punya gue. Asal lo tahu kalau pacar lo ini sebenarnya miskin, dia bisa kayak gini karena gue! Ambil aja sampah kayak gini,” ejek Aletta. “Buka baju lo,” kata Aletta marah.
“Baby, jangan ak—“
“Buka! Itu juga baju dari gue beserta celananya!” desis Aletta. “Satya, paksa dia untuk membuka pakaiannya,” kata Aletta memerintah pengawalnya itu. Satya langsung saja mendekat, namun Leon membuka pakaiannya sendiri dengan beberapa orang yang melihat mereka. Kini Leon tak lagi memakai apapun dibagian atas dan dibagian bawah hanya memakai boxer saja. “Bawa pakaiannya dan bakar,” kata Aletta lagi pada Satya. Setelah mengatakan itu Aletta langsung saja pergi dan disusul oleh Gladys dan Satya.
“Lo mau kemana?” tanya Gladys sambil berusaha mengejar Aletta.
“Gue butuh pelampiasan, lo mau ikut gue?” Gladys menganggukkan kepalanya. Mereka menuju parkiran dan Satya langsung saja membawa mereka pergi dari sana.
“Bawa gue ke tempat biasa, lo pasti tahu maksud gue apa!” suruh Aletta dengan sarkas.
“Tidak bisa nona, malam ini anda harus pe—“
“Persetan dengan makan malam! Gue nggak peduli! Bawa gue pergi sekarang b******k! Kalau lo nggak mau turun sekarang supaya gue bisa pergi sendiri! Lo itu pengawal gue yang tugasnya buat ngejaga gue bukan mereka!” teriak Aletta dengan keras membuat Satya diam.
Pria itu tak lagi melawan dan langsung menuju tempat yang dimaksud oleh Aletta. Begitu sampai Aletta langsung saja turun bersama Gladys. Satya yang baru saja parkir sedikit kewalahan harus mengejar Aletta yang sudah masuk terlebih dahulu.
“Nona tunggu!” teriak Satya.
Namun Aletta tak mendengar, wanita itu terus saja berjalan masuk dan menerebos orang-orang yang sudah mulai memenuhi tempat tersebut. Aletta langsung saja memesan beberapa minuman yang cukup banyak dan kadar alcohol yang cukup tinggi. Aletta langsung saja meneguknya dengan cepat.
“Kenapa tak minum?” tanya Aletta pada sahabatnya itu.
“Gue takut mabuk, lo tahu orangtua gue gimana. Jangan terlalu banyak minum, lo nggak perlu hancur untuk pria kayak Leon,” kata Gladys menasehati.
“Apa kurangnya gue Dys? Apa yang gue nggak bisa kasih ke dia? Mobil, uang semua gue kasih buat dia. Bahkan gue setia dan bisa terima dia apa adanya, tapi kenapa dia selingkuh dari gue? Di mana letak kesalahan gue?” tanya Aletta sambil meracau.
“Ini bukan salah lo, dia aja yang kurang bersyukur. Lo nggak perlu menangisi pria kayak Leon.” Aletta tak lagi menanggapi, dengan cepat wanita itu meneguk minumannya.
“Nona cukup, Nona sudah minum cukup banyak,” kata Satya sambil menarik botol yang dipegang oleh Aletta. Namun wanita itu berdecak kesal karena aksinya diganggu.
“Jangan ganggu gue, lo hanya perlu diam dan ngelindungi gue. Jangan ikut campur, kembalikan!” desis Aletta sambil menarik botol yang ditangan Satya.
Pria itu menghela napasnya kasar, setelah menghabiskan minumannya Aletta membuka kemejanya dan melemparnya asal sehingga meninggalkan tank top miliknya. Lalu bergabung dengan yang lainnya untuk menari. Aletta meliuk-liukkan tubuhnya mengikuti music. Gladys hanya bisa berdecak kesal melihat sahabatnya itu.
“Lebih baik Mas Satya bawa Aletta pulang sekarang, lihat para lelaki itu sudah mulai mendekati Aletta,” kata Gladys pada pengawal Aletta itu.
