Malam yang tidak terlupakan
Malam itu seorang pelayan wanita bernama Mardiani biasa dipanggil Ani yang baru bekerja di rumah pengusaha tekstile di wilayah kota Bandung baru saja terlelap dalam tidurnya.
Biasanya setiap tidur Ani selalu mengunci pintu kamar, tetapi malam ini, Mbok Marni yang menjadi teman sekamar nya masih berada di luar.
Setelah memakai baju daster serta celana leging Ani pun mulai menutupi tubuhnya dengan selimut yang berupa kain batik panjang yang ia bawa dari kampung. Menurutnya dengan memakai celana leging kakinya tidak akan tergigit nyamuk.
Ani sama sekali tidak menduga, malam itu bukan nyamuk yang mengigitnya tetapi majikannya sendiri yang mengigitnya secara paksa.
Desta memasuki kamar Ani setelah melihat Marni tertidur di ruangan tempat pelayan menonton TV dengan suara mendengkur yang cukup kencang.
Sejak pertama melihat Ani, Desta sudah mulai tertarik dan selalu mencari kesempatan untuk melihat dan mencari-cari alasan agar Ani yang melayani nya secara pelayan yang dibawa Marni untuk bekerja di rumahnya masih sangat muda dan memiliki wajah yang lebih cantik dari kedua istrinya.
"Tuan, ke...kenapa tuan ada di kamar saya?" tanya Ani dengan suara tergagap.
"Apa kamu tidak tahu? Aku adalah majikan di rumah ini," kata Desta berjalan pelan menghampiri Ani yang tiba-tiba menjadi takut melihat majikan yang biasanya tidak banyak bicara berada di kamarnya. Ia tidak tahu apakah Desta mengunci kamarnya atau tidak, tetapi ia harus segera keluar dari kamar.
"Puaskan aku malam ini Ani!" perintah Desta.
"Tidak Tuan!" jawab Ani dengan cepat sembari menghindar ketika Desta mendekat dan mencoba menarik tangannya.
"Kenapa?Apa yang kamu takutkan. Nyonya sedang liburan sementara aku memerlukan bantuan. Kau tahu kalau tugasmu adalah membantu majikan?"
"Ta...tapi saya hanya bekerja membantu bersih-bersih bu...bukan yang...."
Ani tidak dapat meneruskan kalimatnya karena Desta kembali mencoba menarik dirinya saat ia berada di depan pintu. Wajahnya begitu pucat setelah menyadari kalau pintu kamar sudah dikunci Desta.
"Kau mencari ini? Kau bisa mengambil nya setelah aku menerima bantuanmu," katanya dengan menunjukkan kunci pintu.
"Tu...tuan, saya mohon biarkan saya keluar, " katanya lirih.
Dengan satu gerakan, Desta berada di depan Ani lalu dengan entengnya ia mengangkat tubuh Ani seolah-olah ia sama sekali tidak merasakan berat tubuh gadis itu yang montok kemudian ia membawanya ke tempat tidur dan menjatuhkan tubuh gadis itu dengan keras.
Desta tidak memberi kesempatan Ani untuk meloloskan diri. Begitu gadis itu berada di tempat tidur, Desta segera menindih tubuh gadis itu dengan tubuhnya.
"Tidak Tuan, tolong lepaskan saya!" tolak Ani berusaha mendorong d**a Desta dengan kedua tangannya.
"Aku akan memberikan semua yang tidak pernah kau dapatkan asalkan bersedia menjadi pelayanku," bisik Desta saat ia mencoba melepaskan kancing daster yang dipakai Ani.
"Sa...saya sudah menjadi pelayan Tuan, tapi saya tidak mau melayani tuan seperti ini," tolak Ani ketakutan.
Tidak perduli dengan penolakan dan perlawanan yang dilakukan gadis itu, Desta menyurukkan kepalanya pada ceruk leher Ani sementara tangan gadis itu terus berusaha mendorong Desta dengan memukul-mukul tubuh pria yang berada di atas tubuh nya.
Menerima perlawanan dan penolakan dari seorang pelayan membuat Desta kesal dan marah. Dengan tubuh yang masih menekan Ani, ia mengambil kain panjang yang digunakan gadis itu sebagai selimut untuk memuluskan rencananya.
"Tolong lepaskan saya. Tuan sudah punya istri," Ani masih terus memberontak dan mencoba melepaskan diri dari rengkuhan lengan Desta yang mengunci tubuhnya.
"Hanya malam ini Ani, dengan sekali melayaniku kau tidak akan hamil," rayu Desta sembari menyurukkan kepalanya kembali pada d**a gadis itu yang sudah terbuka karena Desta merobek daster yang dipakai pelayannya.
"Tidak Tuan, saya belum pernah melakukan nya," tolak Ani mencoba mendorong d**a Desta kembali. Suaranya semakin keras hingga Desta menutup mulutnya dengan ciumannya yang menuntut.
Desta yang sudah dikuasi oleh nafsu birahi setelah seminggu tidak dapat menyalurkan kebutuhan biologisnya semakin bernafsu melihat bentuk kedua gunung kembar yang cukup besar yang bahkan tidak cukup di tangannya.
Desta sudah tidak mendengarkan permintaan Ani. Ia sudah tidak tahan untuk melepaskan hasratnya karena kedua istrinya sedang liburan sehingga Desta tidak mengindahkan penolakan dan perlawanan yang dilakukan oleh pelayannya itu.
Dengan kain panjang itu, Desta mengikat tangan Ani di rangka ranjang sehingga gadis itu tidak bisa bergerak sementara kedua kakinya tetap dibiarkan agar ia bisa merasakan sedikit perlawanan.
"Kalau kau berani teriak, bukan saja aku tidak akan bertanggung jawab, tetapi keluargamu juga akan menerima akibatnya," ancam Desta saat ia menurunkan celana leging yang dikenakan Ani. Ia sama sekali tidak mengira di balik pakaian tertutup yang dikenakan Ani menyimpan harta karun yang membuatnya tidak bisa berkedip dan menelan salivanya.
Suara tangisan Ani tidak terdengar karena Desta menutup mulut gadis itu dengan menggunakan penutup bagian inti tubuhnya sendiri untuk berjaga-jaga jangan sampai Ani berteriak dan membangunkan penghuni rumah yang sudah tertidur nyenyak sementara hujan perlahan mulai turun.
Setelah melepaskan semua pakaian yang melekat di tubuh gadis itu, Desta memandang tubuh Ani tanpa berkedip. Tubuh gadis itu sudah membiusnya hingga ia gelap mata.
Desta sudah dikuasi oleh nafsu binatang sehingga dia tidak berpikir siapa wanita yang berada bersamanya.
Pelayan wanita yang baru bekerja seminggu di rumah keluarga kaya hanya bisa diam, menangis saat kesuciannya direnggut oleh seorang pria yang dia hormati sebagai pria dengan status yang dimiliki Desta.
Desta dengan nafsunya mendesak untuk mendapatkan kepuasannya tidak peduli wanita yang saat ini berada di bawah tubuhnya adalah seorang perawan yang belum pernah merasakan sentuhan benda lain di k*********a.
Suara Desta yang memanggil nama Renata adalah saat ia mencapai kepuasan akibat pelepasan yang mengguncang dirinya.
Menit menit berlalu, tubuh Desta tetap berada di atas tubuh Ani. Sesak yang dirasakan gadis itu tidak dipedulikan olehnya karena ia masih merasakan letih setelah memacu gairah dan nafsu birahi nya.
Desta membuka matanya secara sengaja ia tidak melepaskan bagian dirinya dan tetap berada di dalam inti tubuh Ani karena ia masih merasakan getaran dan jepitan di dalam tubuh gadis itu yang masih terus mengeluarkan air mata.
"Apa kau mau menangis terus atau aku akan terus berada di dalam tubuhmu hingga kau tidak akan bisa jalan," ancam Desta.
Dengan wajah pucat dan takut, gadis itu menggelengkan kepalanya tidak menyadari dengan gerakan tersebut gunung kembarnya bergoyang membuat Desta kembali bangkit gairahnya.
“Mulai malam ini kau adalah pelayan pribadiku. Tidak ada yang bisa menikmati tubuhmu selain aku,” bisik Desta saat ia bangkit kembali di atas tubuh Ani dan memompa tubuhnya dengan kuat hingga tubuh Ani terguncang dengan kedua tangan Desta yang menekan dadanya tidak peduli bahwa yang dia lakukan membuat Ani kesakitan.