Saat itu akhirnya tiba, hanya dalam hitungan jam saja, Mardiani resmi menjadi istri Desta Ameswara Braga secara agama. Tidak ada perayaan ataupun syukuran yang diadakan oleh keluarga Braga. Bagi mereka sebuah aib besar bila tetangga dan rekan bisnis mereka mengetahui kalau Desta menikahi seorang pelayan.
Della dan Tasya yang tidak mengira kalau suaminya dapat tergoda dengan seorang pelayan seperti menaruh dendam. Mereka tidak rela kalau perhatian Desta beralih pada Ani, wanita yang masih cukup belia dengan wajah cantiknya yang alami. Tidak seperti mereka yang lebih banyak mengandalkan bantuan kosmetik.
“Apakah dia akan tetap tinggal di sini?” tanya Della pada mertuanya setelah tidak ada yang membahas dimana Ani akan tinggal.
“Tidak. Dia tidak akan tinggal di sini. Kami sudah memberikan pernikahan yang sudah kau inginkan, jadi kau tidak mempunyai hak lagi untuk tetap di sini.”
“Lalu dimana dia akan tinggal?” tanya Alina pelan.
“Dia bisa marayu Desta dan membiarkan dirinya hamil, berarti dia mempunyai otak yang bisa diajaknya berpikir dimana dia akan tinggal. Aku tidak peduli kemana dia akan pergi.”
Ucapan Aryo adalah sebuah keputusan yang tidak akan bisa dibantah oleh siapa pun juga, tetapi Desta tidak bisa begitu saja menerimanya.
“Tidak. Ani akan tetap tinggal di sini sampai dia melahirkan. Ayah sudah memberikan ijin untuk menikahinya,” ucap Desta menolak keputusan Tuan Braga.
“Ijinku tidak termasuk membiarkan dia tetap tinggal di sini. Kau menentang keputusanku Desta?” tanya Aryo galak.
“Mengapa tidak. Aku adalah pria dewasa dan memiliki keputusan sendiri.”
“Termasuk meniduri pelayanmu?” bentak Aryo dengan suara keras.
“Aku salah karena meniduri pelayanku, tapi aku melakukannya karena kedua istriku yang berasal dari keluarga terhormat tidak dapat memberikan pelayanan yang lebih baik pada suaminya. Aku mempunyai dua orang istri yang cantik dan terpelajar, tetapi dimana mereka selama ini? Apakah ayah dan ibu mengetahuinya? Aku yakin ibu pasti tahu karena ibu seringkali menegurku. Mengapa aku tidak memberikan kebebasan bagi mereka untuk menghabiskan waktu lebih banyak di luar,” ucap Desta dengan tenang.
“Kau lebih memilih pelayan kampung tanpa pendidikan untuk menjadi nyonya rumahmu!” suara Aryo begitu keras dan menakutkan hingga mereka semua yang mendengarnya tidak ada yang mampu bergerak.
“Aku tidak memilih Ani sebagai nyonya rumahku. Aku hanya tidak mengijinkan dia pergi dari rumah ini tanpa tujuan.”
Semua orang menatap Desta dan Aryo secara bergantian, menunggu keputusan yang akan diberikan oleh Aryo. Desta sebagai seorang pria dewasa, sudah pasti akan menentang keputusan ayahnya bila ia menilai ayahnya tidak cukup adil.
“Baiklah. Dia akan menempati rumah keluarga yang berada di desa. Tidak ada bantahan atau penolakan lagi. Keputusanku sudah final. Kau terima atau hari ini juga kau harus menceraikannya.”
Setelah ucapannya terdengar jelas oleh Desta dan yang lainnya, Aryo melirik Alina agar mengikutinya keluar dari rumah besar tempat putra tunggalnya tinggal bersama kedua istrinya.
Della dan Tasya menatap sinis Ani. Kebencian dan dendam membuat mereka tidak bisa menahan diri lagi sementara Desta masih berdiri dan belum beranjak dari tempatnya berdiri.
“Bangun kau perempuan s****l! Kau pikir, kami bisa menerimamu sebagai madu kami? Siapa kau? Kau hanya pelayan rendahan yang tidak tahu malu,” teriak Della saat ia menarik rambut Ani yang di sanggul seadaanya sementara Tasya memegang kedua tangan Ani. Sepertinya mereka berusaha menyakiti Ani sebelum Desta dan Marni menyadari tindakan mereka berdua.
“Apa-apaan kalian. Lepaskan dia. Kalian sudah mendengar apa yang aku katakan pada ayah? Jangan sampai aku memutuskan hal yang tidak kalian harapkan,” ancam Desta sehingga kedua istrinya segera melepaskan pegangan mereka pada tubuh Ani.