Tiga orang pria memang sudah mendekati Aletta dan mulai ikut menari mendekati Aletta. Wanita itu tertawa dengan keras dan para pria itu sudah mulai berani menyentuh Aletta membuat Satya langsung saja mendekat dan menarik Aletta. Wanita itu memberontak lalu Satya menggendongnya dengan paksa. Aletta memukul Satya namun pria itu tak peduli. Satya mengambil tas milik Aletta serta pakaian milik Aletta.
“Saya akan membawanya pulang, kamu bisa membayarnya?” tanya Satya dan Gladys langsung saja menganggukkan kepalanya.
“Lepaskan aku b******k!” Aletta terus saja memukul Satya, namun pria itu tak bergeming sama sekali.
Setibanya di parkiran Satya memasukkan Aletta dikursi belakang beserta dengan barang-barangnya lalu membawanya pergi dari sana. Di dalam mobil Aletta terus saja meracau dan menggeliat gelisah. Satya hanya bisa melihatnya dari kaca. Satya tak membawa Aletta pulang ke rumah orangtuanya, pria itu membawa Aletta ke apartment milik Aletta.
Dengan susah payah Satya membawa Aletta, pria itu menggendong Aletta yang juga minta untuk dilepaskan. Aletta memang tinggal sendirian di apartementnya, Satya mempunyai kunci aksesnya sendiri untuk masuk ke dalam apartement milik Aletta itu.
Maka mudah bagi Satya membawa wanita itu masuk. Begitu sudah masuk Satya langsung saja membaringkan Aletta ke tempat tidur, setelah itu ia keluar dari sana. Satya menghela napasnya panjang begitu menyelesaikan tugasnya. Satya menuju dapur mengambil segelas air dan meneguknya dengan cepat.
Tiba-tiba Aletta kembali keluar dari kamarnya dengan membawa botol wine yang sudah habis setengah. Satya membelakkan matanya terkejut melihat Aletta yang hanya memakai lingerie. Satya adalah pria dewasa yang normal, ketika melihat Aletta hanya memakai lingerie sudah pasti ada yang bereaksi di dalam dirinya.
“Nona, apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Satya. Aletta tertawa lalu mendekati pria itu dan menyerahkan botol wine miliknya pada pria itu.
“Minumlah,” suruh Aletta pelan.
“Nona aku ti—“
“Minum Satya! Aku memintamu untuk meminumnya,” tegas wanita itu. Aletta jarang memanggil namanya, entah mengapa Satya merasa aneh begitu Aletta menyebutkan namanya. Satya menuangkan wine tersebut ke dalam gelas lalu meminumnya. “Semuanya, habiskan,” sentak Aletta lagi.
Satya akhirnya mengikuti keinginan Aletta dan meminumnya sampai habis. Aletta tertawa dengan keras melihat Satya yang sudah menghabiskannya itu. Lalu wanita itu membuka lemari yang ada di belakang Satya dan mengeluarkan dua botol wine kembali dan membawanya ke depan. Satya mengikuti Aletta dan wanita itu sudah meneguknya kembali.
“Nona sudah cukup, jangan minum lagi.”
Pria itu berusaha mengambil botol tersebut namun Aletta tak mau sehingga tumpah pada membasahi kemeja milik Satya. Wanita itu tertawa dengan keras lalu meletakkan botol tersebut ke atas meja. Aletta langsung saja mendekat dan hendak membuka kancing kemeja Satya, pria itu menahannya.
“Apa yang ingin Anda lakukan Nona?” tanya Satya panik.
“Membuka bajumu yang basah,” jawab Aletta dan membuka satu persatu kancing kemeja milik pria itu menyisakan kaos dalamnya. Namun kaos dalam pria itu juga basah dan Aletta hendak membukanya namun Satya kembali menahannya. “Kenapa?” tanya Aletta sendu.
“Aku bisa membukanya sendiri,” kata Satya dengan cepat dan membuka kaosnya.
Lalu pria itu kini tak menggunakan apapun dibagian atas. Aletta langsung saja berdecak kagum dengan pandangan indah di dalamnya. Aletta langsung saja menyentuh d**a bidang pria itu membuat Satya terkejut.
