Baku Hantam

1729 Kata
Hanya ada satu pilihan, kembali ke masa lalu atau ke masa depan? - 13.53 Justin memasuki rumah yang hampir 6 tahun tidak ia injak, membuat beberapa asisten rumah tangga yang sudah lama mengabdi disitu sedikit kaget akan kehadiran Justin yang secara mendadak seperti ini. Pemandangan yang tidak pernah berubah, sepi bak seperti tidak ada penghuni yang tinggal disini kecuali beberapa pembantu yang mengerjakan tugasnya masing-masing. Saat pandangan nya bertemu dengan seseorang yang masih memakai seragam serupa seperti Joe yang terduduk di ruang tv dengan pandangan kosong, Justin langsung menghampiri lelaki itu dan menarik kerahnya kencang. Melihat ekspresinya yang sedikit terkejut melihat Justin yang sudah berada disini, membuat tangan Justin gatal dan langsung memukul pelipisnya tanpa ampun, Gisha terjatuh dan bangkit, tangan kirinya memegang pelipis yang sudah keluar darah segarnya Walaupun sedikit, lalu terkekeh pelan, 6 tahun sudah ia tidak pernah bercekcok ria dengan kakaknya itu. Lelaki itu menatap kakaknya remeh yang tidak pernah pulang dan berterimakasih atas kesuksesan nya yang sudah ia dapatkan selama ini. “Lo tau jalan pulang?” ledek Gisha yang tidak peduli saat ini pelipisnya sudah bercucuran darah. Mendengar perkataan Gisha, Justin kembali memukul lelaki itu membuat Gisha lagi-lagi tersungkur kembali, Gisha berdecak sebal melihat Justin bila sudah kesetanan seperti ini. Lelaki itu kembali bangkit susah payah dan menatap sang kakak yang melihat kearahnya dengan pandangan berapi-api. “Gue yakin, lo tau alasan kenapa gue bisa semarah ini sama orang sekalipun itu ke adek gue sendiri,” celetuk Justin dingin membuat Gisha mengerenyit tidak paham. “Gak usah berlagak kaya orang t***l!” Justin kembali memukul Gisha, kali ini berhasil membuat hidungnya mengeluarkan darah, sial Justin benar-benar marah saat ini. “Gue masih gak ngerti,” Jujur Gisha, Justin mengatur nafasnya, menahan kedua tangannya agar tidak memukul kembali wajah tampan adiknya, “Gue benci lo bikin Joe nangis beberapa minggu yang lalu,” Jelas Justin. Gisha diam, nangis? Tidak Joe bukan gadis yang gampang menangis seperti gadis lain, dan mendengar perkataan Justin membuat Gisha sadar bahwa Ia bisa semarah ini karena Joe. “Jelasin ke gue kenapa lo bisa sia-siaiin cewek yang saat ini berharga di mata gue b*****t!” teriak Justin emosi, dan menahan sekujur tubuhnya agar tidak menerjang Gisha habis-habisan. Justin pun tidak paham, mengapa bisa seemosi ini, walaupun permasalahan Joe menangis kemarin sudah lumayan lama, tapi entahlah Justin sangat sensitif bila berlian yang ia sayangi dan ia jaga tersakiti, Justin benar-benar tidak terima. Gisha terkekeh pelan, dan menggeleng tidak percaya sebari menatap Justin yang masih emosi, “Gue gak nyangka lo jatuh hati sama mantan gue,” Sial! Gisha meremehkan nya saat ini, tapi peduli setan Justin kesini hanya ingin meluapkan emosi nya yang sedari tadi ia tahan dan mendengar penjelasan adiknya mengapa berani membuat Joe menangis. Melihat sang kakak yang sudah tersulut emosi, membuat Gisha menghela nafas dan mau tidak menjelaskan apa yang ia alami, dari pada ia harus mati di tangan kakaknya detik ini juga. “Gue ada alasan yang kuat kenapa gue ngehianatin hubungan gue sama dia dulu, karena ini berurusan dengan tante Rani,” sambungnya, membuat Justin menunggu kelanjutan penjelasan Gisha. “Rumah sakit jiwa yang ditempati tante Rani adalah, milik orang tua Alin, dan gue gak mau rahasia terbesar Joe yang dia tutupin rapat-rapat kesebar disekolah Cuma gara-gara tuh cewek, maka dari itu gue harus mau pacaran sama dia dan mutusin Joe secara sepihak,” “LO t***l ANJING!” emosi Justin kembali berkibar dan kembali menghantam pelipis Gisha yang sudah bercucuran darah