“Sekarang kau berkemas. Hari ini juga aku akan mengantarmu tinggal di desa,” ucap Desta pada Ani.
“Maaf Tuan, apakah saya boleh ikut bersamanya?” tanya Marni menahan langkah Desta yang sudah melangkah pergi.
“Kalau Mbok Marni ikut dengannya, kami tidak akan membayar upahmu,” kata Della ketus.
“Kau sudah mendengarnya. Jadi putuskan apa yang akan Mbok pilih,” ucap Desta kembali melanjutkan langkahnya.
Hari ini benar-benar membuatnya sakit kepala. Baru saja ia dan ayahnya membahas kerja sama dengan perusahaan asing yang sedang menjajaki untuk investasi di negara mereka, tetapi semuanya menjadi buyar karena masalah yang timbul karena ulahnya sendiri.
Desta sama sekali tidak menyangka kalau tindakannya meniduri Ani bisa mengakibatkan wanita itu hamil. Membayangkan bagaimana ia dulu meniduri pelayannya membuat tubuh Desta terasa panas. Ia berharap malam ini tidak aka nada gangguan yang berate ketika ia mengantar Ani ke rumah keluarga Braga yang ada di desa. Bagaimana pun sekarang Ani sudah sah menjadi istrinya walaupun hanya sebagai istri siri.
Sementara itu, di kamar belakang, Ani dan Mbok Marni merapikan barang-barangnya. Tidak banyak yang ada di lemarinya karena sebagian sudah Ani bawa ke rumah kontrakannya, termasuk buku tabungan dan kartu atm yang diberikan oleh Desta. Ani tahu ia sudah terlalu mengambil resiko yang sangat besar dengan meninggalkan barang-barang berharganya di rumah kontrakan tersebut, tetapi ia yakin kalau pak Rt sebagai pemilik kontrakan akan menjamin keamanannya.
Marni dan Ani sudah merapikan semuanya, dan mereka harus menyerahkan semua barang bawaan mereka untuk di periksa oleh Della dan Tasya yang curiga, khususnya dengan Ani. Ia yakin Desta sudah memberikan banyak hadiah padanya, sehingga mereka tidak akan rela kalau Ani memilikinya.
“Buka dan keluarkan isi tas kalian,” perintah Della pada Ani.
“Kau juga Mbok, keluarkan semuanya!” ucap Tasya pada Marni.
Berdua mereka mengeluarkan kembali isi tas yang sebelumnya sudah mereka rapikan. Della berkali-kali memeriksa tas Ani untuk menemukan barang berharga atau apapun yang bisa ia ambil, tetapi usahanya gagal karena tidak ada barang yang berharga hingga mereka curiga kalau Ani menyimpannya di tubuhnya.
“Buka pakaianmu. Aku harus memastikan kalau kalian tidak mencuri barang-barang berharga di rumah ini,” perintah Della sekali lagi.
“Tapi Nyonya, saya memang tidak menyimpan apa pun di tubuh saya,” kata Ani pelan.
“Kau tidak perlu melakukannya Ani. Sekarang kau adalah istriku dan kalian tidak berhak mengikuti perintahnya. Cepat masukan kembali barang-barang kalian.”
Della dan Tasya tidak percaya Desta membela pelayan meskipun pelayan tersebut sekarang menjadi istrinya.
“Kau akan membiarkan seorang pelayan mengambil barang-barang berharga milik kami?” tanya Della marah.
“Barang berharga apa? Katakan padaku, siapa pelayan yang bertugas membersihkan kamar kalian serta melayani kalian.”
“Kau sangat membelanya Aku curiga kalau kalian sebenarnya sudah sangat lama berhubungan dengannya. Hanya karena dia hamil maka semuanya menjadi terbuka. Apakah benar?” tanya Tasya.
“Mbok Marni sudah berapa lama Ani bekerja, kau bisa menjawab pertanyaan nyonya-mu.”
Desta menunggu Marni menjawab pertanyaan Tasya sementara Ani hanya diam memasukkan barang bawaannya ke dalam tas. Dalam hati Desta berpikir, kemana buku tabungan dan uang yang ia berikan pada Ani. Apakah Ani sudah menghabiskannya? Tapi dengan cara apa?
Setelah semuanya rapi, Ani dan Marni berjalan mengikuti Desta yang sudah berjalan lebih dulu menuju mobil besar dan mewah yang menjadi kendaraan Desta selama ini, tetapi kali ini mobil tersebut dikemudikan oleh sopirnya.