Part 04 - Pria Baik?

1012 Kata
Raisel meringis pelan merasakan tubuhnya yang begitu sakit dan lelah semalaman dirinya diikat. Tidak ada tanda Ardam yang akan pulang dan melepaskan ikatan di tubuhnya ini. Semenjak semalam pria itu pergi, dirinya merasakan kesakitan dan matanya sudah membengkak karena menangis. Pintu kamar terbuka. Ardam melihat pada Raisel yang merontah dan berusaha untuk melepaskan ikatan di tangannya. Ardam menyandarkan tubunya di pintu melihat usaha sia-sia yang dilakukan oleh Raisel. Wanita itu tidak akan berhasil untuk melepaskan ikatan rantai yang diikatkan oleh dirinya pada tangan dan kaki Raisel. “Kau mau kemana jalang? Kau tidak akan bisa melepaskan ikatan itu p*****r!” hanya hinaan yang keluar dari mulut Ardam. Tidak ada kata baik nan sopan yang ditunjukkan oleh Ardam untuk dirinya. Tatapan mata pria itu juga seolah menghina dirinya yang begitu rendah dan tidak punya harga diri. Ardam berjalan menuju Raisel berdiri di samping Raisel menatap wajah cantik Raisel yang perpaduan seperti keturunan orang luar. Ardam tahu kalau Raisel ini memang keturunan orang luar negeri. Yang begitu cantik dan tubuhnya yang melekuk sempurna. Kenapa dulu dirinya tak bisa melihat bagaimana indahnya tubuh Raisel yang sungguh menggoda untuk dinikmati. Raisel saat di depannya dulu memakai pakaian yang kebesaran di tubuhnya selalu menunduk dan menyembunyikan keindahan dari tubuhnya ini. Ternyata dibalik pakaian kebesaran milik Raisel sembunyi tubuh yang sangat indah sekali. Tangan Ardam terulur menyentuh kulit mantan istrinya itu. Tubuh Raisel meremang merasakan tangan Ardam yang menyentuh dirinya, dia menatap pada pria itu dengan takut. Raisel menggeleng pelan ketika Ardam yang akan menyentuh payudaranya. “Jangannnnnnn…” mohon Raisel menatap Ardam dengan wajah yang penuh dengan ketakutannya. Ardam tak mendengarkan apa yang dikatakan oleh Raisel, dirinya tetap menyentuh gundukan kenyal itu dan meremasnya kasar. Ardam tertawa kecil melihat Raisel yang berusaha untuk menahan desahannya. Ternyata wanita jalang ini masih bisa untuk memikirkan harga dirinya yang tidak berguna itu. “Kau tidak akan bisa lepas dariku sayang. Kau akan tetap di sini bersama denganku sampai aku muak dengan tubuhmu yang menggoda dan cantik ini sayang. Kenapa kau selama ini selalu sembunyikan tubuhmu yang cantik ini sayang?” tanya Ardam menjilat bibirnya. Raisel menggeleng berusaha untuk melepaskan dirinya. “Lepaskan aku! Aku mohon … aku akan mengganti semua uangmu. Aku akan bekerja lebih keras lagi untuk mengganti uangmu!” Raisel sekali lagi memohon untuk minta dilepaskan. Bukannya mendengarkan apa yang dikatakan oleh Raisel. Lidah Ardam terjulur menelusuri tubuh indah milik Raisel. Raisel menggigit bibirnya, air matanya keluar dengan deras merasakan tubuhnya yang dijamah begitu kurang ajar oleh mantan suaminya. Ardam berdiri lalu menatap pada tubuh Raisel yang terkena air liurnya. “Kau memang sangat indah sekali sayang. Kau belum makan dari semalam bukan, aku akan mencarikan makanan untuk dirimu dulu.” Ardam keluar dari dalam kamar, meninggalkan Raisel sendirian di dalam kamar. Raisel terisak berusaha untuk melepaskan ikatan rantai yang ada di kaki dan tangannya sekuat apapun dirinya berusaha untuk melepaskan dirinya. Tidak akan berhasil. Malahan tangan dan kakinya terasa perih ketika bergesekan dengan rantai yang mengikat tangan dan kakinya. Ardam masuk ke dalam kamar melihat