segar. ======================= Joe melangkah masuk kedalam club ternama dikotanya, dipikir-pikir sudah hampir satu bulan Joe tidak datang kesini untuk bersenang-senang. Saat sudah memasuki tempat itu, dentuman musik DJ menggelegar disetiap sudut ruangan sehingga membuat Joe sedikit menari -nari kecil sambil berjalan mencari kedua sahabatnya yang mengajaknya ketempat ini. Pandangannya melihat mereka, Joe segera melangkahkan kakinya kearah dua sejoli yang sudah asik berbincang dengan Kevin, teman satu sekolahnya yang bekerja disini sebagai pembuat dan pengantar minuman. Tanpa berbicara apapun, Joe langsung duduk tepat disebelah Arga yang matanya sudah sedikit sayu akibat beberapa gelas alkohol yang ia minum. “Gue kira lo ga bakal dateng,” teriak Arga agar Joe mendengar ucapannya, karena suara musik yang keras membuat setiap orang disana mau tidak mau berbicara dengan nada keras. “Ya ini buktinya gue dateng,” Joe meneguk wine yang disodorkam Kevin, lelaki hitam manis itu tersenyum sumringah melihat Joe akhirnya mendatangi tempat ini lagi. “Udah lama nih gak liat ibu ratu disini, apa jangan-jangan balikan sama Gisha?” Joe melotot, Satya dan Arga juga menoleh kearahnya bersamaan. Gila! Balikan dari mana? Lagi pula itu gosip dari mana juga? Lagian Joe tidak pernah berduaan lagi bersama lelaki itu. Tapi tunggu? Joe kembali memutar beberapa moment dimana Gisha akhir-akhir ini selalu mendekati Joe, lantas Ia berdecak pelan menyadari hal itu, tentu saja Kevin berbicara seperti itu, orang jelas Gisha terang-terangan mendekati Joe. Kevin menyiapkan beberapa minuman yang Joe ketahui satu botol itu harganya sekitar diatas sembilan juta, Joe menaikan sebelah alis matanya aneh, berfikir mana ada manusia yang mau mengeluarkan uang berjuta-juta buat satu kali buka botol? Tapi Joe tidak peduli lantas gadis itu berdiri dan menatap Kevin penuh perhatian. Merasa diperhatikan Kevin memberhentikan tindakannya, dan menaikan kedua alis matanya, “Napa lo?" Joe menggeleng, “Gue anterin deh, mager banget gue disini, cucunguk dua udah mau teler gara-gara lo tawarin minum mulu,” Kevin tertawa, melirik kearah Satya dan Arga yang sekarang sudah menari asal bersama gadis yang tidak mereka kenal,“Yaudah deh, diruangan VVIP ya, gue juga masih banyak kerjaan. Btw makasih sebelumnya,” Ucap Kevin senang. Joe mengangguk mantap dan membalas senyuman laki-laki itu, apa salahnya mkan membantu teman disaat ia sibuk bekerja begini, lagi pula hari ini hari sabtu, jelas tempat ini ramai tidak seperti biasanya. Sebelum membawa minuman tersebut, Joe merogoh ponselnya dari saku celana pendek yang ia gunakan, melihat notifikasi yang sudah tiga hari tidak ada nama Justin di ponselnya membuat gadis itu sedikit kesepian, yang biasa mengerecoki Joe dengan pesan spam atau telfon tidak jelas, sekarang tidak ada. Dan Juga dipikir- pikir tiga hari juga Gisha tidak terlihat di sekolah, membuat Joe sedikit penasaran ada apa diantara mereka berdua. Gadis itu sudah ada tepat didepan pintu VVIP, saat memasuki ruangan tersebut sekitar 7 orang lelaki sekitar umur 26 sampai 30 tahun berada ditempat ini, disertai beberapa gadis cantik dengan pakaian minim, dan jangan lupa pemandangan gadis sedang menari telanjang disudut ruangan. Joe segera menaruh minuman tersebut dimeja tanpa memperhatikan satu persatu orang didalam situ, saat Joe berdiri dan akan berbalik, seseorang menarik lengannya membuat Joe sedikit terkejut, “Om maaf, saya bukan cewek bayaran, disini saya cuma mengantar minuman pesanan kalian,” Jelas Joe santai, Joe tidak bisa melihat jelas siapa lelaki tegap ber-jas itu yang berani menyentuh lengan Joe karena cahaya yang minim. “Gue kangen,” suara serak itu terdengar membuat Joe menggeleng tidak percaya kalau suara itu adalah suara