“Sangat gagah,” puji Aletta sambil tersenyum.
“Nona,” panggil Satya dengan tercekat.
Suaranya mendadak hilang ketika Aletta kembali menyentuhnya dan mengelusnya pelan. Pria itu mulai menggeram. Aletta mendorong tubuh Satya sehingga pria itu jatuh berbaring di sofa. Aletta langsung saja duduk di atas pangkuan Satya dan tersenyum senang.
“Menurutmu apa yang kurang dariku? Apakah aku kurang menarik?” tanya Aletta genit sambil menggoyangkan pinggulnya membuat Satya menggeram.
“Nona, turunlah. Saya tak mau menyakiti Anda,” ucap pria itu serak membuat Aletta tertawa.
“Satya jawab aku, apa yang kurang dariku? Apakah aku kurang menarik? Apa yang kurang dariku? Kenapa aku sampai harus diselingkuhi? Apa dia lebih cantik? Apa dia lebih menggoda dariku?” tanya Aletta sambil bergerak semakin berani.
“Tak ada yang salah denganmu Nona, dia saja yang tak bersyukur memilikimu,” jawab Satya cepat membuat Aletta tertawa.
“Kalau memang begitu kenapa aku diselingkuhi?” tanya Aletta sendu sambil menyandarkan kepalanya di ceruk leher Satya.
Napas pria itu tertahan, karena posisi keduanya kini sangat dekat. Tangan Aletta menyentuh benda sensitive milik Satya membuat pria itu menggeram. Satya ingin mendorong Aletta, namun tatapan mata Aletta sayu dan menatapnya dengan lekat.
“Apa kamu juga akan menolakku?” tanya Aletta pelan. Tangan wanita itu kini dikalungkan di leher Satya dan menatap pria itu dengan lekat. “Apa kamu akan sama sepertinya meninggalkanku begitu saja?” tanya Aletta lagi.
“Nona, anda mabuk. Saya Satya, pengawalmu,” tegas Satya.
“Aku tahu, aku cukup mengenalmu. Papa menyuruhmu untuk menjagaku, selama setengah tahun bersamamu aku sudah melihatmu. Kamu terlihat berbeda dari pengawalku yang lain, kamu membuatku penasaran,” racau Aletta membuat Satya mengernyitkan keningnya bingung. “Kamu terlalu jauh untuk digapai, tapi kamu tampan. Aku menyukaimu menatapku seperti ini, apa kamu mulai kagum padaku? Apa kamu menyukaiku?” tanya Aletta membuat pria itu terdiam.
Melihat Satya hanya diam saja membuat Aletta memberanikan diri menempelkan bibirnya pada bibir Satya. Pria itu membelakkan matanya terkejut, namun tak memberikan reaksi penolakan. Hal itu membuat Aletta mulai menggerakkan bibirnya dan Satya langsung saja membelasnya.
Pria itu juga tak tinggal diam, tangannya mengelus punggung belakang Aletta membuat wanita itu tersenyum membuat Aletta semakin berani. Ia membuka mulutnya agar lidah Satya dapat masuk. Pria itu seakan paham apa yang harus dilakukannya. Aletta memegang tengkuk Satya agar memperdalam ciuman keduanya.
“Ahhh,” erang Aletta ketika pria itu mulai meremas dadanya. “Bawa aku ke kamar,” perintah Aletta disela ciuman keduanya.
Pria itu langsung saja menggendong Aletta, namun dengan tidak melepaskan pagutan keduanya. Satya membawa Aletta masuk ke dalam kamarnya dan membaringkan wanita itu dengan perlahan. Aletta membiarkan Satya menyentuhnya, wanita itu menikmati setiap sentuhan yang diberikan Satya padanya. Sehingga keduanya mengejar kenikmatan satu dengan yang lain.
Aletta mengerang dan menjeritkan nama Satya, begitu juga dengan Satya. Awalnya pria itu sempat ragu, namun Aletta mencoba meyakinkannya sehingga pria itu tak lagi berpikir ulang untuk melanjutkan permainan. Keduanya saling mendamba dan menginginkannya lagi dan lagi.