Raisel merontah sambil menangis. Ardam menggeleng pelan. “Percuma kau menangis. Tidak akan ada yang bisa menolongmu dari sini,” ucap Ardam mengambil kursi lalu duduk di samping Raisel. “Makan makananmu. Kau mau bertemu dengan Ibumu yang miskin itu bukan? Operasi Ibumu berhasil, kau tidak mau melihat Ibumu yang merasa senang dia bisa sembuh?” tanya Ardam. Raisel mendengarnya terdiam, lalu dirinya mengangguk memakan makanan yang disuapi oleh Ardam untuk dirinya. Raisel makan dengan cepat dan meminum minuman yang diberikan oleh Ardam padanya. Ardam yang melihat piring dan gelas sudah kosong, dia menyimpan benda itu ke nakas. Ardam melepaskan ikatan tangan dan kaki Raisel membuat wanita itu mendesah legah setelah dilepaskan ikatannya. Ardam duduk dengan sombong menatap tajam pada Raisel. “Aku akan membebaskan dirimu selama tiga hari. Hanya tiga hari. Lalu aku akan membawa dirimu ke sini lagi. Mengurungmu. Utangmu padaku tidak akan pernah lunas Raisel! Jumlah yang aku keluarkan bukanlah sedikit. Kalau aku tidak membelimu pada Madam Ma rlyn, kau kira wanita tua itu akan membiarkanmu bebas begitu saja setelah kau mendapatkan uang sebanyak dua ratus juta? Tidak sayang! Kau akan menjadi p*****r tetap di sana. Lebih baik menjadi pelacurku bukan dibanding melayani para pria silih berganti setiap malamnya,” ucap Ardam tersenyum sinis. Tidak ada yang menguntungkan bagi Raisel. Di sini dirinya terjebak dengan mantan suaminya yang masih sangat dicintai olehnya. Di sana dia akan terjebak untuk menjadi p*****r di klub malam. Sama-sama menakutkan dan ini pilihan yang dipilih oleh dirinya sehingga dia masuk ke dalam penderitaan yang membuat dia tidak bisa bebas lagi. “Kau diam sayang? Kau pasti mau mengucapkan beribu terima kasih padaku. Beruntung aku yang menjadi pelanggan pertamamu bukan? Sekarang aku menjadi pria baik hati juga, aku membiarkan kau bebas selama tiga hari menemani ibumu itu. Karena aku akan berlibur dengan tunanganku,” ucap Ardam menjilat cuping Raisel. Raisel menahan desahannya, tidak mau bertingkah bagaikan seorang jalang di hadapan Ardam. Walau dia setara dengan jalang sekarang. Menjual tubuhnya yang ternyata dibeli oleh mantan suaminya sendiri. “Kenakan pakaianmu! Di dalam paper bag itu ada pakaian baru untukmu dan tentunya sopan. Aku masih berbaik hati lagi, membelikan pakaian yang sopan untuk dirimu. Agar ibumu yang miskin itu tidak jantungan melihat pakaian anaknya yang terbuka seperti p*****r. Ah! Anaknya memang p*****r. p*****r cantikku.” Tawa hinaan itu keluar dari mulut Ardam. Pria itu berdiri dari tempat duduknya, setelah melihat air mata dari Raisel yang cengeng. “Jangan banyak mengeluarkan air mata penuh kebahagiaanmu sayang. Aku menjadi terharu telah membuatmu bahagia bisa tinggal di sini.” Ardam pergi dari sana setelah mengatakan kalimat penuh sakit jiwa! Raisel sakit tinggal di sini. Tidak ada kata bahagia di dalam hidupnya, pria itu malah menuduh dirinya begitu bahagia tinggal di sini. Otak pria itu memang sudah miring tidak waras! Raisel berdiri dari ranjang dengan kaki yang susah dilangkahkan. Beberapa kali dirinya akan terjatuh, namun dengan cepat Raisel mempertahankan dirinya untuk tak terjatuh. Raisel tidak boleh lemah. Dia harus kuat dan memperlihatkan senyuman manisnya pada ibunya. Agar ibunya tak khawatir padanya dan curiga padanya. Raisel kuat menghadapi semua ini. Demi ibunya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN