Ketua Kelas

2079 Kata
"Diba kemana dah? " tanya Ridho kepada Abel. "Gue kurang tahu, kayaknya dia kebablasan tidur. " Sudah menjadi hal biasa jika seorang bergelar mahasiswa tidak masuk kuliah karena ketiduran bahkan ada yang sengaja dan hanya menitip absen. "Ngambil jatah tu," celetuk Kamil santai. Ridho dan Abel sama sama tertawa. Mereka juga tidak pernah absen mengambil jatah libur. Mereka sungguh mahasiswa sekali. Pengambilan jatah biasanya mereka lakukan sebanyak 3 kali setiap mata kuliah selama satu semester. Entah kenapa pengambilan jatah itu menjadi kebiasaan turun termurun dan hampir dilakukan oleh sebagian mahasiswa. Setelah insiden memalukan menurut Diba beberapa hari yang lalu, dia tidak pernah lagi bertemu dengan senior-senior. Bukannya tidak bertemu tetapi Diba menghindar dengan cara  berpindah kantin. Biasanya, Diba beserta teman-teman yang lain duduk di kantin samping gedung D. Namun kerena menghindar dia harus berjalan jauh ke kantin yang bersampingan dengan daerah fakultas ekonomi. Berulang kali Abel, Ella, Ridho, Zaki dan Kamil mempermasalahkan keinginan Diba yang ingin berpindah kantin. Bahkan mereka sampai terlibat perdebatan sengit yang pasti saja di menangkan oleh Diba. WhatsApp Diba : Assalamu'alaikum.. Lo dimana Bel? Abel : Wa'alaikumsalam, gue di kantin Diba : Kantin mana? Abel : Kantin biasa, Lo Kenapa nggak masuk tadi? Diba : Mau kantin juga gue, lapar!!! Gue lupa kalau ada masuk pagi Abel : Sumpah parah lo Dib, Ya udah sinilah Diba : Pindah kantin sebelah gedung E kenapa? Malas gue kantin gedung D Abel : Jauh buk, sini ajalah.. Abel : Kagak ada senior. Cuma ada gue, kamil, ridho, zaki sama Ela Diba : Boong kan lo Abel : Ampun dah, serius dah. Masih jam 10 ya banyak kelas masuk lah Abel : Dah ah sini aja Diba : Oke Diba : Otw Read Diba merutuki diri sendiri yang memutuskan untuk  tidur setelah melaksanakan shalat Subuh. Dia benar-benar lupa bahwa ada mata kuliah pagi. Caca yang biasa membangunkannya, entah berada di mana. Diba kesal sendiri, jelas saja itu kesalahannya bukan kesalahan Caca yang tidak melakukan apapun yang merugikan Diba. Diba merenggangkan tubuh, ternyata sudah jam 10.05. Sudah lama dia tertidur. Kebiasaan yang sangat buruk pikir Diba. Padahal saat duduk di bangku sekolah, dia tidak pernah tidur setelah shalat subuh. Jauh dari orang tua membuat satu persatu kebiasaan buruknya muncul, dari yang suka begadang sampai yang tidur pagi sangat-sangat tidak baik. Diba membaca grup w******p karena ada yang mencari dirinya. Bukan sebuah hal yang patut dibanggakan bila ada yang mencari di grup w******p karena memang dia menjabat menjadi ketua kelas. Diba teringat bahwa ada mata kuliah yang pindah jadwal ke waktu siang nanti. whatsApp grup “Kelas Salah Jurusan” Diba : Selamat Siang, jangan lupa nanti mata kuliah pak Edgar pindah ke jam 13.00 WIB Abel : Siap, buruan ke kantin ui Kamil : Masih pagi kali, makanya jangan tidur wkkkw Ridho : Is is is, perempuan yang tidak cocok dijadikan istri Ella : Udah gede lo @Ridho bahas nya istri wkwkwk Kamil : Ngebet nikah dia Diba : Kalian aja yang sibuk, berisik Abel : Kaburrrr guys Diba langsung meninggalkan ponsel untuk segera membersihkan diri. Setelah selesai dia tidak lupa untuk menunaikan shalat Duha. Diba memang bukan perempuan yang baik bahkan dia jauh dari kata baik tetapi dia berusaha untuk menjadi baik. Waktu