seseorang yang ia kenal, melihat Joe yang kebingungan, lelaki itu menarik lengan Joe dan membawanya pergi dari situ, membuat beberapa temannya bingung dan beranggapan gadis mana lagi yang akan dibuat untuk bermain-main olehnya. Lelaki itu terus membawa Joe dan menerobos beberapa orang yang sedang asik menari menikmati alunan musik. Dari belakang pun Joe sudah tau itu Justin ,dengan tato sayap dileher membuat Joe sedikit kebingungan mengapa bisa Justin berada disini dan juga, Joe sedikit menghela nafas menahan sakit didadanya saat melihat beberapa wanita tadi diruangan yang berpakaian minim dan tidak berbusana. Tidak, Joe bukan berarti jatuh hati kepada lelaki itu secara cepat, hanya saja Joe tidak tahu apa yang sebenernya terjadi pada hatinya saat ini. Justin membawa Joe kedalam toilet dan memasukan Joe kedalam salah satu bilik kamar mandi, begitupun juga Justin, lelaki itu ikut masuk dan mengunci pintu tersebut lalu menatap Joe dengan mata yang sudah sedikit memerah akibat minum berlebihan. “Lo ngapain kerja disini?” Ucapnya dingin, sial! Justin salah paham, lagi pula Joe tidak memakai seragam karyawan sini juga. Atau jangan-jangan akibat Joe memakai baju crop dan celana hotpants membuat Justin berasumsi seperti itu. Tapi please ya dimana-mana kalo ke club pasti berpakaian seperti itu. “Uang dari gue 10 juta kurang?” Cetusnya lagi, Joe diam, tidak ingin menanggapi Justin yang sedang mabuk seperti ini. Justin terlihat seperti frsutasi kakinya menendang skat kamar mandi kencang dan kembali menatap Joe tajam, sehingga Joe sedikit heran. “Lo kenapa sih?“ Tanya Joe sambil menatap Justin serius. Justin diam menatap kearah Joe sayu, jarinya menyentuh pipi gadis itu lembut, “Gue kangen tapi gue kecewa,” Joe mengerutkan keningnya saat mendengar jawabab Justin. “Kecewa karena apa?” “Lo masih punya rasa sama Gisha,” Ucap Justinpelan seperti putus asa, Joe diam, sedikit paham mengapa Justin selama tiga hari ini tiba-tiba menghilang dari kehidupan Joe. Kedua tangannya mengalungkan ke leher Justin, membuat Justin sedikit mendongak kembali menatap kedua mata gadis itu. “Gue gak tau lo punya asumsi dari mana, tapi yang jelas hampir sebulan kita kenal jujur gue nyaman sama lo,” Jelas Joe tanpa adanya dusta disetiap omongannya malam ini, Entah kenapa kedua mata Justin terlihat berbinar saat mendengar perkataan yang keluar dari mulutnya. Tangannya menyentuh kembali pipi gadis itu, dan jarinya turun kebawah bibir Joe yang terkatup rapat, Joe diam ia tahu bahwa Justin sedang memperhatikan bibir miliknya. Dan Juga sepertinya Joe tidak masalah bila first kiss kali ini di rampas oleh lelaki yang aneh itu, Walaupun dulu Joe berharap Gisha yang mengambil first kissnya. Kepala Justin mendekat, seraya hembusan nafas terasa tepat diwajah Joe, Joe memejamkan matanya, mengizinkan Justin bila ingin mencium gadis itu, namun saat Joe berharap lebih seperti tadi. Tiba-tiba saja sesuatu yang kenyal menyentuh keningnya, membuat Joe membuka matanya kecewa karena Justin tidak mencium bibirnya. Sadar akan kekecewaan Joe, Justin sedikit terkekeh pelan di sebelah telinga gadis itu dan sekarang mengecup pelan pipi Joe, “Next time okay,” Dan Justin benar-benar membuat Joe malu malam ini. “Kita pulang ya,” “Emang mau pulang kok,” Jawab Joe asal. Masih dengan setengah sadar akibat mabuk tadi Justin hanya tertawa kecil sebari mencubit hidung Joe pelan. “Harusnya gue marah sekarang, gara-gara lo keluyuran sendirian disini. Mana pake baju kurang bahan begini,” Omel Justin tidak terima. “Astaga Justin, masa iya gue kesini pake cadar?” “Buat lo sih harus, masalahnya gue gak terima badan lo diliat orang,” Ucap Justin dengan tatapan yang tidak bisa Joe artikan. “Alah bacot lo,”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN