Semua orang seperti lenyap seketika dalam pandangan Elena, dia seperti berada di ruang kosong yang sangat luas berdiri berhadapan dengan wanita yang tidak pernah menyukainya dan wanita itu adalah Anna. Kakak perempuan dari ibu yang berbeda. Seketika dalam kilasan ingatan yang timbul di kepalanya hanya satu yaitu saat dia melihat kemarahan yang timbul pada saat dia menikah. Kenapa Anna harus marah? Bukankah dia harusnya merasa senang karena sudah berhasil menyingkirkannya? Elena tidak pernah mengerti dengan kedua kakaknya yang selalu iri padanya. “Aah, ternyata aku tidak salah mendorong orang. Bukankah kau selalu berada di bawah telapak kakiku?” Suara Anna yang mengejek menyadarkan Elena yang sempat melamun karena pertemuan mereka yang tidak terduga. “Dulu mungkin. K