berjalan dan perutnya mulai berdemo, Diba berjalan ke arah kampus. Tujuan pertamanya adalah kantin yang terletak pada gedung D, Sudah hampir 3 minggu Diba tidak menginjakan kaki di kantin tersebut. Mahasiswa banyak menyebutnya kantin Kak Iyas. Ternyata tidak hanya ada teman satu kelas Diba, tetapi ada beberapa senior yang tengah sibuk bermain games, menonton anime dan ada juga yang menikmati makanan yang dihidangkan. "Oi Dib sini!!!" panggil Kamil sambil mengayunkan tangannya ke atas. Diba melangkah kan kaki menuju meja yang biasa mereka gunakan. Kehebohan selalu saja terdengar jika mereka sudah berkumpul. "Wah wah, Nggak masuk kelas tapi ke kantin kencang," sindir Zaki. Fokusnya padahal ada pada ponsel yang ada di tangan. "Lupa gue, " jawab Diba tanpa rasa bersalah. Dia seperti tidak mempermasalahkan tentang ketidakhadirannya pada mata kuliah pagi. "Diba…, udah 3 mingguan nggak kelihatan. kemana aja? " tanya Kak Iyas yang memang sudah mengenal Diba dan teman-teman yang lain. "Takut ketemu anak BEM dia kak, " celetuk Kamil sambil tertawa nyaring. Diba menggeram kesal. Dia bahkan menendang meja Kamil dan menghasilkan gerakan serta bunyi. "Apa apaan lo nyebar gosip, siapa bilang gue takut? " tantang Diba. "Oi Bang Imran!!! Ini Diba. " Kamil melambai-lambaikan tangan ke arah belakang Diba. "Kamil lo kenapa sih? Gue nggak ada hubungannya sama anak BEM atau senior lah." Diba terlihat sangat kesal. Dia bahkan merutuki diri sendiri yang mau saja datang ke kantin gedung D. bisa saja Diba makan di kantin gedung E. Namun karena hasutan sang teman yang mengatakan baik-baik saja makanya Diba ada di kantin Kak Iyas. Imran cukup kaget, dia melihat sosok junior yang di carinya beberapa hari ini. Bukan tanpa alasan Imran mencarinya. Dia mencari karena ada hal penting yang ingin di bicarakan. “Adek!!!” panggil Renal heboh. Dia bahkan sudah duduk di depan Diba. Imran juga mengikuti Renal dari belakang  untuk datang ke meja mereka. Diba mencoba untuk terlihat biasa saja. “Kenapa Bang? Diba nggak ada hutang lo ya,” canda Diba membalas panggilan Renal. Mereka berdua memang sering bercanda. Bahkan jika Caca dan Renal pergi ke toko buku atau makan di luar, Diba selalu di ajak. Mumpung makanan gratis siapa yang menolak. Setidaknya jika Diba pergi dengan Renal dan Caca, dia akan mendapatkan cemilan atau minuman gratis. "Hoodie Zaid udah dikembaliin?” tanya pelan Renal. Dia kaget dan juga beristigfar. Jujur saja dia sangat lupa. Bahkan hoodie itu sudah terlipat rapi pada lemari setelah selesai di laundry. “Emang si Zaid nggak minta dan nggak nyinggung juga, tapi menurut Abang  dikembalikan aja.” Diba mengangguk paham, dia akan mengembalikan secepat mungkin dari pada berunjung panjang. Dasar tidak tahu terima kasih, ucapnya pada diri sendiri. “Lo ketua kelas C?” tanya Imran santai. Diba mengangguk. "Panitia Event ngundang Lo buat rapat mewakili kelas." Imran memperlihatkan sebuah kertas undangan resmi. Diba mengambil kertas itu dan juga membacanya sekilas. Dia tidak mau menurut saja jika tidak tahu event apa yang akan digelar. Bisa jadi event itu menyusahkan dia atau teman sekelasnya. Jika memang itu, maka dia akan langsung berkata big No. "Oh oke, " jawab Diba seadanya setelah mengetahui informasi event tersebut. “Coba liat Dib,” ujar Abel penasaran. Diba memberikan kertas tersebut kepada Abel. "Ingat harus lo yang datang!!! bukan perwakilan apa lagi nyuruh Kamil. " Imran memperingatkan. Sudah beberapa event yang berlalu dan Diba tidak pernah ikut menjadi perwakilan kelas. Seakan pemikiran Diba dapat di tebak, dia tidak bisa berkutip. Diba memang berencana menyuruh Kamil untuk datang mewakili kelas mereka. "Hahaha Lo sukses buat Diba kesal Bang,.." ucap Kamil. Dia benar-benar tidak tahu situasi sama sekali. "Gue cuma mau dia sedikit bertanggung jawab atas amanah ketua kelas yang dia sandang, jangan cuma bisa merepet tentang BEM sedangkan dia nggak pernah intropeksi diri, " ucap Imran penuh ketegasan. “Apaan si lo Im?” ujar Renal tidak suka. Walaupun dia anggota BEM tetapi dia tidak pernah mempersalakan pemikiran Diba tentang organisasinya. Diba berpikir demikian bukan tanpa alasan dan Renal tahu alasan itu. “Udahlah Nal, malas debat gue sama lo. Apalagi cuma karena tu junior.” “Kalau lo nggak tahu apa-apa jangan nilai sembarangan Im.” “Seharusnya perkataan itu bukan adek-adekan lo bukan buat gue.” Diba terdiam, dia berusaha membuat Renal agar tidak berdebat lagi apalagi karena dirinya. Sedangkan Imran langsung pergi begitu saja dan meninggalkan suasana yang sedikit horor. Renal berdehem,“Nggak usah di pikirin omongan tadi, Abang pergi dulu ya. Jangan lupa yang tadi okey!!!” Diba mengangguk sambil tersenyum, beruntung dia mempunyai sosok yang selalu berusaha melindunginnya di dalam lingkungan kampus maupun di luar. "Kena lo Dib hahaha, " ejek Ella pelan. Bahkan ejekan itu hanya bisa didengar oleh Diba seorang. "Gue juga kagak mau jadi ketua kelas," keluh Diba setelah Renal pergi. Jika mengingat awal masuk kuliah bagaimana teman-teman satu kelasnya begitu setuju dia menjadi ketua kelas. "Udahlah, Lo kan mau makan udah sana ambil, " ucap Zaki menengahi. Meskipun terlihat kesal, Diba tetap mengambil nasi beserta lauk pauk yang dia inginkan. "Teh Es satu kak, " ucap Diba. Dia malas untuk menggunakan aplikasi apalagi jaringan di kampus suka tidak bersahabat. Mau menggunakan wifi? Mimpi sekali. Mahasiswa di jurusan Diba serba tidak bersahabat. Mengapa demikian? Haha dengan tidak ada rasa bersalah oknum-oknum menghecker jaringan. "Nggak pakai aplikasi aja?” tawar Kak Iyas. Diba menggeleng. Ridho kaget karena menatap piring Diba yang hampir penuh, "Astagfirullah, Sumpah ni anak makannya banyak amat." "Lah baru tahu lo? dia emang makannya banyak cuma kagak tahu larinya kemana," balas Kamil yang juga menggeleng-gelengkan kepala. "Sibuk banget lo pada! serah kita lah mau makannya gimana. Yang bayar bukannya lo pada juga, " bela Abel mendukung Diba. Tanpa menghiraukan segala bentuk gurauan mereka. Diba memakan makanannya dengan lahap. Makanan rumahan adalah yang paling dia suka selama menjadi anak kosan. *** Meskipun Diba sangat malas, dia tetap hadir  rapat untuk  mewakili kelasnya. Begitu banyak orang di dalam aula, tenyata tidak hanya anggota BEM fakultas tetapi ada beberapa anggota BEM universitas. Diba memilih duduk pada barisan belakang, dia sama sekali tidak mengenal orang yang duduk di didekatnya. Ternyata hanya ada 3 orang ketua kelas yang berjenis kelamin perempuan selebihnya adalah laki-laki. Seharusnya memang laki-laki yang menjadi ketua kelas bukan malah perempuan seperti dirinya yang serba mageran. Untuk hadir rapat saja dia harus membutuhkan niat yang kuat serta dukungan yang lebih. Jika tidak maka dia enggan untuk datang. Lucu sekali memang dukungan yang diberikan kelasnya, dia diberikan jajanan kesukaaan. Salah satunya adalah s**u kotak banana. Sambil menunggu dimulainya agenda rapat, Diba menyibukan diri dengan membaca cerita pada salah satu platform n****+ online. Dia tersenyum sendiri ketika membaca cerita yang banyak mengandung humor. Dia hoby membaca buku apa saja selagi ada manfaat untuk dirinya. Bisa berupa ilmu ataupun berupa hiburan yang mengisi kekosongan waktu. "Simpan dulu hp lo dek, mau mulai tu!" Diba seakan sadar dan mulai memasukan ponsel ke dalam tas. Dia tidak tahu siapa yang menegurnya karena terlalu malas membalikkan badan. Diba mulai memperthatikan yang ada di depan. Pembicara yang berada di depan mereka begitu lihai menjelaskan event besar yang akan mereka adakan. Event tersebut bertemakan "Bangga Jadi Anak Teknik" . Di dalam fakultas teknik terdapat 4 buah jurusan. Yaitu Teknik Informatika, Teknik Industri, Teknik sipil dan Teknik Kimia. Event yang selalu di adakan sekali setahun merupakan event dengan maksud mengeluarkan bakat terpendam yang mungkin saja tidak ada yang mengetahuinya. Seperti biasa, Anak Teknik Informatika selalu menujukan beberapa aplikasi canggih dan ada juga robot mini yang jelas belum sempurna pembuatannya. Tetapi itu sudah sangat keren. "Diharapkan setiap kelas mampu untuk berpartisipasi. Untuk penentuan lokasi maka akan di umumkan di pertemuan selanjutnya. Berbeda jurusan tidak membuat kita semua menjadi orang asing kan? Untuk itu mohon kerja samanya karena kita semua anak Teknik," ucap pembicara sebelum mengakhiri sesi penjelasan event tersebut. Diba tertawa di dalam hati, memang apa yang kelasnya bisa lakukan? Mereka masih awam dalam dunia progremer, tidak seperti senior yang sudah pro bahkan ada yang sudah mendapat lembaran dolar dari aplikasi yang mereka buat. "Mohon perhatiannya. Mungkin semester 2 dan 4 belum terlalu pede untuk berpartisipasi dalam Event ini, maka kami memberikan kelonggaran dengan cara bergabung dengan kelas senior. Tapi kelas senior harus mau dulu ya hehe." Setelah sesi pertemuan pertama selesai, Diba segera mengisi absen di meja depan aula. Diba mengisi absen dengan tanda tangan asal asalan dan tidak menuliskan nomor wa atau teleponnya. "Dib," panggil Kamil. "Ui, kenapa? Gue mau pulang ni," jawab Diba buru-buru. Dia malas sekali berlama-lama di sana karena seperti orang asing di tengah lautan manusia. "Sabar kenapa sih, kos lo juga nggak bakal pindah. Oh ya kelas kita gabung kemana? " tanya Kamil. "Belum tahu gue, ntar diskusi di grub ajalah. " "Mau gabung sama kelas kita nggak? " Diba dan Kamil mengalihkan pandangan mereka pada orang yang baru saja berbicara. "Eh Boleh bang, Kelas berapa? " tanya Kamil antusias.  Teteapi berbeda dengan Diba yang terlihat enggan. "6 C, kalau mau gabung kita nerima aja. Kadang ada juga beberapa kelas senior yang songongnya luar biasa." "Oke, kita gabung kelas Abang aja." Kamil tersenyum puas. Mereka tidak perlu susah susah mencari patner lagi. Diba tidak mengubris, dia langsung saja pergi setelah pamit terlebih dahulu kepada Kamil. Suasana sore hari berusaha dinikmati oleh Diba. Di dalam fakultas masih banyak orang berkeliaran padahal hari akan mulai gelap. Bahkan suasana di hidupkan dengan adanya mahasiswa-mahasisa yang berolahraga di lapangan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN